19 ; Why?

263 31 1
                                    

Playlist : Pamit - Tulus

Kalo kamu sayang sama aku, nggak mungkin kan kamu bakal ngelakuin ini?

🌙️


Mino memandang pemandangan didepannya dengan diam. Mereka sekarang berada dibukit yang jauh dari perkotaan. Udara disini sangat sejuk, entah kenapa Mino ingin mengungkapkan perasaannya dan jujur akan suatu hal. Tapi ia ragu jika nanti ia jujur Irene kembali menjauhinya.

Irene dibuat bingung dengan diamnya Mino. Tidak biasanya Mino diam seperti itu. Bahkan mereka kini sedang berada di tempat yang sama, tapi Mino menganggapnya seolah ia hanya sendirian.

Irene menghela napas pelan. Melihat sekali lagi kearah Mino yang masih diam. Tangan Irene terangkat ke arah perut Mino. Ia memeluk Mino dari belakang. Irene dapat merasakan Mino tersentak kaget, tapi ia tak terlalu peduli.

“Kamu kenapa?” Irene menyenderkan pipinya dipunggung Mino. “Aku khawatir sama kamu. Kamu ada masalah?”

Mino tersenyum lirih. Ia bahkan lupa bahwa Irene ada disini. Pikirannya sibuk memikirkan hal lain. Tangan Mino mengelus jemari Irene lembut. “Makasih. Aku gak papa kok. Kamu jangan khawatirin aku.”

Mino berbalik sehingga pelukan Irene terlepas. Tatapannya teduh melihat Irene yang matanya penuh dengan sorot kekecewaan. Ah Mino sangat merasa bersalah pada Irene-nya.

Lalu Mino membawa Irene kedalam dekapannya. Membenamkan kepala Irene didadanya. Mengelus rambut panjangnya. Ia tidak rela jika harus dipisahkan dengan Irene begitu saja.

Beberapa menit kemudian Mino mengajak Irene pulang karena hari sudah semakin sore. Tangannya menggenggam tangan Irene dengan lembut. Ia membawa Irene pulang kerumah.

Di perjalanan pulang mereka hanya diam. Mino sibuk menyetir dan Irene yang memeluk Mino erat menempelkan pipinya dipunggungnya. Sesekali Mino mengelus tangan Irene. Itu sangat membuat Irene nyaman bahkan ia tersenyum dengan sangat lebar.

Mino melirik spion yang memperlihatkan wajah cantik Irene. Ia tersenyum dalam diam. “Kamu tau kan aku pengen banget jadi pendamping kamu nanti?”

“Aku nggak tau.”

“Tapi kamu tau kan?” Mino berujar lagi saat mereka melewati pohon di sekitarnya.

Irene yang menempelkan pipinya di punggung Mino bergumam pelan, “Tau apa?”

“Kalo aku selalu nungguin kamu.”

Suasana sekitar yang sunyi membuat Irene tersenyum kecut mengingat dirinya tidak bisa memberi harapan apa-apa terhadap Mino. “Tapi No,”

“Sstt, nggak papa. Aku selalu siap buat nungguin kamu kapan aja, Rene.” Mino mengelus kembali tangan Irene yang berada diperutnya seolah Irene harus mempercayai ucapan Mino.

Mino membawa Irene ke tempat makan terdekat. Ia ingin lebih banyak menghabiskan waktu dengan Irene-nya.

Irene hanya menurut, lagipula perutnya sudah keroncongan sedari tadi karena ia belum sempat makan sepulang sekolah.

Setelah mereka duduk dan memesan makanan. Irene menatap Mino dengan pandangan menyipit, “Ada yang kamu pikirin?” Irene tersenyum lirih saat Mino menatapnya.

Mino menggeleng, tangannya terulur untuk menggenggam tangan Irene diatas meja. “Nggak.”

Irene mengangguk lalu bertanya, “Kamu mau janji sama aku?”

“Janji apa?”

“Kalo kamu nggak akan ninggalin aku.”

Mino tersenyum, mengusap tangan Irene lembut. “Janji.”

Irene ikut mengangkat sudut bibirnya. Menahan agar tidak jingkrak-jingkrak sekarang juga.

“Tapi, gimana kalo kamu yang ninggalin aku?” Mino bertanya.

🌙️

Seulgi mendelik saat Mino tiba-tiba datang seenak jidat ke kamarnya. “Ngapain lo?!”

“Mandi.”

“Serius tolol!” Seulgi menimpuk Mino dengan bantal yang sedang ia gunakan untuk rebahan. Tapi sayangnya bantal itu tidak mengenai Mino.

Mino duduk di kursi belajar Seulgi. Tangannya mengelus dagunya seolah ia sedang berpikir. “Gue pengen nembak Irene.”

“Sini lo yang gue tembak!”

“Serius, nyet.”

“Ya lo aneh banget. Tembak aja langsung susah amat.”

“Gue pengen lebih romantis aja gitu.”

“Halah romantis pala kau!” Cibir Seulgi.

Hening. Mino sedang memikirkan cara apa yang pas agar Irene tidak dapat melupakan pernyataan perasaannya.

“GUE TAU!!!!”

Teriakan Seulgi membuat Mino hampir terjungkal dari kursi. Matanya melotot, “Heh! Lo mau tanggung jawab kalo gue jatuh?!”

Seulgi terkekeh geli, mengibaskan tangannya tak peduli. “Bodo amat! Mau nggak nih gue bantuin?”

“Ya udah.”

Seulgi bangkit menuju Mino yang duduk di meja belajarnya. Ia membisikan sesuatu kepada Mino.

Mino menyipitkan matanya, menatap Seulgi curiga. Idenya terlalu mainstream tapi boleh juga.

“Udahlah gue tau Irene tuh nggak suka yang ribet. Mending kayak gitu aja.”

Mino mengangguk pasrah, lagipula ia juga sedang tidak ada ide sama sekali. Seulgi yang idenya disetujui mengangkat kepalan tangannya keudara.

“Oke gue bantuin lo lusa aja gimana?”

🌙️

ada yg mau baca ini? nanti aku publish kalo ga sibuk bgt.

ada yg mau baca ini? nanti aku publish kalo ga sibuk bgt

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
SEUL AMI ¦ MINRENE✔️Where stories live. Discover now