Untitled

1.4K 174 5
                                    

Jeonghan mendesah tertahan. Tubuhnya limbung ke samping. Beberapa orang berjas hitam dengan sigap membantu ia duduk di sebuah batu besar.

Keringat berkumpul di dahinya, membentuk bulir-bulir kecil menyerupai biji jagung. Salah satu orang yang membantunya tadi mengernyit heran. Tubuh pria bersurai sebahu itu sangat dingin, bahkan pucat. Entah kemana seluruh darah yang ia punya.

"Minum, Tuan Muda," tawar salah seorang pengawal yang bertubuh lebih tinggi dari yang lainnya. Mengabaikan kerongkongannya yang kering, Jeonghan menggeleng pelan.

"Aku baik-baik saja. Kalian, kembalilah!" lirihnya.

"Kembali ke posisi awal! Perketat keamanan!" pengawal bertubuh tinggi itu mengangguk paham pada Jeonghan. Membungkuk hormat setelah memberikan instruksi melalui alat komunikasi jarak jauh yang bertengger di telinganya.

Perlahan, suasana di lapangan itu kembali seperti semula. Berpasang-pasang sepatu pantofel mulai menciptakan jarak dengan tubuh ramping yang masih duduk di sana.

"Kau tuli?" sarkas Jeonghan setelah mengatur napasnya. Ia tetap pada posisi di atas sebuah batu besar. Walau begitu, kehadiran seseorang di belakangnya masih dapat ia rasakan.

"Oh, kau si pengawal baru itu? Kuberi tahu, jika aku memberi perintah, maka kau harus menurutinya. Sekarang, pergilah!" kali ini Jeonghan bangkit dari duduknya. Kembali mengayunkan stick golf di tangannya.

"Kau cukup keras kepala rupanya," kekehan Jeonghan membuat pria yang masih setia dengan posisinya itu menaikkan sebelah alisnya. "Apa kau salah satu orang suruhan lawan bisnis ayahku? Katakan apa yang kau mau."

Jeonghan berbalik, menghujam tepat pada iris selegam arang itu. Tidak ada amarah. Hanya sorot tajam serta smirk yang terukir jelas di bibir tipisnya.

"Mengapa Anda menolak untuk minum, Tuan? Tubuh Anda sudah sangat banyak mengeluarkan cairan," mengabaikan pertanyaan sebelumnya. Pria itu maju mengikis jarak, hingga tersisa Jeonghan tiga langkah di depannya.

"Kau masih benar-benar baru untuk tahu kondisiku. Cukup kerjakan tugasmu dengan baik. Kembalilah!"

Manik Jeonghan berubah sendu. Ia berbalik memunggungi pria itu lagi. Namun, sesuatu yang menyentuh jemarinya membuat ia menoleh pada si pengawal baru.

"Ini hanya air mineral. Anda tidak perlu takut."

Jeonghan memosisikan dirinya menghadap pengawal itu. Suara telapak tangan bertemu pipi begitu terdengar jelas hingga mengundang kehadiran pengawal lain dari posisi mereka masing-masing.

"Berhenti di sana!" perintah mutlak. Tidak ada yang meneruskan langkahnya. Mereka hanya berdiri tegak memperhatikan.

Jeonghan menghembuskan napasnya pelan. "Aku anggap ini tidak pernah terjadi. Turuti perintahku dan lakukan saja tugasmu," ia menghempaskan stick golf dalam genggamannya, lalu beralih merebut botol air mineral di tangan pria itu. Melemparnya jauh hingga menyentuh tanah.

Jeonghan menjauh, diikuti seluruh pengawal. Meninggalkan satu-satunya pria yang menahan nyeri di pipinya.

End.

Haeeeeeeee! Udah lama ga up:" aku kena wb sih huhu:":"
Btw, udah tau kan yah siapa yg ditampar sama Han? :v
Happy reading!💋

JEONGCHEOL'S STORIESWhere stories live. Discover now