Bab 1: Jeollanam-do, Count Me In!

1.2K 70 11
                                    

Dua bulan kemudian....

Noura lagi-lagi tertidur gelisah. Dari balik kelopak, bola matanya bergerak ke sana-kemari. Ia lalu bangkit dari tempat tidur, tapi matanya masih menutup. Kakinya melangkah menghampiri kaca. "Lo ngapain di sini? Pergi sana! Gue nggak butuh bantuan lo," ucapnya pada bayangannya sendiri.

Kaki Noura kemudian mengentak-entak di lantai; geram. "Nyesel gue kenal sama lo!"

Pintu kamar Noura terbuka sedikit. Sepasang mata bola memperhatikannya dengan ekspresi prihatin. Namun ia tidak berani masuk ke kamar, walaupun menggebu ingin memeluk Noura. Ia paham, bahwa pelukan yang ia berikan tidak akan berarti apa-apa untuk Noura.

"Pergi nggak?! Pergi!" Noura melempar botol deodorant kosong ke cermin, tapi.... "Aaak!" Matanya membuka penuh akibat botol mungil yang nyasar ke dahinya. Ia mengerang kesakitan sambil mengusap dahi sembari melirik botol deodorant yang kini tergeletak di lantai. "Duh, gue kumat lagi ya?"

Sementara itu si pemilik sepasang mata bola menutup pintu kamar Noura perlahan. Ia tidak mau kehadirannya di sana disadari oleh cewek itu.

Noura mendumel kesal, kebiasaan tidurnya yang ajaib ini memang sering mengganggu aktivitasnya, terutama ketika tidur siang. Namun sebenarnya punya fungsi lain yang cukup manjur, yaitu membangunkannya secara cuma-cuma. Matanya yang tertuju pada jam dinding lantas membelalak. "Udah jam dua?! Gue ada deadline!" buru-buru ia duduk di bangku dan menyalakan laptop. Hari ini ia harus menyetor tiga artikel dalam waktu tiga jam.

.

.

Noura menatap laptop dengan ekspresi serius. Tangannya sibuk bergerak di atas keyboard. Rambutnya yang keriting gantung mencapai dada itu tampak kusut. Ia punya pipi tirus dan mata yang cukup besar. Orang yang pertama kali melihatnya, akan menyangka tengah dipelototi. Maka dari itu Noura sering mendapatkan kesan yang tidak baik dari orang-orang yang pertama kali bertemu dengannya.

Namun ada keistimewaan Noura yang patut diketahui. Umurnya baru 23 tahun, tapi ia adalah cewek yang mandiri. Ia sudah aktif menjadi blogger dan wirausaha pemula. Noura punya empat website sendiri dan usaha baju online yang sedang berkembang dengan baik. Dalam sehari, Noura bisa mengirim puluhan paket kepada pembeli. Awalnya usaha tersebut dirintis oleh Papa dan kemudian ia yang melanjutkan. Meski penghasilannya hanya mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari, tapi hal itu Noura syukuri.

Noura memang sudah menggeluti kedua pekerjaan itu sejak pertengahan semester kuliah setelah Papa divonis mengidap ALS (Amyothropic Lateral Sclerosis), salah satu penyakit yang menyerang saraf motorik manusia. Penyakit yang begitu mematikan dan sampai saat ini belum ditemukan obatnya....

Lantas ponsel Noura berdering. Fokusnya berpindah sejenak ke benda itu. Ia memutuskan menghentikan kegiatannya dan meraih ponsel. Saat menatap layar, ada nomor yang tak ia kenali, tapi sebenarnya ia cukup hafal karena nomor itu sering menghubunginya. Sampai sekarang ia masih tidak sudi menyimpan nomor itu itu. Matanya kemudian berputar. Ia memutuskan menerima panggilan itu. "Hm?!" ujarnya ketus.

"Halo, Sayang!" suara di seberang malah menyapa Noura dengan mesra.

"Apaan?!"

"Gaun kamu katanya udah jadi tuh. Kapan bisa fitting?"

Dahi Noura mengerut. "Gaun?" seingatnya ia tidak pernah memesan gaun apa pun. Dan gaun bukanlah baju favoritnya.

"Gaun buat ke pesta pernikahan rekan Papi nanti, yang aku pesan spesial buat kamu. Acaranya masih dua bulan lagi sih, tapi persiapan dari jauh malah bagus, kan? Pokoknya kamu harus tampil cantik, aku nggak mau tahu."

Jeolla, I'm Hurt (COMPLETED)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin