de.la.pan be.las

4.5K 902 139
                                    

Lisa Donghyuk Solbin Jaehyun Sicheng

Setelah melalui lorong aneh dan kehilangan roa, lima orang ini sampai di sebuah ruangan dengan rak yang penuh debu.

"Kok ini kaya perpustakaan kuno." Kata Donghyuk.

"Jangan asal megang barang lo." Kata Lisa

"Kenapa gua ga bisa lindungin Roa. Arrgh." Kata Jaehyun. Kini ia terduduk lemah di salah satu kursi rotan di ruangan ini.

"Salah lo kenapa ga deket dia tadi." Sindir Solbin.

"Lo kalau mau mancing ribut mendingan diem. Paham." Kata Sicheng.

Solbin mencibir, ia memilih duduk selonjoran di lantai, merilekskan otot – otot kakinya yang lelah karena berlari tadi. Lisa, Donghyuk, dan Sicheng memilih mengelilingi tempat ini. Ketiganya terpaku pada sebuah buku dengan sampul berwarna merah dan penuh debu.

"Peek – a – boo, your lullaby games?" Kata Lisa mengeja kalimat di sampul buku itu.

"Coba ambil, gua rasa ada petunjuk di buku itu." Kata Sicheng.

"Peek – a – boo gua pernah denger, rasanya baru kemarin – kemarin." Kata Donghyuk.

"Coba lo inget – inget Hyuk, ini buku mencurigakan banget, yang lain warna coklat dia merah sendiri sampulnya." Ujar Lisa.

"Kak sepupu gua Jisoo bahas ini sama suaminya Kak Jinyoung. Gua denger sekilas soal bunuh, ritual, dan Naverland." Kata Donghyuk.

"Boleh gua liat bukunya?" Tanya Sicheng.

Mereka bertiga terlalu fokus pada buku merah di perpustakaan tak sadar bahwa lantai yang mereka injak bergerak.

"LISA DONGHYUK SICHENG." Panggil Solbin.

"Mereka kemana sih, lama banget." Ujar Jaehyun.

"Suara mereka tadi kedengeran lagi ngomongin buku sampul merah, tapi kok sekarang ga kedenger. Samperin yuk." Ajak Solbin, ia takut jika harus sendirian mengecek.

"Ayo." Kata Jaehyun.

Keduanya berjalan menuju rak buku, hingga memutari ruangan itu, tapi tidak ada tanda tiga orang teman mereka.

"Mereka ga keluar ruangan kan? Kok ga ada?" Tanya Jaehyun.

"Gua kok ngerasa ruangan ini makin sempit ya." Kata Solbin.

"Iya, Bin, bentar kok ini rak maju ya." Ujar Jaehyun.

"Jae kita ga bisa lari ini. Pasti bakalan kegencet." Kata Solbin.

"Gua pangku lo, nanti lo loncat ya." Ujar Jaehyun.

Solbin hanya mengangguk, ia naik ke pundak Jaehyun. Kemudian naik ke rak yang bergerak semakin menghimpit tubuh Jaehyun. Solbin berhasil naik ke rak. Namun, ia tidak hati – hati hingga ia jatuh. Kepalanya lebih dahulu mendarat ke lantai, tulang lehernya patah, dan ia pun tertidur untuk selamanya.

"Solbin lo kenapa?" Tanya Jaehyun.

Tak ada jawaban. Jaehyun semakin panik, apalagi sekarang rak buku semakin menghimpitnya ke dinding.

Ahn Solbin is going Home. Congratulation.

Jaehyun kaget mendengar itu, namun ia pun tak bisa bersedih. Ia harus seger pergi dari tempat ini. Rak berhenti bergerak. Jaehyun berusaha memanjatnya, akan tetapi tiba – tiba semua buku di rak tua itu jatuh dan Jaehyun pun tertiban. Tidak akan berakibat fatal jika itu buku berisi kertas, namun buk itu berisi mata pisau tajam yang sudah menancap diseluruh tubuh Jung Jaehyun. Darah segar membuat kertas kertas menjadi merah. Jaehyun masih hidup, perlahan tubuhnya serasa melemas. Dalam bayangan ia mebayangkan ada Roa disampingnya.

"Roa ki ta ke te mu la ...... gi."

Jung Jaehyun is going Home.

"Bentar kok barusan pengumuman Solbin sama Jaehyun pulang. Bukannya mereka nungguin kita di...." Ucapan Donghyuk terhenti melihat belakangnya bukan lagi ruangan tadi, tadi sebuah ruangan putih dengan kaca transparan yang mengelilinginya.

"Kayaknya kita bertiga kepisah karena buku ini." Ujar Lisa.

"Kayaknya ia, tapi gua ga bisa semua bagiannya, gua Cuma bisa baca bagian kutukan peek – a- boo kalau korbannya ga sampai 13 berarti keturunan pemain sebelumnya yang harus menggenapkan. Sisanya kosong." Kata Sicheng.

"Mana kosong itu ada tulisannya Sicheng, katanya orang yang bisa baca buku ini adalah keturunan pemain sebelumnya atau orang dengan kekuatan misterius. " Ujar Lisa.

"Kita harus nemu semua orang yang selamat buat baca semua bagian buku ini. Biar kita bisa berhentiin permainan gila ini." Kata Donghyuk.

"Bagian mana yang bisa lo baca Hyuk?" Tanya Sicheng.

"Kita bisa minta tolong ke pemain yang selamat di permainan sebelumnya. Mereka bisa bantu kita hentiin ini, tapi harus ada satu orang yang lahir dari Queen dan King yang dikorbankan." Jawab Donghyuk.

Secaret Room

"Ini yang gua takutin, Jisoo lagi hamil." Kata Jinyoung. Kali ini ia sudah tidak bisa menyembunyikan kekhawatirannya.

"Kenapa lo se khawatir itu? Jisoo bahkan ga pernah main peek – a – boo " Tanya Sehun.

"Ibu mertua gua Queen and King Hun, mereka selamat di permainan ini dulu. Dan Jisoo menikah dengan the winner permainan ini juga." Jawab Jinyoung.

"Lo ga bisa pergi dari tempat ini tapi, sebelum korban kita tepat tiga belas." Jaebum mengingatkannya.

"Biar gua hubungin Irene." Kata Wendy.

"Gua akan hubungin semua pemenang yang selamat buat jaga istri lo." Kata Seulgi.

"Lebih baik mereka semua kesini dan cuma Seungyeon yang jaga Jisoo. Karena kalaupun permainan ini berakhir dengan korbanin keturunan murni ga akan Jisoo. Ada darah asli dari pembuat perjanjian sama setan – setan ini." Ujar Wendy.

"Siapa?" Tanya Sehun.

"Orang yang bisa baca semua isi buku merah itu. Jadi ini alasan Jinyoung sama Wendy kekeh libatin buku Merah The Winner buat dilibatin." Jawab Jaebum.

"Ya, karena gua nemuin darah murni pendiri Naverland, diluar 9 orang keturunan pemenang permainan ini." Kata Jinyoung.

"Cewek atau cowok?" Tanya Sehun lagi.

"Cewek." Kata Jinyoung.

"Oke gua udah tahu." Kata Sehun.

siapakah anak perempuan itu ?

Jiho

Rose

Jamie

Yerin

Yuju

Mina

Jihyo

Lisa

peek a boo - 94 & 97 Liner + millenium Sqd ✔Where stories live. Discover now