tiga.satu

3.4K 446 33
                                    

Hyunjin masih belum sadarkan diri, namun kondisinya sudah stabil. Selama seminggu hari ini Jisoo tak pernah meninggalkan Hyunjin. Ia takut apa yang terjadi pada Yena terulang. Soal Jinyoung, Jisoo seolah tak memikirkannya, baginya anak adalah hal terpenting saat ini.

"Kak, bangun Kak. Bunda janji ga akan larang kakak ini itu kalau kakak bangun. Jangan tinggalin Bunda Kak." Kata Jisoo.

"Kak, makan dulu lo." Kata Donghyuk.

"Ga bisa, Hyunjin belum sadar."

"Lo nanti ikutan sakit ga bisa disamping Hyunjin lagi." Kata Donghyuk.

"Hyuk, Jinyoung ga kesini lagi ya setelah gua usir." Kata Jisoo.

"Menurut lo aja, Ayah mana yang ga khawatir sama anaknya." TImpal Donghyuk.

"Apa gua terlalu galak ya sama dia." Kata Jisoo.

Donghyuk tidak berkomentar, ia tahu Jisoo sedang bersedih. Masalah yang dialami Jisoo tidak main - main memang, berurusan dengan hal diluar nalar. Jisoo pasti tak ingin juga keluarganya hancur. Dia juga sudah kehilangan Yena. Dia tak ingin kehilangan buah hatinya lagi.

"Jis, bisa kita bicara sebentar." Ujar Seungyeon.

"Ada apa?" Tanya Jisoo.

"Kita harus menghentikan semua ini." Jawab Seungyeon.

Jisoo tidak tertarik dengan ucapan Seungyeon. Ia merasa tidak ikut serta dalam kejadian ini. Ia hanya korban, begitu pun kedua anaknya. Hal yang ia inginkan bukan menghentikan ini semua, tetapi bisa kembali hidup normal seperti semula. Jisoo tahu hal itu tidak mungkin, apalagi Yena sudah beristirahat dengan tenang.

"Kami butuh bantuan mu untuk menghentikan dia. Jika tidak dia akan terus diganggu." Kata Seungyeon mengingatkan.

"Aku menjamin setelah ini kehidupan mu tidak akan terusik olehnya lagi." Tambah Seungyeon.

Jisoo menatap mata Seungyeon lekat - lekat. Ia mencari kebohongan dalam sorot matanya. Kali ini Seungyeon tidak menujukan keraguan atau kebohongan. Ia memang berniat tulus menghentikan semuanya. Terlebih anaknya sendiri Han menjauhinya. Hal itu semakin menguatkan motivasi Seungyeon untuk segera menghentikan teror ini.

"Apa yang bisa gua lakuin?" Tanya Jisoo.

"Izin, kami hanya butuh izin kamu." Jawab Seungyeon.

"Untuk?" Tanya Jisoo dengan nada ragu.

"Membiarkan Jinyoung menyelesaikan semua teror ini. Hanya itu cara yang bisa kita lakukan Jis. Kalau pun ada cara lain itu akan lebih membahayakan Hyunjin." Jawab Seungyeon.

"Ah itu, bukankah sudah jelas kalau Jinyoung ditakdirkan dengan dia. Jadi kenapa harus bertanya?" Timpal Jisoo.

"Jisoo.."

"Kak cukup, aku udah lelah kak. Aku baru kehilangan Yena, sekarang Hyunjin koma. Lalu kakak datang meminta izin agar aku melepaskan suami ku. Aku lelah kak. Aku muak. Jadi lakukan apa yang ingin kalian lakukan selama tidak mengganggu keselamatanku dan Hyunjin." Kata Jisoo kemudian kembali ke ruangan rawat inap Hyunjin.

Di tempat lain, Jinyoung tengah menunggu keputusan Jisoo. Sebenarnya ia tak ingin melakukan ini, kalau bukan keselamatan Hyunjin yang jadi jaminannya. Mungkin memang dulu Nayeon adalah takdirnya. Namun, sekarang ia sudah bahagia dengan Jisoo. Serta apa yang terjadi di masa lalu bukanlah perbuatannya.

"Kita juga perlu bantuan Jaebum." Kata Suho.

"Kalian saja yang minta. Gua ga yakin bisa rayu Jaebum buat melakukan ini." Timpal Jinyoung.

peek a boo - 94 & 97 Liner + millenium Sqd ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang