17. MULAI PEDULI?

351K 29.9K 21.9K
                                    

17. MULAI PEDULI?

“NANG! LO GESER DIKIT NAPA! BADAN AJA GEDE-GEDE KAYA KINGKONG!” protes Frengky duduk di samping Ganang.

“Yah ngapa jadi nyalahin badan gue?! Makanya Bang! Lo sekali-sekali dateng ke tempat gym! Makan yang banyak! Badan kurus kerempeng udah kaya sapu lidi gini!” balas Ganang yang duduk di samping Frengky sambil mengangkat sebelah lengan Frengky. Perbedaan usia tidak membuat Chiko berserta teman-temannya lupa bahwa Bisma dan Frengky adalah Kakak kelas mereka.

“Au nih! Lo Nang! Sadar diri kek! Badan udah gede gini pake ikutan duduk di sini! Pindah sono lo ke bawah! Sempit tau?” Bisma ikut protes.

“Makanya lo pada makan yang banyak! Makan-makanan instan mulu gimana mau besar kaya gue?!” Ganang menggerutu lalu berdiri. Membiarkan Bisma dan Frengky duduk bersebelahan.

“Lo pada duduk aja ribut,” ucap Chiko. “Untung kaga satu kelas. Kalau satu kelas. Hancur pasti tuh kelas.”

Ergo terkekeh mendengarnya. “Bukan hancur lagi, Ko. Balik-balik lo dari sini tuh kelas udah lenyap.”

“Lo kata gue, Bisma sama Frengky dukun bisa ngeleyapin kelas! Ngaco lo ah!” Ganang masih berdiri di depan Chiko.

“Dah sini lo duduk. Marah-marah mulu.” Chiko menarik tangan Ganang untuk duduk di pinggir Ergo.

Posisi Draco sebagai cowok paling tenar di SMA Rajawali harus digantikan oleh Chiko. Membuat seluruh orang jadi menghargai keberadaan Chiko di sekolahan. Biasanya kalau yang duduk di bangku pinggir lapangan dulu Draco dan teman-temannya maka kini tempat duduk itu sepenuhnya jadi hak milik Chiko. Teman-teman Chiko pun duduk dengan mengintari Chiko. Chiko benar-benar merampas apa yang telah Draco miliki sejak dulu.

Chiko memperhatikan sekeliling dan menyenderkan tubuhnya ke belakang dengan satu kaki setengah bersila di atas paha. Menatap murid-murid yang baru saja masuk ke lorong sekolah. Mereka pasti baru datang ke sekolah.

Moza... perempuan itu sedang apa? Tadi Chiko melihatnya dengan wajah murung berjalan kembali ke dalam kelasnya. Tidak jadi ke kantin.

Apa Chiko keterlaluan padanya?

Perasaan bersalah lagi-lagi menghinggapi hati Chiko. Membuatnya dirundung rasa tak nyaman. Cowok itu meneguk ludah, menenangkan pikirannya sendiri. Chiko pikir dia memang keterlaluan dan kini ingin meminta maaf pada perempuan itu namun Chiko tidak tahu harus mulai dari mana. Chiko benar-benar merasa lemah jika Moza sudah mulai murung seperti tadi.

Karena sejatinya orang yang sering menyakiti orang lain itu sebenarnya juga menyakiti dirinya sendiri.

Padahal tak seharusnya Chiko bersikap seperti itu. Walau tidak suka, Chiko tidak perlu membuatnya merasa sedih. Tapi entah kenapa Chiko tidak pernah bisa mengontrol diri atau berhenti membentak perempuan itu apalagi jika melihat Moza dan Draco dekat. Seperti ada magnet yang membuat Chiko tertarik pada Moza. Membuat Chiko jadi bingung dengan perasaannya sendiri.

Tidak seharusnya Chiko merasakan hal seperti ini pada Moza. Sejak awal Moza bukanlah siapa-siapanya meski sekarang perempuan itu pacarnya. Perempuan bodoh yang rela disakiti hanya demi cinta. Padahal kalau Moza mau. Moza bisa saja pergi dari Chiko. Tapi dalam hati yang paling terdalam Chiko tidak mau hal itu sampai terjadi.

“BENGONG MULU!” Bisma menepuk kencang sebelah paha Chiko membuat Chiko terkejut. “Mikirin Moza?”

Chiko menggeleng. “Nggak,” kilahnya. “Woi sakit Bang!” keluh Chiko karena bunyi tepukan tangan Bisma yang terdengar keras. Paha Chiko pasti merah.

“Terus kenapa?” Bisma bertanya kepo. “Lagian nih kalau lo nggak suka sama Moza. Ya udah lo kejar si Nency. Ngapain juga lo masih pacaran sama Moza? Kata temen-temen lo. Lo nggak suka sama tuh cewek,” ujar Bisma.

MOZACHIKOWhere stories live. Discover now