2. KEJADIAN (1)

446K 35.5K 2.6K
                                    

Chiko yang baru saja ingin masuk ke dalam ruang olahraga menghentikan langkahnya sambil berdecak. Cowok itu menghela napas gusar sambil mengacak rambutnya jadi berantakan.

Chiko berbalik badan dan menemukan Moza yang sedang berdiri di depannya. Bodohnya lagi yang dilakukan Moza sekarang adalah tekekeh. Sejak tadi yang dilakukan cewek ini hanya mengikutinya, mencari perhatian banyak orang dan yang paling ingin membuat Chiko ingin mencekiknya adalah suaranya yang memanggil nama Chiko mirip toa sekolah.

Bener-bener bikin gondok!

"Lo tuh ngapain masih ngikutin gue, hah?!" Chiko membentak begitu kasar. Cowok itu terdiam sebentar karena tidak menyangka suaranya bisa terdengar tidak terkontrol pada seorang perempuan. Namun Moza malah cengengesan di depannya.

"Gak usah cengengesan! Lo kira lo cantik?!"

"Gue emang cantik kok. Kata Mama gue. Namanya juga perempuan. Semua cewek itu cantik. Kan cantik itu relatif," ucap Moza pada Chiko membuat Chiko menghela napas. Cowok itu memijat bagian tengah antara kedua alisnya.

"Percaya diri lo tinggi banget," ucap Chiko. Cowok itu lalu berbalik badan.

"EEEHH CHIKO LO MAU NGAPAIIINNNN???!?!" Tanya Moza histeris saat cowok itu ingin membuka seragamnya. Chiko menoleh pada Moza.

"Menurut lo gue mau ngapain di sini?" tanya Chiko, ketus.

"INI KAN RUANG OLAHRAGA KO! KALAU MAU GANTI BAJU YA DI TOILET SEKOLAH! JANGAN DI SINI!"

"Cerewet banget sih lo! Emangnya kenapa kalau gue ganti baju di sini?! Sekolah juga gue bayar! Uang SPP juga gue selalu lancar! Ngapain lo ngelarang-ngelarang gue?!"

"IIHH! Ganteng-ganteng kok goblok banget sih!" cela Moza membuat Chiko menaikan sebelah alisnya, menantang Moza untuk lebih jauh dalam berbicara.

"Nggak ada tuh sejarahnya orang ganti baju di ruang olahraga! Adanya juga di toilet sekolah! Ganteng-ganteng tapi gak tau aturan! Kasian muka gantengnya kebanting jauh sama sikapnya!"

Mendengar itu membuat Chiko sedikit tercengang. Marah. Tidak menyangka Moza mengatainya dengan cara seperti itu. Seumur hidup baru kali ini Chiko bertemu cewek model Moza.

Chiko masih terus memperhatikan Moza. Ada rasa tidak senang setelah Moza mengucapakan itu namun Chiko masih mengamatinya. Keadaan dekat ruang olahraga sedang sepi. Cowok itu memandang Moza dan menarik tangannya menuju ke gang kecil antara ruang olahraga dan ruang Jurnalistik.

"Aduh, Ko! Jadi cowok jangan kasar-kasar dong! Nyesel gue suka sama cowok kaya lo!"

"Bodo amat. Lo udah mancing gue marah!" kata Chiko. Kedua alisnya sampai tertekuk. Berikut dengan keningnya. "Gue udah berusaha buat nggak kasar sama lo. Lo yang mancing-mancing."

"Siapa yang mancing?! Lo aja yang ngerasa kaya gitu, Ko."

"Sok manteb banget sih lo?! Orang kaya lo kalau gue diemin bakalan makin berani," ucap Chiko sambil menatap Moza. Kali ini tidak seperti tadi lagi. Tatapan Chiko berbeda. Lebih dingin dari yang tadi. Sementara Moza. Cewek itu sedang diam dan bersender pada tembok ruang Jusnalistik dengan Chiko di depannya.

"Mau lo dari gue apa? Cium? Peluk? Pacar?" tanya Chiko, tidak sabaran. Wajahnya sangat dekat dengan wajah Moza. Hidung cowok itu hampir saja menyentuh hidung Moza. Sedikit saja cowok itu maju. Moza pasti akan merasakan yang namanya terbang ke awang-awang.

"Eh, jawab! Lo gagu atau gimana?" tanya Chiko.

"Pacar!" Moza menjawab yakin. Tegas, lantang dan penuh keyakinan. Perempuan itu meremas seragam sekolahnya dari belakang. Padahal saat ini kakinya lemas. "Gue Moza mau jadi pacar lo! Dengan satu syarat. Kalau lo suka sama gue. Lo kalah!"

"Gue suka sama cewek kaya lo? Yang bener aja! Selera gue rendah, turun, jatoh banget kalau sampe suka sama lo!" ucap Chiko pada Moza.

"Oh ya? Buktiin aja nanti. Kalau lo cowok. Lo buktiin omongan lo. Lo harus jadi pacar gue," ucap Moza. Perempuan itu menatap Chiko dengan tatapan pasti. Chiko terdiam. Menyesal mengajukan tiga rentetan perkataan yang tadi ia ucapkan untuk Moza. Namun kalau cowok itu tidak menerimanya.

Chiko bisa kehilangan harga dirinya sebagai laki-laki.

"Gimana? Berani nggak?" tantang Moza pada Chiko yang sejak tadi diam dan berpikir sambil memandangnya.

"Ok," jawab Chiko singkat. Cowok itu menarik wajahnya dari wajah Moza. "Lo jadi pacar gue. Kalau sampe gue suka sama lo ataupun baper. Gue bakalan ngaku kalah. Kalau lo suka sama gue. Berarti lo yang kalah!"

"Lo bakalan kalah!" Moza memastikan. "Liat aja nanti! Gue lebih ganas daripada cowok buaya kaya lo!"

*****

AN: Spam next di sini buat lanjut donggg! Jangan lupa vote, komen dan share cerita Mozachiko yaa! <3

Gue bagi dua aja ya bagian ini! bingung sama judul jadi Poppi pake itu aja. Tau kok harusnya mantap tapi aku pelesetin jadi manteb. DAAAAN mau nyapa dulu HAAYYYYY! KETEMU LAGI SAMA POPPI DAN COWOK-COWOK GANTENGNYA! HEHEHEHE!1!1!1!!

Follow Instagram:

PopppiPertiwi

Chikogadangga

Mozaadisti

Wattpadpi

SALAM SAYANG, POPPI PERTIWI! JANGAN LUPA NUNGGU KELANJUTANNYA YAH! <3333

MOZACHIKOWhere stories live. Discover now