Chapter 12-3

3.4K 294 47
                                    

"Gue nggak tau deh, apa yang lo suka dari camping, muncak, dan kegiatan PALA lainnya, apa itu deh namanya," dengus Ruby seraya meletakkan nampan berisi makan malam Kevin dan obatnya di meja samping tempat tidur.

Kevin melirik Ruby tanpa menanggapi kata-katanya.

"Nih ya, sekarang lo sakit gara-gara acara naik ke gunung kemaren. Tapi, ini pasti nggak bakal bikin lo kapok, kan?" tebak Ruby, setengah menuduh.

Kevin lagi-lagi tak menyahut ketika dia menyambar piring berisi bubur untuk makan malamnya dari tangan Ruby.

Ruby mengangkat alis. "Kata orang, kalau lagi sakit, bukannya nafsu makan kita berkurang, ya? Lo semangat banget makannya. Tapi bagus, deh. Biar lo cepet sembuh, lo harus makan yang banyak juga." Ruby tersenyum lebar.

Kevin mendengus pelan. "Semakin cepet gue ngabisin makanan gue, semakin cepet lo pergi, kan? Telinga gue sakit dengerin ocehan lo dari tadi."

Ruby mendesis kesal menanggapi kata-kata Kevin. "Makasih kek, gue udah mau repot-repot bawain makanan lo ke sini."

"Oke, makasih. Puas?" balas Kevin setengah hati.

Ruby mendengus tak percaya. Jika saja Dekha tidak menyebut-nyebut bahwa sakit Kevin ini adalah kesalahannya, Ruby pasti sudah melemparkan barang terdekat yang bisa diraihnya ke arah Kevin.

"Dan lagi, kenapa sih lo musti nyeritain keadaan gue ini ke bokap gue?" kesal Kevin.

Ruby mengangkat alis. "Gue nggak ngomong apa-apa ke Om Vino. Gue bahkan nggak tau kalau Om Vino bakal pulang hari ini. Kata Mama, Om Vino emang rencananya pulang hari ini."

Kevin mendengus tak percaya.

"Seriusan," geram Ruby. "Gue tau lo nggak mau bikin Om Vino khawatir, makanya gue nggak ngomong ke Om Vino. Gue bahkan nggak ngasih tau ke Mama dan cuma minta Mama bikinin bubur doang, kan?"

Kevin kembali mendengus. "Dan alasan lo minta dibuatin bubur?"

"Karena gue pengen. Tapi, trus Mama liat gue ngambil obat penurun demam dan akhirnya Mama tau kalau lo sakit. Seenggaknya gue berhasil nyembunyiin sakit lo selama ... empat jam?" sebut Ruby bangga.

Kevin memutar mata. "Dan lagi, lo terlalu berisik sampai kepala gue tambah sakit gara-gara denger suara lo."

Ruby hendak protes, tapi dia menelan protesnya kembali teringat kata-kata Dekha yang menuduh Ruby sebagai penyebab sakitnya Kevin. Jadi dia hanya membalas,

"Oke, gue diem."

Kevin mengangkat alis, sedikit terkejut dengan reaksi Ruby yang tak biasa itu. Dengan ketenangan yang didapatnya setelah diamnya Ruby, Kevin menghabiskan makan malam dan meminum obatnya. Meskipun dia sakit, dia masih sempat menepis tangan Ruby saat Ruby berusaha membantunya berbaring kembali di tempat tidurnya.

"Di film, orang yang sakit itu perlu dibantuin dalam segala hal," Ruby beralasan.

"Well, thanks God ini bukan film," balas Kevin sinis, membuat Ruby mendesis kesal.

"Kev," panggil Ruby pelan begitu Kevin sudah kembali berbaring, dan bahkan sudah memejamkan matanya.

"Hm?" sahut Kevin malas-malasan.

"Kenapa sih, lo suka banget camping, sama kegiatan-kegiatan PALA gitu?" Ruby tak dapat menahan rasa ingin tahunya. "Dekha bilang, dia deket sama lo gara-gara PALA. Lo pasti suka banget alam terbuka kayak gitu, ya kan? Lo pasti suka banget hal-hal berbau nature kayak gitu, ya kan?"

Kevin membuka mata, menatap Ruby selama beberapa detik, sebelum kembali memejamkan matanya. Ruby pikir Kevin tidak akan menjawab pertanyaannya dan sudah bersiap meninggalkan kamar Kevin, ketika cowok itu berkata,

Introduction of Love (End)Where stories live. Discover now