Bab 10: The First Fight (Bagian 1)

279 25 4
                                    

"Noura, bangun! Udah nyampe!"

Noura membuka matanya perlahan karena teriakan nyaring yang bikin telinganya berdengung. Rupanya itu adalah suara Ramzi. Ia menegakkan tubuhnya, tapi matanya masih merem-melek. "Di mana nih?"

"Udah nyampe Yeosu EXPO, Mbak. Ayo siap-siap," Linna sudah berdiri dari tempat duduknya.

"Hah? Masa sih?" mata Noura membuka sepenuhnya. Ia melihat keluar jendela. Entah sejak kapan KTX ini tiba di lokasi tujuan mereka. Tulisan besar Yeosu EXPO yang terpampang di salah satu sudut stasiun pun menohok hatinya. "Jadi tadi lautnya udah kelewat?!"

"Makanya kalau molor jangan kebangetan," Ramzi terkekeh-kekeh.

"Kok gue nggak dibangunin sih?!"

"Tadi nyenyak banget tidurnya, udah dibangunin tetep aja nggak bangun," tukas Linna.

Noura ingin menangis rasanya. Padahal tadi sudah berusaha dengan memelas untuk mendapatkan tempat duduk di sekitar jendela.

"Tenang aja, nanti kita bisa dapetin pemandangan laut. Yeosu kan wilayahnya deket banget sama laut," sambung Jimmy.

"Yaelah, Jim. Guyon dikit dong! Kita mau usilin Noura nih," protes Ramzi.

"Bocah banget usilin anak orang. Nggak usah ditanggepin, Jim. Langsung ke hotel aja. Gue pengin mandi," sekarang Yuli jadi lebih banyak omong.

"Oke deh. Kita ambil barang-barang terus keluar stasiun. Udah ada jemputan yang nungguin."

Para rombongan pun mengikuti perintah Jimmy. Mereka tidak sabar melakukan perjalanan selanjutnya.

Noura keluar dari KTX dan seketika kagum melihat pemandangan yang ada di depannya. Karena sejak kecil tinggal di Jakarta ia cukup terkejut dengan bukit-bukit yang pohonnya meranggas berada di bagian depannya. Bagian peron Stasiun Yeosu EXPO minim atap, sehingga ia bisa leluasa melihat pemandangan di luar stasiun.

"Nggak hanya itu. Coba liat ke sana," sambung Jimmy sembari menunjuk ke bagian belakangnya.

Noura pun berbalik. Ia tersentak karena melihat lautan tak berujung yang airnya berwarna biru tua. "Whoaaa.... Mau ke sana dong!"

"Saya mau sih ajak kalian ke sana, tapi kira-kira bakal kuat nggak sama anginnya? Musim gugur begini angin di lautnya mantap lho," ujar Jimmy.

"Bisa aja sih ke sana di luar jadwal, tapi pas malem. Jalan-jalan kita sudah ada jadwalnya dari pihak sponsor lain, jadi nggak bisa diganti, ditambah, atau dikurangi," ungkap Linna.

"Wah malem-malem anginnya tambah kencang. Kita liat nanti deh ya. Yang penting sekarang ke hotel dulu."

Jimmy lalu memberikan instruksi kepada rombongan untuk mengikutinya. Tak lupa ia membawa koper milik Linna yang kelihatan paling besar di antara koper milik rombongan. Jalannya sangat cepat. Ia sudah mencapai gerbang keluar duluan, tapi tetap menunggu rombongan dengan setia.

Noura berjalan dengan penuh semangat. Ia terdiam ketika tiba di gerbang Stasiun Yeosu Expo. Di depannya banyak orang yang keluar-masuk melewati undukan bebatuan berwarna merah yang tersusun rapi. Angin musim gugur yang segar dan sejuk menerpa kedua pipinya. Sudah lama sekali rasanya merasakan udara sejuk seperti ini. Kalau di Indonesia, seperti udara yang ada di Cisarua, Bogor.

"Selamat datang di Jeollanam-do, selamat datang di Provinsi Jeolla Selatan!" pekik Jimmy ceria.

Para rombongan bersorak-sorai. Yang paling heboh tentu saja Noura dan Ramzi.

Kemudian sebuah mini bus kecil berhenti di depan mereka.

"Nah, ini bus kita. Ayo taro kopernya di bagasi."

Jeolla, I'm Hurt (COMPLETED)Where stories live. Discover now