Bab 11: Dilarang Mandi Bagian 1

261 23 9
                                    

Yeay! akhirnya hari Minggu lagi, saatnya update lagi. Selamat membaca ya ^^

.

.

Noura sudah selesai mandi. Ia kembali ke ruangan dan melongo sendiri memperhatikan gaya tidur Yuli yang out of the box. Reporter itu ibarat tengah melakukan split dengan kedua tangan di atas. Kedua kakinya membuka lebar, begitu juga kedua tangannya. "Buset. Untung aja tidurnya dipisah. Bisa-bisa gue kepental ke lantai setiap malem."

Namun Noura paham ia harus membangunkan Yuli, terlebih ia mengingat pesan Jimmy tadi, mereka harus berkumpul lagi pukul 15.30, yang berarti sekitar 30 menit lagi. Maka ia pun mulai menggoyangkan bahu cewek itu. "Bangun, Mbak. Giliran lo yang mandi." Tapi Yuli tampak tidak mempan dengan guncangan itu. Noura lalu memperkuat guncangannya pada bahu Yuli. Suaranya juga ia tinggikan. "Bangun!"

Hasilnya nihil. Mata Noura berkedip berkali-kali. Ia lalu teringat dengan rekaman suara menyeramkan yang ada di ponselnya. Ia ambil ponsel itu, kemudian terdengar suara cekikikan kuntilanak. Tak lupa ponselnya didekatkan ke telinga Yuli.

"Hihihihi!" suara cekikikan itu begitu membahana sampai membuat bulu kuduk Noura naik.

Namun bahu Noura langsung loyo karena Yuli sama sekali tidak bereaksi. "Ih, masa harus dibangunin pake air sih?" Ia memperhatikan tempat tidurnya sendiri. "Kalau kasurnya basah kan ntar dia malah tidur di kasur gue. Sempit dong jadinya."

Tiba-tiba saja Noura teringat sesuatu. "Oh ya, gue belum nelepon Papa." Ia lalu mengambil ponsel lainnya yang ada di tas dan melakukan panggilan sembari duduk di ujung kasur. "Halo, Pa?" Senyuman kemudian terukir di bibirnya. "Maaf baru telepon. Noura udah sampai di Korea nih! Capek banget, tapi sebentar lagi Noura bakal berkunjung ke aquarium raksasa di sini. Kotanya indah banget, di mana-mana ada laut."

Ekspresi Noura yang ceria, lalu berubah sedih.

"Tapi, Pa. Kesel deh ada Afa di sini. Nyebelin banget dia kayak yang nggak inget salahnya apa. Noura marah, masa Afa ikutan marah? Yang berhak marah kan harusnya cuma Noura." Noura mengambil jeda sejenak. "Kenapa Noura ikut trip ini? Ya, Pa. Sayang banget dong. Noura kan dapet trip gratis. Pertama kalinya lagi. Masa Noura tolak hanya demi cowok brengsek itu?"

Noura terdiam sejenak. "Menurut Papa Noura harus gimana ke Afa? Noura sakit hati banget, Pa. Dia udah ngekhianatin Noura juga." Ia mengambil napas banyak-banyak. "Ternyata Afa pacaran diem-diem sama Alika, Pa. Papa tahu kan gimana sedihnya Noura sekarang?" Di mulutnya kemudian keluar geraman. "Udah nanti di Indonesia bakal ketemu Sani lagi. Papa tahu nggak sih gimana susahnya Noura sekarang? Coba aja Papa ada di dekat Noura, pasti Afa sama Sani nggak berani macam-macam. Noura kangen sama Papa. Noura pengen ketemu, Papa." Noura menggigit bibir agar tidak menangis. "Dah, Papa. Baik-baik ya di sana."

Noura lalu mematikan panggilannya. Ia kemudian merebahkan diri di atas kasur, senyumnya kemudian mengembang tipis. "Ngomong sama Papa memang bisa bikin hati gue tenang dikit." Setelah itu ia bangkit kembali untuk berganti pakaian. Lalu Noura mencoba membangunkan Yuli sekali lagi, tapi karena tidak pernah mempan ia akhirnya menyerah.

.

.

Sesuai janjinya, Jimmy benar-benar datang tepat pukul 15.30 ke lobi hotel. Ia memperhatikan rombongan yang ada di depannya dan mendesah panjang karena hanya ada Linna, Afa, dan Ramzi. "Dua lagi ke mana?"

Linna tengah menelepon Yuli, tapi karena tidak ada respons, ia mencoba menghubungi Noura. Namun lagi-lagi terdengar nada sibuk. Ia terlihat putus asa. "Kita susul aja ke kamarnya."

"Haduuhhh! Sudah telat banget kita ini!" keluh Jimmy. Ia memang tidak senang dengan mereka yang hobinya telat. Pasalnya Aqua Planet juga tidak buka 24 jam. Jadi mereka harus ke sana sesegera mungkin.

Jeolla, I'm Hurt (COMPLETED)Where stories live. Discover now