14 ; I For You

286 40 12
                                    

Status itu gak penting. Yang penting itu, gue sayang sama lo.

🌙️


Tak henti-hentinya Irene tersenyum. Menggigit bantal, bahkan menepuk-nepuk kasur saking gemasnya. Untung saja Kaline tidak jadi salto sambil makan.

Setelah tadi Mino mengungkapkan perasaannya. Mino segera mengajak Irene pulang karena sudah malam. Di perjalanan pun Irene senyum senyum gaje hingga membuat Mino bergidik. Takut Irene kerasukan setan rumahnya.

Irene menatap langit-langit kamarnya penuh minat. Seolah itu adalah Mino nya yang manis. Irene menoleh saat ponselnya bergetar panjang tanda ada telpon masuk.

Cewek itu segera meraih ponselnya yang ia letakan di nakas. Senyumnya tambah lebar kala tau siapa yang menelponnya.

“Halo?” Sapa Irene masih dengan senyuman lebarnya kala mengangkat telpon.

Di ujung sana Mino terkekeh mendengar suara Irene yang terdengar semangat.
Kenapa? Seneng gue telpon?

Irene menggigit bibirnya. “Eng-enggak lah.” Jawabnya gugup.

Gak papa lo nggak jujur. Gue sih udah tau apa isi hati lo.

“Ih apaan sih.”

Ohya, besok bareng sekolahnya, gue jemput ya.

Irene mengangguk semangat, cengirannya lebar. “Oke. Oke.”

Yaudah. Good night my sweetie.

Irene menjerit tertahan setelah sambungan telepon terputus. Tangannya terulur menyentuh dadanya. Pipinya memerah.

“MINO GUE BAPER!!!” tak lama Irene menjerit kemudian.

🌙️

“Kenapa lo senyum-senyum terus? Kesambet?” Mino bertanya saat baru saja tiba di depan gerbang rumah Irene.

Cewek itu menambahkan senyumannya kala Mino bertanya seperti itu, yang mana membuat Mino bergidik ngeri. “Nggak.” Irene menggeleng dengan cengirannya. “Gue cuman seneng aja dijemput lo.”

Mino menaikan sebelah alisnya. “Tumben lo. Kenapa?”

Irene tersenyum geli melihat ekspresi lucu Mino. Dia tak menjawab, malah menaiki motor Mino. Setelah itu menepuk pundak Mino keras. “Ayo jalan jek!”

Mino mendelik tak terima. “Jek? Lo pikir gue tukang ojek?” Mino segera mengenakan helmnya.

“Iyalah. Kan pagi ini lo jemput gue. Gratis lagi. Duuuh, seneng deh punya abang ojek.” Irene sengaja menggoda Mino.

Ingin sekali Mino menendang Irene dari motornya. Tapi sayang, “Serah deh.” Katanya sambil tertawa kecil.

Sekali lagi, Irene menepuk pundak Mino dengan keras yang mana membuat Mino dongkol setangah mati. Tak lupa dengan kalimat. “Berangkat jek!”

Selama perjalanan ke sekolah tak henti-hentinya Mino mendengus, mendelik kadang juga tertawa karena ocehan tak berfaedah Irene. 10 menit kemudian Mino menghentikan motornya tepat di depan gerbang SMA perwira.

“Nanti gue jemput.”

Irene tersenyum geli. “Siap jek!”

SEUL AMI ¦ MINRENE✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang