17 ; I'm sorry

290 35 5
                                    

Playlist : Apology - Ikon


Gue tau usaha gue emang nggak seberapa. Tapi demi dapet kata maaf dari lo, gue rela lakuin apapun buat lo.

🌙️

Irene mengerjap saat suara bel rumah yang dibunyikan berkali-kali mengganggunya. Tangannya meraih ponselnya di nakas dan melihat jam di sana.

7.30 malam.

Irene menyibakan selimutnya, terduduk di pinggir kasur dengan memegang pelipisnya. Masih pusing.

Dengan langkah lambat Irene berdiri dan menuruni tangga sampai didepan pintu utama. Baru saja ia membuka pintu, kalimatnya terpotong.

“Iya iya sab—” ucapan Irene terpotong saat melihat siapa yang datang kerumahnya.

Matanya melotot dengan mulut sedikit terbuka. Mino didepannya tersenyum kaku. “Irene,” panggilnya lirih.

Irene tersadar, buru-buru ia menutup pintu. Tapi sebelum pintu tertutup sempurna Mino sudah menahannya dengan kaki.

“Tunggu. Gue mau jelasin sesuatu.”

Irene tersenyum datar. “Semua udah jelas, No. Lo yang mulai dan lo juga yang berhenti.”

Mino menatap Irene sendu, tangannya meraih lengan Irene tapi ditepis kasar oleh Irene. Mino memakluminya kemudian ia mengangguk kaku.

“Oke. Selama ini lo emang yang berjuang. Lo yang selalu mulai duluan bukan gue. Sebagai cowok harusnya gue tahu ini melukai harga diri lo karena lo yang ngejar gue. Sekarang—”

Mino menatap Irene yang memasang wajah tanpa ekspresi hatinya berdenyut sakit melihat Irene begitu tak peduli. “Gue yang akan perjuangin lo. Apapun resikonya gue bakal lakuin.”

“Bagus kalo lo sadar.” Irene berujar sinis matanya menatap Mino tajam. “Tapi maaf lo terlambat.”

Buru-buru Irene menutup pintu dengan bantingan cukup keras yang mana membuat Mino terlonjak ditempatnya.

Tidak ada yang tahu Irene mengatakan semua itu dengan tenggorokan yang terasa tersekat. Irene menyenderkan dirinya dipintu. Air matanya perlahan turun lagi. Ia sangat ingin mempercayai apa yang dikatakan oleh Mino. Tapi sebagian hatinya mengatakan tidak.

Dibalik pintu yang tertutup rapat itu Mino terpaku. Menatap pintu dengan sendu dan perasaan bersalah yang menjalar ke relung hatinya. Perlahan Mino maju dan menempelkan dahinya disana.

Ia sangat terpukul melihat bagaimana Irene menatapnya benci. Ini semua memang salahnya. Ya Mino benci dirinya sendiri. Kenapa juga ia menyadarinya setelah semuanya terlambat?

Setitik air mata Mino jatuh bersamaan dengan air mata Irene yang tumpah melewati pipinya. Jarang sekali Mino menangis seperti ini. Sewaktu kekasihnya yang dulu saja ia tidak pernah menangis. Apakah ia sudah jatuh terlalu dalam kepada Irene?

“Maaf.” Gumam Mino dengan suara parau.

Jika takdir menghendaki mereka bersama. Pasti akan ada dimana Tuhan menjawab semua perjuangan yang mereka usahakan. Jangan pernah menyerah jika masih ada kesempatan untuk memperbaiki diri.

🌙️


Irene yang hendak pulang berbalik arah saat melihat Mino di depan gerbang dengan bersandar dimotor sportnya. Sebelum sempat menjauh Mino sudah berteriak lantang memanggil Irene.

Suara kencang tersebut mampu mengalihkan perhatian semua siswa Perwira. Bahkan Valdi pun sempat menoleh sekilas lalu mendesis tak suka dan berlalu begitu saja.

SEUL AMI ¦ MINRENE✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang