Bab 8: Turbulensi Bagian 1

249 35 6
                                    

Sinar mentari merembes masuk lewat jendela pesawat yang penutupnya membuka setengah. Waktu sudah menunjukkan enam pagi. Korea Selatan dan Jakarta memiliki perbedaan waktu dua jam, maka diperkirakan mereka akan tiba di Incheon jam sembilan pagi. Setelah itu perjalanan belum berakhir. Dari Incheon mereka harus ke Stasiun Yongsan di Seoul dulu untuk mencapai Yeosu di Jeollanam-do.

Noura terbangun dari tidur saat Ramzi menggoyang bahunya.

"Mau ayam atau telur?" tanya Ramzi.

"Dua-duanya." Noura yang masih mengantuk kemudian malah memejamkan matanya lagi.

"Maruk banget lo. Lo cuma bisa pilih salah satu," sergah Ramzi

Noura mulai kesal. "Tapi gue pengin dua-duanya!"

"Kalau lo mau dua-duanya lo harus nambah bayar tiketnya!"

Kedua mata Noura membuka sempurna. Ia baru menyadari ada pramugari dari Korea Selatan yang tengah menunggu jawabannya dengan raut wajah bete.

"Oh, sarapan ya. Yang ayam deh, Mbak."

Ramzi fokus ke pramugari. "Chicken, please." Ia kembali memperhatikan Noura. "Lo harus ngomongnya pakai bahasa Inggris, mana dia ngerti bahasa Indonesia!"

Pramugari itu pun meletakkan nampan berisi mangkuk nasi ayam, beserta minuman jus jeruk dan kotak berisi irisan apel pada Noura.

"Rempong banget lo, Bang," Noura lalu mulai menyantap sarapannya dengan mata merem-melek. Fokusnya kemudian beralih ke lorong seberang di mana Afa duduk. Noura dapat melihat Afa yang makan sambil kepalanya oleng ke sana-sini. Cowok itu sepertinya masih mengantuk juga.

Kepala Afa tampak menimpuk kepala Yuli, reporter CTV yang wajahnya sama sekali tidak menunjukkan keramahan.

Yuli yang emosinya tersulut seketika menyuntrungi kepala Afa. "Bangun woi!"

Tubuh Afa langsung menegak lagi. Ia memperhatikan Yuli yang melihatnya dengan ekspresi sangar dan setelahnya makan kembali tanpa mengatakan apa-apa karena enggan memancing keributan lagi.

Noura yang melihatnya nyengir lebar. "Rasain!" pekiknya dengan berbisik.

Afa baru melahap beberapa sendok makan, tapi karena ia kebelet pipis, ia pun berdiri dari tempat duduknya dan berjalan menuju toilet. Pesawat di bagian ekonomi itu memiliki empat toilet, tapi seluruhnya memiliki antrian yang cukup panjang.

Kebetulan Noura ingin buang air juga. Ia terpaksa mengantri di belakang Afa karena antrian toilet di depannya ini tidak sepanjang yang lain. Mata mereka lalu tidak sengaja beradu. Seketika itu pula ia membuang muka. Afa juga memutuskan hanya melihat ke depan barisan.

Noura kembali memperhatikan Afa dari atas bawah. Kalau kemarin ia main muncul di depan Afa dan Alika apa yang bakal terjadi? Apakah mereka tetap mengikuti perjalanan ini? Saking shock-nya Noura tidak bisa melakukan apa pun dan ia agak menyesalinya. Ia kemudian menyadari kaki Afa yang tidak mau diam, lalu memandang ke depan barisan. Orang yang mengantri paling depan masuk ke toilet. Kini tinggal ia dan Afa yang ada di barisan. Ia menyeringai seram. Balas dendam itu bisa dalam bentuk apa pun!

Beberapa saat kemudian pintu toilet terbuka dan orang di dalamnya keluar. Noura langsung menyerobot Afa. "Minggir!" Ia mendorong cowok itu hingga nyaris terjungkal ke lantai.

Afa terhenyak saat Noura menutup pintu toilet. Pintu malang itu pun digedor-gedornya. "Noura! Gue kebelet banget!"

Lalu pesawat mulai goyang. Afa kaget sambil memegangi dinding yang ada di dekatnya, ia terdiam sesaat. Kemudian muncul peringatan untuk mengencangkan sabuk pengaman. Afa semakin panik. Ia kembali menggedor-gedor pintu. "Cepetan, woi! Turbulensi nih!"

