Chapter 4-2

3.3K 303 21
                                    


Sore itu, setelah mengucapkan terima kasih pada Ruby, Om Vino pergi, lagi. Kevin bahkan tidak mau repot-repot keluar dari kamarnya untuk mengantar papanya. Namun, mengingat betapa marahnya Kevin di sekolah tadi, setidaknya ini lebih baik daripada dia kembali membuat masalah dan saling berteriak dengan Om Vino.

Ruby yang lantas kembali ke kamarnya dan mulai mengerjakan tugas sekolah, tiba-tiba teringat Kevin. Meninggalkan tugasnya, Ruby pergi ke kamar Kevin. Dia mengetuk pintu kamar Kevin sebelum menerobos masuk tanpa menunggu jawaban. Mengabaikan tatapan dingin Kevin padanya, Ruby menghampiri Kevin. Cowok itu sedang berbaring santai di atas tempat tidur dengan smartphone di tangannya. Ruby tidak perlu menebak apa yang dilakukan Kevin ketika anak itu sudah kembali sibuk dengan smartphone-nya dan tanpa menatap Ruby dia berkata,

"Kamar lo di sebelah."

Ruby memutar mata. "Gue nggak nyasar. Gue mau ngingetin ada tugas Kimia."

Kevin bahkan tak sedikit pun tertarik mendengarnya. Dengan langkah kesal, Ruby menghampiri Kevin. Tanpa mengatakan apa pun, Ruby merebut smartphone dari tangan Kevin, membuat perhatian Kevin akhirnya terarah padanya.

"Tugas Kimia!" tegas Ruby.

"Jangan ganggu gue dan urus urusan lo sendiri," balas Kevin sengit seraya beranjak duduk, hendak merebut kembali smartphone-nya.

"Apa lo lupa, gue udah janji sama Om Vino buat mastiin lo nggak buat masalah lagi?" balas Ruby tak kalah sengitnya seraya mengangkat smartphone yang ada di tangannya.

Kevin menatapnya geram. "Gue nggak pernah minta itu. Itu keputusan lo sendiri, jadi lo lakuin aja sendiri dan jangan ganggu gue!"

Ruby mundur selangkah untuk menghindari tangan Kevin.

"Ini juga demi kebaikan lo dan ..." Kalimat Ruby berganti jeritan kaget ketika tiba-tiba Kevin meraih tangannya dan menariknya ke arah tempat tidur. Ruby jatuh di tepi tempat tidur Kevin. Ketika dia berusaha menarik diri, Kevin sudah menangkap tangannya yang memegang smartphone. Ruby berusaha memberontak, dan akibatnya, Kevin menahan kedua tangan Ruby di sisi tubuhnya lalu dia membungkuk marah di atas Ruby.

"Jangan ganggu gue dan urus urusan lo sendiri! Gue nggak peduli apa pun yang mau lo lakuin, jadi jangan buang waktu lo buat ngelibatin gue! Kalau lo terus gangguin gue, jangan salahin gue kalau sampai lo kena masalah gara-gara gue," ucap Kevin sarat ancaman.

Ruby mengedipkan mata. Baiklah. Dia mengerti dengan baik apa yang dikatakan Kevin tadi, hanya saja posisinya saat ini sedikit mengusiknya. Selama beberapa saat, dia membeku di tempat, hanya menatap wajah Kevin. Dua detik berikutnya, sepertinya Kevin baru menyadari posisi mereka, sehingga dia pun segera melepaskan tangan Ruby dan menarik diri. Sepertinya dia bahkan melupakan smartphone-nya yang masih berada di tangan Ruby.

"Dan jangan masuk kamar gue sembarangan," Kevin berkata seraya turun dari tempat tidur, tanpa menatap Ruby.

Ruby sendiri bergegas turun dari tempat tidur Kevin dan tanpa mengatakan apa pun, dia meninggalkan kamar Kevin setelah mengembalikan smartphone Kevin yang disanderanya. Dia bahkan tidak peduli lagi jika Kevin tidak mengerjakan tugas.

***

Ruby melirik Kevin kesal. Seperti biasa, Kevin sudah lelap di sampingnya. Satu-satunya alasan dia tidak mendapat masalah meski tidur di kelas adalah, karena dia selalu mengerjakan tugas. Lebih tepatnya, Ruby yang mengerjakannya. Setiap hari, dia harus menyelesaikan tugas sekolahnya, juga milik Kevin. Dia bahkan meng-copy-kan catatan pelajaran untuk Kevin. Dan itu tidak hanya berlangsung satu-dua hari, tapi hampir dua bulan. Sementara Kevin benar-benar tidak peduli, seperti yang selalu dia katakan pada Ruby.

Tidak cukup hanya tugas sekolah, Ruby masih harus mengerjakan semua tugas Kevin sebagai ketua kelas. Dina dan murid-murid lain yang memang datang ke sekolah untuk belajar, selalu menatap Ruby dengan tatapan simpati setiap kali Ruby harus menggantikan tugas Kevin sebagai ketua kelas. Sementara murid-murid lain yang hanya datang ke sekolah untuk bermain-main, sama seperti Kevin; tak sedikit pun tampak peduli.

Ruby berusaha menenangkan diri ketika akhirnya bel pulang berbunyi dan Kevin adalah orang pertama yang berdiri dan meninggalkan kelas. Di luar kelasnya, teman-teman Kevin sudah menunggu. Tapi meski mereka selalu mengikuti Kevin, setidaknya mereka bukan pembuat masalah seperti Kevin. Tidak sebanyak Kevin, dan yang paling penting, tidak di sekolah. Setidaknya, mereka tidak perlu berurusan dengan guru disipliner sekolah.

Sementara teman-teman sekelas Ruby satu-persatu meninggalkan kelas, Ruby masih di tempatnya. Setelah memasukkan buku-bukunya ke dalam tas, Ruby masih duduk di kursi dan malah menelehkan kepala di meja. Dia memejamkan mata, menikmati sepi yang nyaris tak pernah dirasakannya di kelas ini. Apalagi dengan tempat duduk di belakang.

Tak ada yang bisa Ruby lakukan tentang tempat duduknya jika dia harus mengawasi Kevin. Berharap Kevin pindah ke barisan depan sama saja dengan meminta kucing terbang. Dan Ruby tidak akan membuang waktu dan tenaganya untuk itu. Dia sudah cukup lelah.

Masalahnya, tidak sampai satu bulan lagi, Ruby harus menghadapi ujian tengah semester ganjil. Untungnya, ini masih ujian tengah semester dan tidak akan ada perubahan tempat duduk. Setidaknya, Ruby bisa membantu Kevin dengan nilainya nanti. Sementara untuk ujian akhir semester ganjil nanti ... yah, Ruby bisa memikirkan seiring berjalannya waktu. Setidaknya, dia masih punya waktu untuk memikirkan itu.

***    

Introduction of Love (End)Where stories live. Discover now