Bab 10: First Fight Bagian II

220 24 9
                                    

Haloo, maaf aku telat publish. Harusnya publish kemarin wkwk. Btw, untuk sekarang, aku bakal update cerita ini setiap hari Minggu ya. Terima kasih untuk kalian yang sudah meluangkan waktu untuk membaca.

.

.

Kartu yang berfungsi sebagai kunci itu kini sudah berpindah tangan ke Linna. "Ini, Mas Afa, dan Mbak Noura. Mbak Noura nanti tidur sama Mbak Yuli, Mas Afa sama Mas Ramzi. Kalau saya sendirian."

"Kamar kalian ada di lantai 4 berjejer. Jadi nggak perlu khawatir ya Bu Linna nggak sendirian kok," Jimmy mengucapkannya sembari cengengesan. "Terus nanti kalian jam setengah empat sore kumpul lagi di sini ya, waktunya cuma sejam, jadi jangan sampai kebablasan tidur. Kalau ketiduran kita tinggalin lho." Ia sekali mengingatkan.

"Untung gue udah tidur pules," Noura bisa bernapas lega.

"Langsung ke atas, naik lift ya." Jimmy lalu mengantar para rombongan untuk masuk lift dan lalu kembali ke lobi menunggu Yuli dan Ramzi selesai liputan.

Noura, Linna, dan Afa sudah tiba di lantai 4 dan mencari kamarnya masing-masing.

Sembari berjalan, Linna memberikan informasi pada Afa dan Noura. "Nanti jangan telat ya. Jimmy itu orangnya on time banget."

Noura dan Afa mengiyakan.

Kemudian pencarian kamar itu berakhir. Noura mendapatkan kamar di paling ujung. Ia bersebelahan dengan kamar Linna, dan setelah itu kamar yang ditempati Afa dan Ramzi.

Setelah tiba di depan kamar yang nomornya sesuai dengan nomor kartu, Noura pun menempelkan kartunya di sensor pintu. Pintu itu berbunyi dan langsung membuka. Ia begitu bersemangat membuka pintu sambil menyeret kopernya. Dan seperti yang ia duga, kamarnya punya pemandangan yang tidak kalah menakjubkan dengan yang di lobi.

Kamar itu memiliki dua jendela yang begitu besar. Ukurannya dua kali pintu kamar, tapi ada tirai yang bisa digeser untuk menutupinya, maka dari itu privasi mereka yang menginap tetap terjaga. Temboknya didominasi warna hijau muda dan jingga yang cerah. Ini juga yang membuat kamarnya terang. Jadi Noura pun tidak menyalakan lampunya.

Ada dua tempat tidur. Hal ini sangat Noura syukuri karena kalau tidur ia termasuk sering berpindah posisi ke mana-mana. Jadi nanti ia dan Yuli bisa tidur secara terpisah. Ada tv 24 inch yang menempel di tembok. Noura masih mikir-mikir lagi apakah ia akan menonton televisi atau tidak, semoga di sini ada tv kabel semacam HBO. Kamarnya memang tidak terlalu besar. Hanya ada tempat tidur, kamar mandi, lemari, dan meja rias. Namun itu lebih dari cukup bagi Noura. Ia lalu meletakkan koper ke sisi tempat tidur dan berbaring di atasnya.

Hanya baru tiga menit berbaring, ada bel yang berbunyi dari pintu kamarnya. Itu pasti Yuli. Maka dari itu, Noura berjalan ke pintu dan membukanya. Pintu itu kalau dari dalam bisa langsung dibuka tanpa kartu sensor.

Yuli main masuk tanpa bilang apa-apa. Kemudian ia berbaring di tempat tidur yang Noura sempat gunakan tadi. "Haah, capek."

Noura sebenarnya ingin bilang bahwa itu adalah tempat tidurnya, tapi ia rasa tidak masalah karena bisa menggunakan tempat tidur yang masih kosong.

"Eh, Nora, lo sama Afa ada apa sih?"

Noura berjengit karena tidak menyangka mendapatkan pertanyaan seperti itu. Terlebih Yuli yang memanggilnya dengan menghilangkan huruf 'u'.

"Lo sama dia kayak mantan yang musuhan tahu nggak," lanjut Yuli lagi.

Walaupun kaget, Noura memutuskan menjawabnya dengan jujur. "Kalau memang beneran mantan kenapa?"

Kini Yuli yang bangkit dari rebahannya. "Seriusan? Gue tidur dulu deh." Ia lalu berbaring kembali.

Noura mengerjap menatap Yuli. Entah Yuli merasa simpati atau tidak, tapi saking cepatnya berbicara, ia jadi sulit menebak ekspresi apa yang Yuli keluarkan. Cewek ini ternyata memang agak menyebalkan. Pantas saja ia tidak bisa akrab dengan siapa saja di sini, termasuk Ramzi koleganya sendiri. Semoga saja ke depannya mereka tidak punya masalah apa pun, walaupun Noura tidak suka dengan sikapnya. Ya, impresi pertama biasanya akan buruk, tapi kemungkinan berubah itu tetap ada. Ia lalu memperhatikan Yuli sejenak. Cewek itu sepertinya benar-benar tidur. "Capek banget keliatannya, tadi selama perjalanan dia nggak tidur ya?"

Noura kemudian membuka kopernya dan mengeluarkan alat mandi. Ia tentu tidak lupa bahwa hari ini ia belum mandi. Sebelum bertemu dengan makhluk-makhluk laut menggemaskan ia harus berpenampilan rapi terlebih dahulu.

Jeolla, I'm Hurt (COMPLETED)Where stories live. Discover now