en.am.be.las

4.6K 936 62
                                    

Rose Junhoe Chaeyeon Minghao

Sejak mereka beristirahat, keempatnya tertidur. Mereka bukan tidur karena lelah, namun mereka beristirahat di ruang bius. Sebuah ruangan dengan obat bius modifikasi berbentuk aerosol, sehingga tercium seperti pengharum ruangan. Obat bius tersebut tahan selama empat jam untuk laki - laki dewasa. Jika perempuan mungkin bisa lebih karena dosis yang diperlukannya lebih sedikit.

"Kok gua tidur ya. Perasaan tadi cuma duduk nungguin Rose sama Chaey rehat." Kata June.

"Laaah Si Minghao juga merem. Woy bangun lo." Kata June.

"Udah pagi ya Jun?" Tanya Minghao.

"Mana gua tau ini pagi apa malem." Kata June.

Minghao menepuk pipinya, berusaha agar ia segera sadar 100%.  Ia berusaha mengingat hal apa yang dilakukannya sebelum terlelap.

"Jun, kayaknya kita kena pengaruh obat bius. Soalnya tidur gua rileks bener." Ujar Minghao.

"Bisa jadi. Bantuin gua bangunin cewek - cewek ini." Kata June.

June berusaha membangunan Rose. Dia menepuk pipi pacarnya itu. Namun, Rose tak bergeming. Begitu juga Chaeyeon. Dia masih saja pulang walau Minghao sudah membangunkannua dengan meneriakinya tak jauh dari telinga.

"Ini beneran bius Jun. Gendong aja. Gua rasa kita bisa kena pengaruh lagi kalau terus - terusan diam disini." Kata Minghao.

"Duh Roseanne nyusahin gua mulu kerjaan lo."Dumel June.

Kini Minghao dan June sama - sama menggendong perempuan yang tertidur lelap. Mereka pergi mencari ruang tengah tempat mereka berkumpul tadi.

"Berat juga ya gendong." Kata Minghao.

"Menurut lo." Timpal June.

"Lo kenapa tadi berantem sama Rose? Maaf nih gua kepo."

"Biasalah dia cemburu, dulu gua sempet deket sama Mina. Tapi ya gitu ga jadi. Mina menghindar. Dia bilang bahaya kalau gua deket sama dia. Gua juga ga paham apa. Yang jelas Mina itu lemah lembut, ga ada kasar - kasarnya. Makanya gua penasaran bahaya apa. Cuma dia kekeh minta gua menjauh. Sampai gua ketemu Rose dan gua menjalani hidup gua seperti ini." Ujar June.

Minghao mengangguk. Walau sebenarnya ia ragu dengan apa yang dikatakan June.

"Ke arah mana Jun, ini kok ada jalan bercabang." Ujar Minghao.

"Diem dulu aja disini. Berat gendong." Kata June.

"Gua ga yakin Jun buat diem disini. Bangunin aja mereka." Ujar Minghao.

BUM! terdengar suara ledakan kecil.

"Et dah kok geter ini lorong." Kata Minghao.

"AWASSSS DINDING SEBELAH LO MAU RUNTUH." Kata June.

Minghao refleks lari sambil menggendong Chaeyeon ke arah kiri, dan June mau tak mau berlari sambil menggendong Rose ke arah kanan. Beruntunglah tak lama kemudian pengaruh obat bius itu hilang.

"Gua dimana Jun?" Tanya Rose.

"Lo aman sama gua. Kita kayaknya masuk game dalam mimpi lo." Jawab June.

"Peek a boo?" Tanya Rose.

June mengangguk.

"Lo harus selalu sama gua kalau mau aman." Ujar Rose.

Minghao akhirnya lega karena Chaeyeon bangun. Namun, tak lama kemudian terdengar suara gemuruh.

"Chae lo udah sadar bener kan?" Tanya Minghao.

"Masih pusing gua." Jawab Chaeyeon.

"Kita harus kabur Chae, gua denger suara ombak."

"Kan kita dipinggir pantai." Kata Chaeyeon polos.

"Bukan itu tapi..."

Ucapan Minghao terputus karena air mengalir sangat deras. Menghanyutkan Minghao dan Chaeyeon.

"TOLONGIN GUA." Kata Chaeyeon.

"Jangan lepasin tangan gua." Kata Minghao yang sudah memegang tangan Chaeyeon.

Sayangnya mereka terpisah terbawa arus menuju dua lorong yang berbeda.

👌👌👌

Secret Room

"Ga ada yang pulang?" Tanya Sehun.

"Kita harus pisahin keturunan, orang berpontensi, sama yang bisa diajak pulang." Kata Seulgi.

"Tapi Seul." Kata Jinyoung.

"Lo harus ngerti kita mau ga mau harus ngelakuin permainan ini." Kata Seulgi.

"Ngga Seul, kita bisa ngelakuin tapi mereka bisa berentiin." Ujar Wendy.

"Maksud lo?" Tanya Jaebum.

"Ada empat yang sama kaya gua disana. Dan gua ga yakin bisa memanipulasi mereka. Apalagi dua diantaranya barengan." Jawab Wendy.

"Pisahin mereka Nyoung." Kata Jaebum.

"Gua ga yakin, karena mereka kaya orang pacaran." Ujar Jinyoung.

"Mina Bambam Rose Minghao." Kata Sehun.

"Ada yang bener. Tapi gua ga bisa bilang." Ujar Wendy.

👌👌👌

Eunha Jungkook Yuju

"Na udah." Kata Yuju.

"Eunwoo."

"EUNHA UDAH. DIA UDAH GA ADA." Jungkook emosi karena sejak tadi Eunha menyebut nama Eunwoo.

"Tapi Kook kita ga nolongin dia." Kata Eunga.

"Kita ga bisa nolongin dia. Udah takdirnya dia gini. Percaya sama gua lo bakalan selamat." Kata Jungkook.

Eunha melamun. Dia masih shock.

"Na, walau Eunwoo pergi, ada gua, Jungkook yang siap lindungin lo. Gua juga siap gantiin posisi Eunwoo dalam hiduo Lo."

Eunha masih tak bergeming. Yuju gemas sendiri. Kesal juga.

"Jungkook, lo bego apa tolol si Eunha masih shock." Kata Yuju.

"Gua ga bisa nahan perasaan gua." Kata Jungkook.

Keduanya kemudian diam seperti Eunha dan sibuk dengan lamunannya sendiri.

"Kook."

"Ju."

Suara mesin pemotong kayu. Saat ini mereka bertiga duduk di sebuah dipan kayu. Suara mesin terdengar semakin jelas. Lampu tiba - tiba padam dan suara itu semakin jelas seperti disebelah telinga.

"Ju lo baik - baik aja?" Tanya Jungkook.

"Lo takut ga usah pegang tangan gua kali." Jawab Yuju.

"Eunha." Panggil Jungkook

"Eunha." Panggil Yuju.

Tak menyahut.

1

2

3

"JUNGKOOKKKKK YUJU TOLONG GUA ADA YANG NARIIIIK." Teriak Eunha

Preview

Ini ga bisa dibiarin

Lo nemu apa itu

Ruangannya kaya di film horror

Kenapa bau darah

Panas banget sumpah




peek a boo - 94 & 97 Liner + millenium Sqd ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang