Chapter 9-1

3.3K 301 45
                                    

Jangan lepaskan tanganku,

Saat aku sedang menggenggam tanganmu

"Ngapain sih, kita musti ngerjain tugas di luar sini lagi?" keluh Ruby seraya menelehkan kepala di atas meja di taman belakang rumahnya Senin malam itu.

"Biar gue bisa mikir," balas Kevin cuek.

"Dingin gini, mana bisa mikir, coba?" Ruby merengut.

Kevin melirik sweater kuning tipis yang dipakai Ruby. "Lo nggak punya jaket?"

Ruby mendecakkan lidah kesal. "Ini belum ada jam delapan. Gue pikir nggak bakal terlalu dingin," ucapnya manyun.

Kevin ikut mendecakkan lidah kesal, tapi dia melepaskan jaket dan melemparkannya pada Ruby.

"Ini ngapain?" protes Ruby. "Nggak usah. Ntar lo juga kedinginan kayak kemaren."

"Ini nggak sedingin kemarin. Lagian, ntar paling gue udah kelar sebelum jam sembilan," cuek Kevin.

Ruby mendengus. "Sombongnya ..." cibirnya seraya memakai jaket Kevin. "Tapi thank you, Kevin. Thank you, thank you," oceh Ruby kemudian, membuat Kevin meliriknya kesal.

"Bisa nggak, lo ngerjainnya nggak usah pakai berisik?" sengit Kevin.

"Iya, iya ..." Ruby mengalah tak rela. "Gue tadi cuma ngajarin elo. Kalau kita merasa berterima kasih, ya kita bilang makasih. Thank you, gitu."

Kevin hanya melirik Ruby sekilas, tak sedikit pun menanggapi kata-katanya.

"Dasar pelit." Ruby memanyunkan bibir ke arah Kevin sebelum dia mulai mengerjakan tugasnya.

***

"Kevin?" Ruby memanggil Kevin seraya melongokkan kepala lewat pintu kamar Kevin. "Udah tidur?" gumam Ruby ketika melihat Kevin di atas tempat tidurnya.

Ini bahkan belum jam sembilan. Tadi mereka memang berlatih debat hingga sore. Kevin pasti kelelahan. Namun, syukurlah sekarang dia tidak lagi tertidur di kelas, di tengah pelajaran. Meski begitu, Ruby tetap masuk ke kamar Kevin, mengendap-endap menghampiri meja belajarnya. Besok ada tugas Fisika. Atau lebih tepatnya, dijadikan tugas karena waktu pelajaran sudah habis kemarin. Ruby meraih tas Kevin, mencari buku tugas Fisika Kevin.

"Udah kelar?" gumam Ruby tak percaya. Kevin tidak meminjam buku pelajaran Fisikanya sejak kemarin, itu berarti dia sudah selesai sejak hari itu. Meskipun tidak rela, tapi Ruby harus mengakui bahwa Kevin memang pintar. Dia bisa mengerjakan soal-soal itu dengan benar dan cepat.

Setelah mengembalikan buku tugas Fisika Kevin ke dalam tasnya, Ruby berniat meninggalkan kamar, ketika dia menangkap gerakan dari tempat tidur Kevin. Ruby meringis, memikirkan ribuan alasan jika Kevin terbangun dan memergokinya mengendap-endap di kamarnya. Ruby bisa berkata bahwa dia hanya ingin mengecek tugas Fisika Kevin. Toh hanya itu yang tadi dia lakukan.

Merasa lebih percaya diri, Ruby berbalik ke arah tempat tidur Kevin, dan ... Kevin tidak terbangun. Meski ya, dia bergerak. Dan memanggil seseorang.

"Mama ... Mama ..." igau Kevin.

Ruby bergegas menghampiri tempat tidur Kevin, menggigit bibir melihat keringat di kening Kevin. Dia pasti bermimpi buruk. Ruby teringat mimpi buruknya yang terakhir dan membayangkan perasaan mengerikan itu mengurung Kevin. Dia tak bisa hanya diam dan melihat Kevin seperti ini.

Ruby mengulurkan tangan untuk menggenggam tangan Kevin.

"Kevin ..." Ruby mulai memanggil Kevin. Namun, Kevin masih tenggelam dalam mimpi buruknya.

Introduction of Love (End)Where stories live. Discover now