8. PERUSAK

342K 29.6K 9.1K
                                    

“MOZA BUKA PINTUNYA!!”

Suara gedoran daun pintu membuat Moza yang hendak istirahat terlonjak kaget. Perempuan itu berdiri ketika mendengar suara Nency semakin menjadi-jadi di luar sana.

“MOZA!! BUKA CEPETAN!!” Nency semakin keras menggedor pintu kamarnya. Tidak peduli bahwa hari sudah malam.

Moza menghampiri dan membuka pintu. Begitu pintu dibuka seember guyuran air langsung membasahi tubuh Moza dari atas kepala sampai kaki membuat Moza kaget setengah mati akibat dinginnya yang menyengat kulit.

“Lo tuh apa-apaan sih Nency?!” Moza mengusap wajahnya yang basah.

“Itu balasan gue buat yang tadi. Emangnya lo pikir setelah Kak Draco nolongin lo. Lo bisa kabur gitu aja dari gue?” Nency mengulurkan tangan mencengkram leher Moza. “Pasti lo kan yang ngadu ke Papa kalau gue nyuri uangnya yang ada di atas meja kamar Papa?!”

“Nency gue kan baru pulang gimana bisa gue ngadu ke Ayah?”

“Gak usah sok tersakiti gitu deh muka lo! Bener ya kata Mama. Lo itu perusak. Perusak keluarga gue!” cengkraman di leher Moza semakin kencang.

“Non! Non Nency!” Bi Asih datang melerai. “Udah Non! Nanti kalau Tuan Afon dateng Non Nency bisa dimarahin.”

“Jadi Bibi belain dia?!”

“Non udah Non. Kasian Non Moza.” Bi Asih menarik tangan Nency ke belakang, mengacuhkan pertanyaan Nency yang tadi.

“Selamet lo ya karena Papa udah dateng. Besok-besok awas aja lo!” Setelah memeperingati Nency mundur. Ia menatap nyalang pada Moza lalu berganti pada Bi Asih. Nency melempar ember hitam yang ia bawa ke lantai. Nency lalu berjalan ke kamarnya dengan langkah tergesa-gesa ketika mendengar mobil Ayahnya telah tiba di rumah.

“Non, ayo buruan masuk. Ganti baju. Nanti Tuan Afon liat.”

“Iya, Bi.” Moza masuk ke dalam kamarnya.

“Bibi bukain Tuan pintu dulu. Non gak perlu khawatir nanti Bibi bilang kalau ini air bekas pel Bibi yang jatuh. Maaf ya Non. Bibi yang ngadu ke Tuan malah jadi Non yang kena sasaran Non Nency.”

“Emangnya Bi Asih lihat Nency ngambil uang Ayah?”

“Iya Non. Kemarin. Trus Bibi laporin lewat telpon.” Bi Asih mundur. “Non cepet-cepet ganti baju Non. Biar Tuan gak tau.”

“Iya Bi. Makasi ya.” Moza menutup pintu kamarnya begitu Bi Asih dengan tergopoh-gopoh turun tangga untuk membukakan pintu buat Ayahnya.

Moza dengan bergegas mengambil baju ganti namun ketika melihat ponselnya berdering. Moza mengurungkan niatnya untuk pergi mengganti baju ke kamar mandi padahal keadaannya sedang basah kuyup.

+6282340581xxx
Moza kan?

Moza mengerutkan keningnya begitu ada nomor yang tak dikenal mengiriminya pesan singkat.

Iya ini Moza. Ini siapa yaaa??

Beberapa menit kemudian ada balasan.

Ini Kakak kelas lo. Draco.

Moza melotot kaget melihatnya. Draco? Draco! Dari mana Draco tahu nomor teleponnya?

Gue tau nomor lo dari Zetta nih kebetulan Zetta sama gue sama-sama kenal. Jadinya gue minta nomor lo ke dia. Lo gak marah kan?

Moza lalu menggeleng. Tangannya mengetik pesan.

Gak kok. Ada apa ya Kakk??

Gak pa-pa. Mau ingetin aja jangan lupa makanannya besok.

MOZACHIKOWhere stories live. Discover now