30. RATU SEKOLAH, MOZA ADISTI

369K 34.9K 25.1K
                                    

30. RATU SEKOLAH, MOZA ADISTI

Hari ketiga Chiko sama sekali tidak bisa menemukan Moza. Cowok itu mengacak rambutnya, frustrasi. Perempuan itu seperti menghilang tanpa jejak. Moza tidak meninggalkan kabar apa pun selain surat izin ke sekolah.

Orang-orang tak ada yang tahu ke mana perempuan itu pergi. Jaka dan Nency pun sama. Chiko tidak bisa bertanya pada Ayah Moza karena sedang berada di luar kota untuk tugas kerjanya. Chiko mengerang, bingung. Pulang sekolah. Chiko berjalan dengan langkah linglung di lorong panjang SMA Rajawali.

“Sini lo!” seseorang menarik tas Chiko dengan kuat. Chiko yang tak sigap pun berhasil mundur lalu menoleh dan menemukan Ganang, Ergo, Frengky serta Bisma yang membawanya secara paksa masuk ke dalam kelas yang sepi.

“Apa-apaan lo Nang?! Lo ngapain ngajak gue ke si—” suara pukulan di wajah Chiko pun tak terelakkan. Merasa kurang puas. Ganang kembali mengambil langkah lebar ke depan lalu menghajar wajah Chiko hingga cowok itu jatuh ke bawah. Darah segar mengalir di sudut bibir Chiko. Dahi laki-laki itu pun berdenyut lebam karenanya. “Nang! Lo kenapa?!”

“BANGUN! Gak usah kaya orang tersakiti gitu muka lo!” Ganang malah menantang Chiko. Celaka besar. Tak pernah Chiko dan Ganang terlibat adu fisik seperti ini. Kecuali ketika Ganang menolak ke kantor guru untuk bertemu Ibunya dulu. “Bangun! Mana Chiko yang gue kenal?! Baru ditinggal Moza segini aja lo udah kaya orang stres! Lemah!”

Chiko mengusap sudut bibirnya yang berdarah. “Diem lo Nang! Gak usah ikut campur!”

“Ini sifat lo yang gak pernah gue suka dari lo, Ko! Gak usah merasa semuanya bisa lo atasin sendiri!”

“Terus gue harus cari dia di mana Nang?! Lo tau kan gue udah nyari Moza ke mana-mana?! Gue udah upayain segala cara buat nyari Moza tapi sampe sekarang gue gak tau dia di mana! Gue sama sekali gak tau kabarnya! Nency sama Jaka juga gak tau Moza ke mana! Kenapa sekarang lo jadi marah dan nambah-nambah masalah gue, Nang?!”

“Goblok! Justru gue temen lo makanya gue marahin lo biar lo lebih cepet nyari Moza!”

“Dengan lo marah-marah kaya gini juga Moza gak bakalan ketemu, Nang!”

Ganang mencengkram kerah seragam Chiko lalu berseru marah di depan mukanya, “Makanya cari! Berusaha! Cepet banget lo nyerahnya! Kalau lo males kaya gini gimana lo bisa ketemu sama Moza buat minta maaf?!”

“Lo tau kenapa gue mukul lo tadi? Itu supaya lo sadar!” Ganang masih mendobrak Chiko dengan kata-katanya. Ganang melakukannya untuk kebaikan Chiko. Supaya Chiko mengerti arti kata berarti setelah kehilangan. “Sadar, Ko! Gak usah bersikap seolah-olah lo juga sakit hati! Moza apa kabar?! Jauh lebih sakit hati siapa? Moza atau lo?!”

Tandas! Ganang sangat serius dengan ucapannya. Ganang memberi sedikit jarak lalu memukul wajah Chiko kembali hingga Chiko jatuh ke bawah lantai. Chiko babak belur sampai-sampai telinganya sedikit berdenging karena pukulan Ganang yang sangat keras.

Ganang mendekati Chiko dengan wajah kaku lalu mengulurkan sebelah tangan. Persis seperti apa yang dilakukan Chiko dulu pada Ganang di kantor guru. Meminta Chiko menyambut uluran tangan Ganang. “Lo temen gue biarpun lo bangsat, Ko. Gue pernah bilang sama lo. Gak semua kesalahan dapat kesempatan kedua. Tapi lo bisa buka lembar baru untuk orang yang sama,” ucap Ganang.

“Anggep aja gue lagi balas budi karena lo pernah nyadarin gue dan bikin hubungan gue sama orangtua gue membaik. Sekarang lo bangun! Lo butuh berapa orang buat nyari Moza? Ada gue, Ergo, Bang Bisma sama Bang Frengky. Lo butuh berapa orang lagi?” tanya Ganang.

“Gue takut Moza gak mau maafin gue, Nang. Kesalahan gue sama dia banyak. Moza bener-bener penting di hidup gue. Gue gak bisa kehilangan dia kaya gini. Gue harus ketemu Moza secepetnya,” ucap Chiko putus asa.

MOZACHIKOWhere stories live. Discover now