Chapter 8-2

3.1K 287 105
                                    

"Kevin!" seru Ruby seraya menerobos kamar Kevin Minggu pagi itu.

Kevin mendongak dari smartphone-nya untuk menatap Ruby. "Kenapa lagi? Gue udah ngerjain tugas buat besok, jadi jangan ganggu gue. Ntar malam kita ada acara sama Dekha, jadi gue mau istirahat," katanya seraya kembali fokus dengan smartphone-nya.

Ruby mengabaikan usiran Kevin dan beranjak duduk di tepi tempat tidur Kevin. "Semalam ... lo bisa tidur, kan?" tanyanya.

"Bisa," jawab Kevin cuek.

"Seriusan?" Ruby bergeser mendekat ke arah Kevin.

"Gue bilang, bisa! Telinga lo tuh dipake makanya!" bentak Kevin, membuat Ruby terlonjak dan kembali menjauh darinya.

"Biasa aja, sih, ngomongnya." Ruby merengut. "Kalau mau istirahat, jangan main game terus. Tidur, tidur ..." desis Ruby kesal.

Kevin akhirnya menurunkan smartphone-nya dan menatap Ruby tajam. "Emangnya istirahat itu harus tidur?"

Ruby menggeleng. "Lo bisa sambil baca hasil latihan debat kita minggu kemaren."

Kevin mendengus tak percaya. "Itu lo sebut istirahat?" dengusnya. "Otak lo bener-bener unbelievable. Bahkan setelah lo belajar sebanyak itu, lo masih sebego ini, hah?"

"Bego di mananya gue, hah?!" Ruby tak terima.

"Masuk kamar cowok sembarangan," cetus Kevin.

"Kenapa emangnya? Nggak boleh? Toh kamar lo juga nggak dikunci. Salah siapa coba kamarnya nggak dikunci?" Ruby meninggikan suara.

"Oke, gue yang salah. Sekarang, lo bisa keluar aja nggak?" Kevin mengalah.

Ruby mendesis kesal seraya turun dari tempat tidur Kevin. Namun, begitu Kevin kembali sibuk dengan smartphone-nya, Ruby melompat ke sebelah Kevin, berusaha mencuri lihat game yang sangat digilai Kevin itu. Namun, Ruby hanya sempat melihatnya selama dua detik karena kemudian Kevin menarik diri, bahkan melompat turun dari tempat tidur.

"Lo ngapain, sih?!" Suara Kevin meninggi.

Ruby menatap Kevin kesal. "Gue cuma mau liat game-nya. Nggak perlu semarah itu, sih. Pelit amat," omel Ruby.

Kevin mendengus tak percaya. "Lo tuh emang bego atau apa, sih?"

Ruby mendesis kesal. "Iya, iya ... gue nggak bakal gangguin lo lagi. Gitu amat ngambeknya. Sensi banget sih, kayak cewek lagi PMS, tau nggak?" sengit Ruby seraya turun dari tempat tidur Kevin. "Tuh, muka lo sampai merah gitu. Ngamuk aja terus biar cepat tua."

"Muka gue merah gara-gara kamar gue panas," elak Kevin.

Ruby mendongak ke arah AC kamar Kevin. "AC hilang fungsi?" sinisnya seraya menghampiri remote AC yang terletak di tempatnya di dinding dekat pintu. "Karena gue baik, nih gue nyalain buat lo. Enam belas nih, biar adem. Biar nggak ngambek mulu kayak cewek PMS," omel Ruby seraya melakukan apa yang dia katakan. "Dasar pelit," desisnya sebelum dia benar-benar meninggalkan kamar Kevin, lengkap dengan bantingan pintunya.

***

"Cheers!" seru Dekha riang seraya mengangkat gelas, lupa bahwa semua pengeluaran malam ini akan menjadi deritanya. Dekha tampak terlalu gembira untuk memikirkan itu. Syukurlah.

Duduk di sebelah Kevin, Ruby melirik Kevin yang tersenyum karena apa yang dikatakan Dekha barusan. Dia benar-benar berbeda jika bersama orang yang dia kenal cukup dekat. Apa dia juga selalu seperti ini jika bersama teman-teman kelas tiganya?

Introduction of Love (End)Where stories live. Discover now