Bab 17: I Love You With No Regrets (1)

212 25 18
                                    

Selamat membaca gaissss.

Btw ini foto Naju Image Theme Park

Btw ini foto Naju Image Theme Park

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Rombongan Indonesia kini tengah berada di mini bus sewaan yang akan mengantarkan mereka ke Naju. Sehabis sarapan mereka berangkat. Jimmy seperti biasa, asyik menjelaskan ini dan itu di bangkunya. Namun terkadang penjelasannya itu diganggu oleh Sani yang banyak mengeluarkan komentar tidak penting.

"Banyak bacot pemandu wisatanya. Kita butuh jalan-jalan, bukan omongan," Sani bersiul kesenangan. Ia tidak sadar sedang memancing terjadinya perang dunia ketiga.

"Heh! Yang harusnya berhenti ngebacot itu elo!" Habis sudah kesabaran Yuli dengan cowok seperti Sani. Ia ingin memberikan Sani sebuah pelajaran berharga untuk bisa lebih paham kalau diam itu emas.

Namun tak dinyana, Noura malah membelanya. "Mbak, udah nggak usah ditanggepin. Maafin Sani ya."

Terang saja Yuli menoleh ke Noura dengan ekspresi nggak-salah-lo-ngebela-dia?

"Hari ini hari terakhir kita jalan-jalan di lokasi wisata. Besok kan kalian tinggal belanja-belanja, jadi jangan lupa jadikan hari ini hari yang menyenangkan buat kalian." Jimmy tampak tidak terpengaruh dengan cemoohan Sani. Mungkin karena ia sudah kebal menghadapi rombongan bermasalah seperti ini.

Noura terlihat paling kusut di tempat duduknya. Ia tahu betul ide untuk membawa Sani kemari adalah sebuah ide bunuh diri. Tidak hanya ia yang dipermalukan, tapi Sani sudah beberapa kali mempermalukan dirinya sendiri. Diam saja bukan berarti ia tidak memperhatikan, Afa dan Alika makin lengket saja di belakang.

Sedangkan Noura merasa seperti pecundang yang sejak berada di garis start sudah kalah duluan. Ia kira dengan kehadiran Afa dulu hidupnya berubah jadi lebih baik, tapi yang terjadi malah kebalikannya.

Sekarang Noura hanya ingin memikirkan hal baik-baik. Di Naju nanti ia harus bisa bahagia. Kalau tidak salah ia sudah merinci kegiatan apa saja yang akan dilakukan di sana. Ia akan menyewa hanbok, lalu berfoto-foto di sana bak ratu dari Dinasi Joseon. Ah ya, ia baru mengingatnya. Dulu ia pernah merencanakan liburan di Naju bersama Afa. Saking pedihnya, ia tak tahu harus berbuat apa. Sakit sekali. Sakit sekali rasanya.

.

.

"Akhirnya sampai juga di Naju Image Theme Park." Yuli tersenyum bahagia karena bisa melihat penampakan istana Korea di zaman dulu. Meski bangunan-bangunan indah di depannya ini kata Jimmy memang dibuat sedemikian rupa untuk keperluan lokasi syuting, tapi ia salut dengan detail bangunannya. "Kayak istana Korea betulan ya. Ya kan Noura?"

Noura mengangguk setuju. Ia kini memperhatikan istana di depan sana dari gerbang. Hal itu masih diingatnya ketika menonton Goblin episode pertama. Kim Shin yang baru saja pulang dengan kemenangan di tangannya, disambut oleh pihak kerajaan dengan panah-panah yang membuat anak-anak buahnya tewas seketika. "Kasihan Kim Shin."

Tahu bahwa Noura menunggu waktu ini, Yuli pun berniat menyemangatinya. "Akhirnya lo bisa juga ke lokasi syuting drama Goblin!"

Noura mengangguk dengan senyuman tipis. Namun, di hatinya rasa penasaran itu masih ada sehingga ia memberanikan diri melirik sejenak pada Afa dan Alika. Mereka sedang bergandengan tangan sembari memperhatikan tangga panjang yang berada di depan. "Teganya dia bikin hati gue remuk kayak gini. Dulu dia yang pengin ajak gue ke sini. Sekarang dia malah mesra-mesraan sama cewek lain."

