21. CENGKRAMAN UTAMA [PRIVATE]

317K 29.6K 18.4K
                                    

21. CENGKRAMAN UTAMA

KAMI SEGENAP MURID KELAS X IPA 8 SMA RAJAWALI TIDAK DAPAT MASUK KELAS PAGI INI KARENA DIPANGGIL KEPSEK KE RUANG KEPALA SEKOLAH! SEKIAN TERIMA GAJI!!!!!!! —CHIKO GADANGGA AND KAWAN-KAWAN

Bu Rai yang baru saja sedang ingin masuk ke dalam kelas X IPA 8 melotot garang melihat kertas tulisan Chiko yang terpajang di atas kelas—tepat di paku tempat papan hitam kecil nama kelas mereka. Bu Rai mengambil kursi di samping pintu dan naik untuk mengambil kertas tersebut dengan wajah akan marah.

“CHIKOOOOOOOOO!!” teriakan Bu Rai membuat Chiko dan teman-teman yang sedang berjalan di lorong tersentak dan memperhatikan guru itu dari jauh. Bu Rai bertolak pinggang menatap Chiko yang ketangkap basah sedang memperhatikannya. “SINI KAMU!”

Ganang yang berdiri di sebelah Chiko mendorong lengannya. “MAMPUS LO KO! BU RAI MURKA TUH SAMA LU!”

“Lagian lo pagi-pagi dah bikin tuh guru marah-marah. Kasian guru kesayangan gue cepet tua ntar,” ujar Ergo berdiri di sebelah Chiko.

“KOK JADI PADA NYALAHIN GUE?! Lo lo juga pada setuju buat tuh kertas tadi!” Chiko yang berdiri di tengah-tengah tidak mau disalahkan. “Lo aja sana Nang ke kelas! Gue mah ogah!”

“Jah ngapain jadi gue?” Ganang mengernyit. “Kan lo yang dipanggil sama Bu Rai! Noh tuh guru ke sini!” Ganang melihat Bu Rai dengan langkah kesal berjalan di lorong. Suara sepatunya bahkan terdengar mengetuk lantai.

“SINI KAMU CHIKO! NGAPAIN KAMU BUAT KERTAS KAYA GINI?! KALAU KEPALA SEKOLAH TAU SAYA BISA DIMARAHIIII!!!!” Bu Rai masih saja berteriak. Sedikit lagi sampai.

“Anu Bu itu kan ngasih tau ke Ibu kalau kita nggak ada di kelas.” Chiko nyengir lalu meringis. “Biar praktis Buuuuuu!”

“PRAKTIS-PRAKTIS NDASMU!” Bu Rai kembali berteriak membuat Chiko, Ganang, dan Ergo tertawa.

“ADUHHHH BU MENDADAK SAKIT PERUT NIH! MAU KE KAMAR MANDI DULU YA BU?!” Chiko bersiap kabur.

“EEEH-EHHHHH!! MAIN KABUR SEMBARANGAN AJA! KALIAN MAU KE MANA HAH?!” Bu Rai masih beteriak di lorong. Membuat sebagian murid-murid mendapat tontonan gratis pagi hari ini.

“KAMAR MANDI BU! IBU MAU IKUT?” ujar Chiko sambil berlari dengan Ganang dan Ergo.

“Janganlah Buuuu! Kita tuh masih suci Bu! Belum pernah diliat! Masih perjaka TING-TING!” Chiko tertawa geli membuat wajah Bu Rai tambah merah. Bukan merah merona tapi merah marah. Rasanya ingin memakan Chiko hidup-hidup dengan tatapannya.

“KALIAN ITU! ITU JUGA PAPAN KELAS KAMU ISINYA GAMBAR-GAMBAR JOROK! PASTI ULAH KAMU, GANANG SAMA ERGO KAN?!”

Ganang tertawa sambil berlari. “Aduh Ibu hafal bener sama kita jadi malu deh!”

“Ibu kaya nggak tau anak cowok aja Bu! Itu mah udah biasa!” ujar Ergo.

“Ah palingan anak Ibu juga kaya gitu!” celetuk Chiko.

“ANAK SAYA PEREMPUAN, CHIKO! MANA MUNGKIN KAYA GITU?!” Bu Rai masih saja berteriak. “CHIKO, GANANG, ERGO!! AWAS NANTI KALIAN KALAU KETEMU SAMA IBU! IBU HUKUM KALIAN!!” Bu Rai melihat Chiko, Ganang, dan Ergo kembali tertawa dan menuju ke lorong tempat mereka datang tadi. Melewati ruang kepala sekolah.

Bu Rai menoleh ke belakang dan menemukan Bisma serta Frengky yang cengo di belakangnya melihat Chiko, Ganang, dan Ergo malah pergi.

“KALIAN NGAPAIN DI SINI, HAH?! MAU JADI KELAS SEPULUH LAGI?!” Bu Rai kembali berteriak membuat Bisma dan Frengky terkejut karena guru itu tiba-tiba menatap keduanya.

MOZACHIKOWhere stories live. Discover now