7. LEGENDA

327K 29K 2.9K
                                    

“Jadi lo pacarnya Chiko?” tanya Nency bersuara sarkas menghadang jalan Moza begitu perempuan itu ingin menuju ke kelasnya.

“Gimana bisa lo sama Chiko deket?”

“Itu bukan urusan lo.” Moza membalas dingin membuat Nency menarik seragam sekolahnya dengan kasar dan mendorongnya ke tembok sekolah.

“Udah mulai berani sama gue?!” tanya Nency membuat Moza diam, tidak melakukan apapun. Ia sadar bahwa Nency adalah adiknya dan Moza selalu mengalah meski sudah disakiti berkali-kali olehnya. Wajah Nency semakin dekat dengan wajah Moza. Berusaha mengintimidasinya sedekat ini.

“Nency jangan di sini. Ini sekolah.”

“Emangnya gue peduli?! Lo udah ngambil Papa gue. Tiba-tiba lo dateng ke rumah gue ngerusak segalanya dan bilang kalau lo itu Kakak tiri gue! Sekarang lo mau ngambil Chiko juga? Sok cantik banget lo?!” ucap Nency tepat menusuk di hati Moza karena kata-katanya sama dengan Chiko. Dulu cowok itu selalu mengatainya begitu.

“Chiko bilang dia gak suka sama lo. Dia lebih suka sama gue. Kasian banget lo, Za?” Nency yang semula berada di depan Moza, hampir menekan tubuh cewek itu menjauh.

“Sekali benalu tetap benalu. Ya kan?”

Moza hanya diam. Tidak membalasnya.

“Kalau gue jadi lo. Gue pasti balik lagi ke kampung halaman lo yang kumuh itu. Haha dasar gak tau malu!”

“Oh ya? Lo kan mau ngambil harta Papa. Jadi gak bakal balik ke kampung lo kan?”

“WOI! Udah bel! Masuk kelas lo!” suara itu membuat keduanya menoleh. Draco sedang berkacak pinggang di belakang mereka, memperhatikan Nency dan Moza.

“Masih kelas satu udah berani kaya begini. Masuk kelas lo!” ucap Draco pada Nency. “Cepet!”

Bentakan Draco membuat Nency mendengus keras. Perempuan itu memutar kedua bola matanya. Ia tidak mau bermusuhan atau bermasalah dengan Draco. Daripada cari ribut dengan orang yang tidak tepat, Nency akhirnya mendorong pundak Moza. Membuat Moza kembali terbentur ke dinding dan pergi darinya.

“Lo diapain sama dia?” tanya Draco pada Moza ketika Nency sudah pergi menuju ke kelasnya lewat lorong samping.

“Gak diapa-apain kok. Makasi Kak Draco.”

Draco menyipitkan matanya. “Iya tapi nggak gratis.”

“Hah?”

“Iya nggak gratis.”

“Maksudnya?” tanya Moza gagal paham.

“Gue kan udah nolongin lo dari tuh cewek tadi. Jadi harus ada timbal baliknya buat gue.” Draco mengucapkan itu membuat Moza akhirnya mengerti dan mengangguk singkat.

“Ya udah. Nanti gue bayar Kak.”

“Bayar? Gue gak suka dibayar sama siapapun.” Moza makin mengerutkan keningnya pada Draco. “Gue mau lo dateng bawain gue makanan aja besok ke kelas gue. Gimana?”

“Oh itu. Iya bisa Kak.”

Draco mengangguk. Cowok itu lalu mengerling pada Moza dan berjalan berlainan arah. Moza baru sadar. Mengapa cowok itu ada di kawasan kelas sepuluh sementara kelas dua belas ada di atas?

Moza dengan terburu-buru menuju ke kelasnya. Chiko tidak tahu permintaan Draco padanya jadi cowok itu tidak akan marah kan?

****

“CHIKO! KO! GASWAT DAH!” Ganang berlari menuju ke meja Chiko. Ergo juga ikut berlari. Mereka langsung duduk di depan Chiko yang sejak tadi sibuk menyalin PR temannya yang paling pintar di kelas.

MOZACHIKODove le storie prendono vita. Scoprilo ora