20 ; Peace

272 32 8
                                    

Playlist : Adore you - Ikon

Bolehkah aku berharap bahwa kamu masih memiliki rasa yang sama denganku setelah aku menyakitimu begitu?

🌙️

Irene menatap ke depan gerbangnya dengan gusar. Bibirnya mengerucut, sudah jelas sekali ia terlihat cemberut.

Matanya menyapu kesekelilingnya. Murid Perwira banyak yang sudah meninggalkan area sekolah. Seulgi juga dengan teganya sudah pergi dengan pacarnya. Ya jangan heran karena malam ini adalah malam minggu.

Irene mendengus kesal. Melirik jam tangan biru dongker yang melingkari pergelangan tangan cewek itu. Sudah 30 menit ia menunggu Mino datang. Sampai sekarang bahkan Mino belum memunculkan batang hidungnya.

Irene menyipitkan matanya seraya menahan tubuhnya agar tidak limbung karena sudah setengah jam ini ia berdiri.

Motor matic itu berhenti didepan Irene yang sedang mengerutkan dahinya. Ingin sekali cowok yang sedang berhenti didepan Irene mengelus kerutan yang tercipta dari dahi cewek didepannya. Tangan cowok itu perlahan membuka helmnya.

Irene memutar bola matanya malas saat tahu ternyata yang dihadapannya adalah Valdi. Masih punya muka juga dia menampakan diri lagi. Padahal biasanya Irene hanya bertemu didalam kelas saja tidak lebih. Sudahlah tidak penting juga.

“Belum pulang?”

Irene semakin mendelik. Tangannya terlipat didepan dadanya. Sudah lebih dari 3 bulan ia tidak bertegur sapa dengan Valdi. Sekali menyapa membuat kepala Irene teringat kejadian lalu.

“Punya mata kan? Nggak liat ya?” balasnya ketus.

Valdi terkekeh kecil. Sudah jelas Irene sangat terganggu dengan kehadirannya. Tapi Valdi tidak ingin menghindar lagi. Ia ingin mengatakan sesuatu kepada Irene.

“Mau pulang sama gue? Sekalian gue mau ngomongin sesuatu.”

“Ngomong tinggal ngomong apa susahnya sih?”

Valdi menghela napas kasar. “Sekali ini aja, Rene.”

Irene masih tidak percaya. Seketika pikiran buruk tentang Valdi memenuhi isi kepalanya.

“Gak.”

Masih sabar. Valdi mencoba membujuk lagi karena ini kesempatan terakhirnya.

“Irene, gue janji, gue gak bakal ngapa-ngapain lo.”

“Siapa juga yang mau diapa-apain lo.”

Masih mencoba sabar.

“Irene...”

“Gue bilang gak ya gak! Ngerti gak sih?!”

Kesabaran Valdi sudah diujung. Mendengus keras. Ia tidak memiliki cara lain agar Irene menerima tawarannya.

“Naik atau gue gendong.”

Irene mendelik dengan tangannya yang menabok bahu Valdi kesal.

“Nggak mau!”

Valdi mendecak. “Cepet!”

Akhirnya setelah beberapa kali dibujuk, Irene mengalah. Mengingat ia terkadang rindu dengan lelaki didepannya ini.

Selama perjalanan yang entah kemana. Irene hanya sibuk dengan pikirannya. Sampai ditempat yang Valdi dan ia tuju, Irene masih tidak sadar.

Barulah saat guncangan agak kencang mendarat dibahunya Irene tersentak. “Apaan sih lo?!”

SEUL AMI ¦ MINRENE✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang