Ma Boys

2.7K 307 7
                                    

"Mommyyyy.. Lihat dia mencuri mainanku lagi!"

"Hei bocah! Siapa yang kau sebut dia?"

"Mommyyy, huwaaaaaaa!"

Bisa lihat bagaimana ramainya rumahku? Bahkan ini masih sangat pagi untuk memulai keributan. Reflek aku memijat pelipisku yang berdenyut lalu meninggalkan dapur sejenak untuk melihat apa yang terjadi di ruang tengah.

"Mommyyyy, hiks hiks."

"Apa lagi sekarang, hm?"

"Dia mencuri mainanku lagi."

"Hyung, sayang. Panggil dia hyung."

"Kau dengar bocah? Panggil aku hyung. Aw!"

Kutarik telinga putra sulungku yang sangat senang mengusili adiknya ini.

"Mingyu, bisakah jangan berbicara seperti itu? Adikmu akan mengikutimu nanti. Dan apa tadi? Bocah? Bahkan jarak umur kalian hanya tiga tahun, sayang."

Kulepas tanganku dari telinganya dan beralih menggendong putra mungilku. Sedikit mulai tenang, aku kembali kepada tugasku sebelumnya. Jangan lupakan Jihoon yang masih berada dalam gendonganku.

Pagi ini seperti biasa. Selalu ramai bahkan hingga jam makan siang. Sesekali tenang hanya untuk beberapa saat. Setelah itu? Hah, cukup membuat pusing. Tinggal menunggu waktu saja ketika bocah paling besar di antara mereka pulang, maka rumah ini akan seperti arena perang.

"Daddyyyy!"

Spontan aku menoleh ke arah pintu. Baru saja aku memikirkannya. Jihoon yang tadi tengah asik menyusun puzzle dengan aku yang menemaninya di sofa langsung berlari menubruk kaki suamiku. Bahkan Mingyu yang sedari tadi mengurung diri di kamar langsung menghampiri daddynya dengan cemberut.

"Lihat siapa yang sedang cemberut ini." Tanya suamiku setelah menggendong Jihoon lalu mengelus kepala Mingyu.

"Wow, wow! Ada apa jagoan?" Tanyanya lagi karena sekarang Mingyu memeluknya erat.

Aku hanya memperhatikan dari tempatku sekarang. Tanpa niat menghampiri mereka. Pasti dia akan mengadu pada daddynya, batinku.

"Hiks hiks Mommy menarik telingaku Dad..."

"Itu karena hyung mencuri mainanku." Oh bagus sayang, setidaknya Jihoon yang mewakiliku menjawab.

"Benarkah? Apa sebaiknya sekarang kalian membagi mainan agar tidak perlu berebut lagi? Daddy sudah membawanya. Ambilah di mobil. Daddy sangat lelah." Mendengar itu wajah kedua putraku langsung sumringah. Keduanya langsung berlari keluar.

"Hei, sayang." Sapanya padaku. Tanpa membersihkan diri atau setidaknya membuka jas kerjanya, ia berbaring dengan pahaku sebagai bantalnya.

"Kau lelah, hm?" Tidak ada jawaban. Melainkan wajahnya yang ia tenggelamkan pada perutku.

"Ayo kubantu ke kamar. Bersihkan dirimu terlebih dahulu setelah itu istirahat."

Aku membantunya ke kamar bersamaan dengan anak-anak yang kembali dengan berbagai mainan di tangan mereka. Sepertinya suamiku benar-benar kelelahan selama kunjungan kerjanya di luar kota.

oOo

Saat ini kami tengah menikmati makan malam. Tidak ada keributan karena Mingyu yang biasa memulai tengah merajuk padaku. Suamiku juga, dia masih dalam mode kelelahan. Jihoon? Dia tidur lebih cepat malam ini setelah menghabiskan susu dan biskuit kesukaannya.

"Mingyu bisa ambilkan Mommy air?" Tanyaku memecah keheningan.

"Kenapa tidak Daddy saja?!"

"Tidak perlu berteriak jika kau tidak ingin mengambilnya. Berhentilah bersikap seperti itu!"