Noura pun keluar dari toilet dengan senyuman kemenangan.

Tiba-tiba seorang pramugari menghampiri mereka. Lalu pesawat kembali goyang.

Afa dan Noura berteriak berbarengan. "Waa!"

Noura tidak sengaja memegangi bahu Afa untuk menahan tubuhnya agar tidak jatuh. Ia yang panik, lalu buru-buru mundur. Merasa jijik, ia menggesek tangannya sendiri ke baju. "Iihhhh!"

Pramugari itu mulai memperingatkan Noura dan Afa. "Please back to your seat!"

Noura menuruti permintaan pramugari. Ia kembali ke tempat duduknya dan memasang sabuk pengaman.

"Gila! Bakal parah nih turbulensinya! Hahai!" Ramzi malah senang dengan kejadian menegangkan ini.

Sementara itu Afa tetap pada pendiriannya. "I have to pee!" pekiknya sembari berlari menuju toilet.

Namun si pramugari mencegatnya. "No! You must back to your seat! It's dangerous!" Ia menarik baju belakang Afa. Saat itu pesawat kembali oleng. Afa dan pramugari berlutut di lantai. Para penumpang di sana pun berteriak panik karena goncangan yang kuat.

Sementara itu Afa digiring oleh pramugari kembali ke tempat duduknya. Afa sudah pasrah karena ia ketakutan juga dengan goncangan dahsyat barusan. Ia ingin menangis saja. Si pramugari langsung mengencangkan seat belt Afa. Setelah itu ia kembali ke ruangan khusus pramugari walau harus oleng beberapa kali selama berjalan.

Lantas guncangan semakin kencang. Para penumpang bergoyang ke kiri dan kanan. Teriakan mereka semakin membahana. Semakin membahana lagi saat barang-barang di bagasi berjatuhan!

"Aaakkk! Kiamat ini maahhh!" seru Noura yang panik.

"Aakk! Gue nggak mau mati, Ya Allah! Gue masih harus ngurusin Mamak! Allahumma bariklana fimma rozaktana wa qinna aza bannar! Allahumma bariklana fimma rozaktana wa qinna aza bannar! Allahumma bariklana fimma rozaktana wa qinna aza bannar!"

"Bang! Itu kan doa sebelum makan! Kyaaa!" teriakan Noura semakin menggila ketika beberapa barang penumpang terlempar di sekitarnya. Matanya membesar saat melihat ada celana pendek wanita menempel di wajah Ramzi.

Ramzi tersenyum lebar ketika celana pendek itu terbang lagi entah ke mana. "Wangi!"

Noura menyuntrungi kepala Ramzi. "Jijiikkk!"

Sementara Afa sudah menangis di tempat duduknya. "Gue nggak tahan lagi!"

Di sebelahnya, Yuli tampak senang. Ia satu-satunya orang di pesawat menikmati turbulensi hebat ini. "Anjir! Udah kayak roller coaster di langit ajah!" Tiba-tiba ada sesuatu yang masuk ke dalam mulutnya. Yuli terdiam. Pada saat itu pula guncangan berhenti. Yuli langsung meniup benda asing dimulutnya itu. Matanya melotot ketika melihat bahwa benda itu adalah celana boxer! Apalagi ketika ada nama Afa tertera di sana! Ia langsung menjambak rambut Afa. "Lo kenapa nggak naro cd di koper sih?!"

"Itu bukan cd, tapi boxer!" Afa tampak meringis

Yuli keheranan melihat ekspresi Afa. Ia kemudian bisa merasakan bau aneh di sekitarnya. Ia mengendus untuk mencari sumber bau. Yuli kian melotot ketika melihat sepatunya yang basah karena air yang menggenang. Saat itu pula ia menyadari jenis air itu ketika melihat airnya berasal dari kaki Afa.

"Pramugaariiiii! Afa ngompooooollll!" teriakan Yuli seketika meluas ke seantero pesawat. Seolah menambah mimpi buruk yang baru saja terjadi di sana. Barang-barang milik penumpang yang berserakan di lantai saja sudah bikin ngeri.

"Afa ngompol?! Gyahaha!" Ramzi terpingkal-pingkal sambil memegangi perutnya.

Noura yang melihat kejadian itu tentu saja terbahak-bahak sampai kepalanya naik. Afa pasti menanggung malu yang teramat sangat. Mampus lo, Fa!

Jeolla, I'm Hurt (COMPLETED)Where stories live. Discover now