32. The Choice

3K 350 18
                                    

Jungkook menggenggam erat tangan gadis yang kini tengah terbaring lemah diranjang rumah sakit. Air mata tidak kuasa untuk ditahannya. Sungguh ini begitu menyakitkan. Baru saja tadi pagi gadis itu tersenyum ceria kepadanya. Tapi saat ini dia sudah tergolek lemas pada ranjang pesakitan itu. Jungkook mengutuk dirinya sendiri. Dia merasa gagal menjaga Jihyo, merasa gagal memberikan perlindungan pada gadis yang sangat dia cintai.

"Berhentilah menangis. Jihyo tidak akan senang melihatmu seperti ini. Bisakah kau berpura-pura kuat didepannya?" Jimin menepuk pundak Jungkook. Dia mencoba menenangkan pemuda itu, meski kini air mata juga sudah mengalir dari pelupuk matanya.

"Aku gagal menjaganya Jim. Aku yang salah mengajaknya keluar padahal aku tahu kondisinya saat ini tidak baik. Harusnya aku tahu itu. Harusnya aku.." Jungkook terisak. Dia tidak bisa melanjutkan kata-katanya. Hatinya terlalu sakit jika mengingat semua kenyataan yang ada.

"Berhentilah menyalahkan dirimu sendiri. Bukankah kau pernah berjanji itu pada adikku? Kau pernah berjanji untuk hidup tanpa membawa rasa penyesalan dihatimu. Ku mohon kali ini saja kabulkanlah permintaannya. Apa itu sulit?"

"Tapi ini terlalu menyakitkan Jim. Aku tidak sanggup." Jawab Jungkook.

"Kau pikir aku tidak sakit? Aku lebih sakit dari pada kau Jungkook. Hampir tiap hari pikiranku selalu tertuju pada Jihyo. Jantungku selalu berdebar saat aku melihat dia meringis kesakitan. Tapi, aku mencoba untuk tegar. Mencoba untuk menerima semua ini dengan lapang dada. Jadi ku mohon, lakukanlah hal seperti yang aku lakukan." Jimin berlutut didepan Jungkook. Dia tahu ini sulit. Tapi setidaknya dia ingin menepati janjinya pada Jihyo agar membuat Jungkook tetap tegar.

"Berhentilah berdebat. Bisakah kalian fokus hanya untuk kesembuhan Jihyo?" Mina bersuara guna menghentikan kedua pemuda ini. Jujur dia juga sedih. Meski dia dan Jihyo tidak mengenal terlalu lama. Tapi dia sudah menganggap gadis itu sebagai sahabatnya. Dia bahkan sedikit syok saat mengetahui jika gadis yang selalu tersenyum ini menanggung beban seberat itu.

Mendengar perkataan Mina, kedua pemuda itu terdiam. Mereka membenarkan ucapan gadis itu. Tak ada gunanya berdebat dan saling menyalahkan. Yang terpenting saat ini adalah kesembuhan Jihyo.

Beberapa saat kemudian pintu terbuka. Dokter Minho dan Suho datang. Mereka bertiga menyambut kedatangan dua orang itu. "Bisakah kalian keluar sebentar? Aku akan memeriksa keadaan Jihyo dulu."

Mereka bertiga mengangguk dan segera keluar dari ruangan itu. Kini tinggal dokter Minho dan Suho yang masih terdiam disana. Dokter Minho mendekati Jihyo. Dia mengeluarkan sebuah carian dan menyuntikkannya pada selang infus yang terpasang ditubuh Jihyo.

Selang beberapa menit kemudian, perlahan kesadaran Jihyo pulih. Matanya terbuka perlahan. Dia mengedarkan pandangannya dan melihat Dokter Minho yang tersenyum kepadanya.

"Apa kau bisa mendengarku Jihyo?" Jihyo mengangguk mengiyakan pertanyaan dokter Minho. Pria itu tersenyum dan mengelus puncak kepala Jihyo.

"Maafkan aku yang harus melakukan ini padamu. Tapi ini adalah jalan satu-satunya agar kau bisa bertahan lebih lama lagi. Aku terpaksa memberimu obat penenang agar kau bisa terus tertidur. Mengingat jika kau sadar, kau pasti akan memilih untuk kabur dari rumah sakit ini."

Jihyo menggeleng pelan. Dia mengerti, apa yang dilakukan dokter Minho pasti demi kebaikannya. Dokter Minho melepas masker oksigen Jihyo dan membantu gadis itu untuk duduk bersandar.

"Kau bisa bicara?"

"Hemmm.." Jawab Jihyo singkat.

"Baik, mungkin ini terlihat sedikit kejam. Tapi aku ingin kau memberi keputusan secepatnya Jihyo. Jika kau terus bertahan dengan keputusanmu itu, kau mungkin tidak akan bertahan sampai akhir bulan february." Dokter Minho berbicara hati-hati kepada Jihyo. Berharap gadis itu tidak tersinggung dengan ucapannya.

REVENGE ( Jeon Jungkook ) - ENDWhere stories live. Discover now