Chapter 2-1

4.2K 337 17
                                    

Dia bukan orang yang menyenangkan

Jadi kenapa dia terus muncul di depanku?

"Jangan ambil jalan yang sama kayak gue," desis Ruby saat Kevin tiba-tiba menjajari langkahnya dalam perjalanan pulang sekolah. "Dan jangan jalan bareng gue," tambah Ruby, lebih sinis dari sebelumnya.

Kevin tak membalas. Namun, mengejutkan Ruby, Kevin meraih tangannya untuk memindahkan sekaleng soda. Ruby menatap Kevin dengan kaget, tapi cowok itu tak juga mengatakan apa pun dan melangkah meninggalkan Ruby yang mendengus kasar melihat kaleng soda di tangannya. Apa ini? Apa dia sedang mengolok Ruby atau apa?

Ruby sudah hendak membuang minuman dari Kevin ketika melihat post note yang tertempel di atas kaleng.

Ini ganti minuman yang lo buang gara-gara gue tadi.

Ruby mendengus tak percaya, tapi akhirnya urung membuangnya. Sepanjang jalan pulang, dia memeriksa setiap detail kaleng minuman itu. Apa Kevin melakukan sesuatu dengan kalengnya? Apa dia sudah mengocok minuman ini untuk mengerjai Ruby saat Ruby membukanya nanti? Anak pembuat masalah itu ....

***

Kevin belum sampai di rumah ketika Ruby tiba. Ruby mengempaskan tubuh di sofa ruang tamu untuk beristirahat sejenak. Jarak rumah dan sekolahnya hanya lima menit berjalan kaki. Alasan dia menolak diantar atau membawa kendaraan sendiri adalah karena dia harus berangkat dan pulang sekolah bersama Kevin.

Oh, tentu saja itu karena Kevin juga tinggal di rumah ini. Dia sudah tinggal di rumah ini sejak ibunya meninggal tahun lalu. Lebih tepatnya, setelah dia mengacaukan hidupnya sendiri. Papanya, Om Vino, adalah sahabat papa Ruby. Karena Om Vino tidak ingin meninggalkan Kevin sendirian di rumah selama Om Vino sibuk dengan cabang baru perusahaannya di luar kota, Om Vino menitipkan Kevin. Itulah awal masalah Ruby.

Ada dua cara yang diterapkan Ruby mengenai teknik berangkat dan pulang sekolah mereka. Pertama, mereka meninggalkan rumah bersama-sama, tapi Kevin harus menunggu lima menit di jalan perempatan perumahan sebelum dia bisa berangkat ke sekolah. Atau kedua, mereka keluar rumah bersama-sama, tapi mengambil jalur yang berbeda. Kevin biasanya akan berjalan memutari blok depan sebelum tiba di rumah.

Ketika Kevin pertama kali menginjakkan kaki di rumah ini, Ruby sudah memperingatkannya untuk tidak melibatkan Ruby dengan satu pun masalahnya, sekecil apa pun itu. Tidak boleh ada seorang pun yang tahu bahwa mereka tinggal serumah, atau bahwa mereka saling kenal. Karena selamanya, Ruby ingin menjadi orang asing bagi Kevin, dan berada sejauh mungkin dari masalahnya.

***

Hari kedua sekolah masih belum efektif, tapi setidaknya hari ini suasana kelas tidak seribut kemarin. Murid-murid yang tidak bermasalah sibuk mengecek buku-buku pelajaran baru mereka, geng populer sibuk berdandan di pojok kelas, geng ribut kali ini tidak bermain-main di kelas dan hanya mengobrol, sementara Kevin ... yah, pemandangan Kevin yang tidur dengan kepala terteleh di mejanya tidak terlalu mengherankan. Yang lebih hebat lagi, tidak satu pun dari anak-anak ini yang meninggalkan kelas. Sepertinya teguran dari Pak Ronald kemarin cukup efektif pada anak-anak ini.

Namun, tak lama kemudian, teman-teman Kevin datang ke kelasnya. Ruby melirik anak-anak tahun terakhir itu dengan jengah. Mereka tak sedikit pun tampak terbebani dengan ujian nasional beberapa bulan lagi. Sepertinya mereka bahkan tidak memikirkan tentang ujian nasional.

Kedatangan geng Kevin berhasil menyita perhatian seisi kelas karena kemudian Ruby hanya bisa mendengar percakapan Kevin dan teman-temannya.

"Ntar malam, lo ikut keluar nggak?" tanya salah seorang teman Kevin.

Introduction of Love (End)Where stories live. Discover now