Barbershop

1.6K 188 9
                                    

“Udah? Kemana lagi?”

Jeonghan mendengus kesal. Bukannya jawaban, ia malah mendapat tarikan kencang pada lengannya. “Seungcheol sialan!” umpatnya dalam hati.

“Heh! Lo pikir belanjaan lo ga berat!”

Cengiran tanpa dosa ia dapatkan. Beberapa pasang mata mulai menatap mereka. Jika saja ini bukan tempat umum, mungkin Jeonghan akan memotong bagian tubuh pria itu lalu dibuang ke pinggir sungai atau tempat sampah. Memang terlalu biasa bagi rencana ‘pembunuhan’, tapi itulah yang ia pikirkan.

“Gue sih pengen bantuin lo bawain itu belanjaan, tapi gimana ya? Tangan gue terlalu capek.”

Telinga Jeonghan seperti mati rasa. Sepanjang menemani Seungcheol berbelanja, kata-kata itu selalu ia dengar.

Jengah. Jeonghan berjalan mendahului Seungcheol sambil menaikkan poni hingga sejajar dengan rambut sebahu miliknya. Namun, baru beberapa langkah, lengannya kembali ditarik.

“Kita belom mau pulang. Gue mau ke sana,” telunjuk Seungcheol mengarah pada sebuah tempat bertuliskan ‘Barbershop’. Pintu kacanya membuat bagian dalam tempat itu terlihat jelas. Ramai, tapi tidak padat.

Semua mata tertuju pada mereka ketika tiba di sana. Oh, tidak. Semua mata tertuju pada Jeonghan ketika mereka tiba di sana.

Bukannya risih, mereka seolah tak peduli dan malah mengambil posisi masing-masing. Seungcheol duduk di kursi tinggi depan cermin, sedangkan Jeonghan duduk di kursi tunggu di belakangnya.

“Mau potong gimana, Mas?” tanya kapster yang mulai menyentuh rambut Seungcheol. “Dirapihin aja, Mas.”

Seungcheol melirik Jeonghan yang sedang memainkan ponselnya melalui pantulan cermin. Kegiatannya itu ternyata tak luput dari kapster tadi.

“Udah kebalik ya, Mas?”

“Kebalik? Apanya?” tanya Seungcheol heran.

“Biasanya kan cowok yang nemenin cewek ke salon, lah sekarang cewek yang nemenin cowok potong rambut. Pacarnya Mas pengertian banget.”

Seungcheol hampir saja tertawa lepas, namun urung ketika ia mendapati Jeonghan yang ternyata menguping diam-diam.

“Jangan sering-sering diajak ke barbershop, Mas. Liat aja tuh! Laki-laki di sini pada kesemsem sama pacarnya Mas.”

Baiklah, kali ini Seungcheol tidak bisa menahan tawanya. Jeonghan sudah mendelik saat kapster mengatakan itu, ditambah lagi tawa yang begitu membuatnya kesal.

“Dia bukan pacar saya, Mas. Saya bakal tunangan sama kakaknya. Maminya nyuruh dia nemenin saya belanja.” kata Seungcheol menunjuk belanjannya yang berada di samping kursi Jeonghan.

“Lagi ngetrend ya ngomongin orang di depannya langsung?” sindir Jeonghan.

“Si Mbaknya marah, Mas.”

Seungcheol tak membalas bisikan itu. Ia hanya diam menahan geli dalam hati. Helai demi helai rambutnya yang tidak teratur mulai terlihat rapi.

“Mas beruntung dapetin kakaknya. Adiknya aja udah cantik begini, gimana kakaknya? Kinclong ya kan, Mas?” celetuk kapster itu lagi ketika hening menguar di antara mereka.

“Mbak, mbak cantik deh,” lanjutnya menoleh ke arah Jeonghan.

“Terakhir kali gue ke kamar mandi, ‘adek’ gue masih panjang, belom nyusut apalagi berubah bentuk.” Jeonghan sengaja memberi penekanan pada kata ‘adek’, tidak lupa juga nada sarkas di sepanjang kalimat.

Hening. Tidak hanya kapster di depan Jeonghan yang mendengar dan menangkap maksud kata-kata itu, semua orang di sana pun paham.

Tidak ada yang menanggapi. Si kapster kembali fokus pada rambut Seungcheol. Pelanggan atau kepster lain juga mulai memalingkan perhatiannya yang semula terpaku pada Jeonghan.

Seungcheol sendiri? Ia masih sibuk menahan tawa dalam hati.

End.








Aku baca komen2 di part sebelumnya. Ga nyangka banyak yg minta lanjut. Padahal itu buatnya niat ga niat😢
Karena aku baik😅, jadi bakal aku lanjut.
Tapi, ga sekarang:"
Kalo berkenan, silahkan tunggu. Kalo engga, ya juga gapapa:")
Makasih banyak atas dukungannya!😘💋

JEONGCHEOL'S STORIESWhere stories live. Discover now