"Seperti apa? Mommy selalu membela Jihoon. Mommy tidak sayang padaku!"

"Mingyu.."

Belum sempat aku berkata, ia sudah membanting sendok dan pergi ke kamarnya. Dapat kudengar suara pintu yang ditutup dengan keras. Hah! Dia tidak pernah seperti ini sebelumnya.

"Hanie-yah? Kau tidak apa-apa sayang? Makanlah. Biar aku yang bicara padanya."

"Tak apa sayang. Lanjutkan saja makanmu."

Setelah membersihkan sisa makan malam, aku dan suamiku masuk ke kamar. Aku memandangi pintu kamar Mingyu yang berada tepat di depan kamar kami sebelum menutup pintu.

"Cheol-ah? Kau tahu? Anakmu itu sangat keras kepala sama sepertimu." Ucapku setelah kami berbaring di ranjang.

"Dia hanya kesal, sayang."

Seungcheol membawaku ke dalam pelukannya. Menciumi puncak kepalaku agar aku tenang.

Ia mencoba menghilangkan kerisauanku dengan menautkan bibir kami. Tangannya mulai mengelus perut rataku. Bibirnya sudah berpindah ke rahang lalu turun ke leherku. Entah sejak kapan aku sudah berada di bawahnya.

Lama kami dalam posisi seperti ini, hingga suara ketukan pintu tertangkap indera pendengaranku. Dan sepertinya tak hanya aku yang mendengar.

"Lihat siapa yang datang. Jagoanmu akan menganggu malam kita." Ucap Seungcheol dengan kekehan kecil saat mengatakan 'malam kita'.

Kami merapikan baju sesaat. Ia berjalan ke arah pintu. Benar dugaannya. Mingyu datang dengan wajah habis menangis. Aku tetap di ranjang menunggu mereka datang padaku.

Dengan takut-takut Mingyu menaiki ranjang, disusul Seungcheol setelah menutup pintu kembali. Dengan posisi tidur menyamping aku merentangkan tanganku padanya. Oh lihatlah! Dia langsung menerjangku dengan menangis tersedu-sedu.

"Mommy maafkan aku. Aku tau Mommy menyayangiku." Ujarnya sambil menangis.

"Ssst, jangan menangis. Maafkan Mommy juga. Jangan pernah berpikir bahwa Mommy membedakanmu dengan Jihoon, ok? Mengertilah jika ia masih kecil. Mengerti, sayang?"

Mingyu menganguk dalam pelukanku. Aku terus mengelus dan menciumi puncak kepalanya. Ahh, dia benar - benar duplikat daddynya.

oOo

Selesai dengan Mingyu, kini aku direpotkan dengan Jihoon yang menangis tersedu-sedu di ujung kamarnya. Ia mulai mengamuk setelah mengetahui jika Mingyu tidur bersamaku dan Seungcheol tadi malam.

"Nanti malam Daddy bacakan cerita, ok?"

"Daddy jahat!"

"Mommy yang bacakan, mau?"

"Mommy juga jahat!"

Seungcheol menghela napas lelah. Apa sekarang ia tahu mengurus dua anak kecil sangat merepotkan ditambah lagi dengan bayi besar sepertinya?

"Jihoon-ah? Sudah jangan menangis lagi. Hyung akan memberikan mainan hyung untukmu."

Ah, Choi Mingyu, dia kakak yang baik, hanya saja terlalu usil pada adiknya.

"Daddy tidak akan membantumu jika kau dimarahi Mommy karena mengambil kembali mainan yang telah kau berikan." Ucap suamiku yang dibalas anggukan mantap dari Mingyu

"Mommyyyyy...." rengek Jihoon merentangkan tangannya padaku. Sepertinya dia sudah luluh.

"Ya sayang? Kau ingin bermain dengan mainan hyungmu?"

"Tapi kau hanya boleh bermain dengan mainanku yang itu." Mingyu menunjuk robotnya yang telah kehilangan kepala dan kaki.

"Mommyyy!"

Oh astaga! Aku pikir sifat jahilnya telah berkurang. Sepertinya pagi ini akan kembali ramai.

END

JEONGCHEOL'S STORIESWhere stories live. Discover now