Dan yang masih ia belum bisa pahami, takdir macam apa yang mempermainkannya begini?

"Ayo, naik. Aku cocok pasti berdiri di atas sana jadi rajanya." Tanpa diiyakan, Sani meraih kasar tangan Noura dan menariknya.

"Hei, kita harus pakai hanbok dulu. Jimmy lagi ambil hanboknya," Noura ingin sekali saja Sani bisa memperlakukannya secara waras.

"Ah, lama! Dia bisa nyusul kita ke atas!" Sani semakin menarik tangan Noura.

Noura pun pasrah saja mengikuti ke mana Sani pergi dan itu semakin membuat Yuli geregetan. Ramzi yang tengah merekam pemandangan sekitar dengan kameranya pun jadi sasaran emosinya. "Ramzi, bantu Noura kek! Lo nggak liat dia menderita?!"

Ramzi menarik napas panjang. "Kan kemarin gue udah bilang, lo jangan ikut campur, yang ada malah nambah masalah aja. Biarin dah! Noura mau jadian sama cowok kayak gitu kan itu pilihan dia. Paling kalau udah nggak kuat, dia nanti bakal kabur."

Yuli bukannya sok tahu, tapi ia menyayangkan Noura yang pasrah begitu. Ia yakin Noura punya kekuatan untuk melawan.

Sementara tiba di bagian pelataran atas, Noura menarik paksa tangannya dari cengkraman Sani. "Pelan-pelan!"

Namun Sani tidak menggubris omelan Noura itu. "Aaaaa! Wahai rakyatku sekalian!" ia malah berteriak kencang sampai-sampai kembali menjadi pusat perhatian.

Yuli melongo di tempatnya. "Sumpah ya si Sani ganteng-ganteng alay banget." Kalau ia yang jadi Noura, sejak kemarin ia sudah menyumpal mulut Sani, mengikat kaki dan tangannya, lalu menyimpan Sani di koper untuk dikirimkan sebagai paket ke Indonesia.

Sedangkan Noura masih betah berada di kegalauannya sendiri. Meski sudah berada di atas seperti ini, Noura masih saja memperhatikan Afa dan Alika yang sedang naik ke pelataran yang ia pijaki sekarang. Ternyata Naju Image Theme Park punya keindahan yang sempurna. Berdiri di pelataran paling atas, membuatnya leluasa memandang ke seluruh arena Naju Image Theme Park. Sulit dipercaya rasanya istana ini adalah istana buatan yang dibangun untuk keperluan syuting. "Niat banget ngebuatnya. Modal uangnya pasti niat juga."

Namun tiba-tiba saja Noura terbayang-bayang adegan Kim Shin yang disambut oleh adiknya, Kim Sun setelah berhasil memenangkan peperangan terakhirnya. Kim Sun berdiri di tempatnya yang sekarang. Tersenyum penuh keyakinan pada Kim Shin agar Kim Shin segera menghadap raja. Di sekitarnya para pasukan sudah dibantai karena dianggap sebagai pengkhianat. Kim Sun memilih menyambut kepulangan kakaknya dengan rasa bangga, meski dianggap sebagai pengkhianat pula oleh sang raja. Dan setelah itu....

Afa tiba di pelataran juga bersama dengan Alika. Kehadirannya tentu saja dinotis oleh Noura. Ia memperhatikan penampilan mereka dengan pedih di dada. Keduanya menggunakan hanbok berwarna emas menyala. "Hanboknya cantik," lirihnya. Bisa-bisanya Afa mengingkari janjinya seperti ini. "Harusnya gue yang pakai hanbok itu." Setelah kemarin-kemarin berniat menahan emosinya, sekarang Noura tidak menahan diri lagi. "Di titik ini Kim Sun tewas."

Afa terang saja tersentak. "Hah?"

"Di Goblin episode pertama, sang ratu tewas karena panah yang menusuk langsung ke jantungnya. Dia dibunuh sama raja, suaminya sendiri."

Tatapan Afa menajam. Ia sudah tahu ke mana percakapan ini akan bermuara.

 Ia sudah tahu ke mana percakapan ini akan bermuara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jeolla, I'm Hurt (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang