Chapter 13-1

3.7K 300 109
                                    

Jantungku berdegup kencang di dekatmu

Aku merasa kehilangan jika kau tak ada di sampingku

Kurasa aku sudah gila, karenamu

"Lo ngomong apa aja ke Papa?" tuntut Kevin saat mereka berjalan menuju sekolah di hari pertama setelah libur mereka kemarin.

"Apa? Gue ngomong apa?" elak Ruby.

Kevin menyipitkan mata curiga. "Trus, ngapain Papa mendadak jadi aneh gitu?"

"Aneh?" Ruby menatap Kevin seolah dia sudah gila. "Bokap lo ngerawat lo yang lagi sakit lo bilang aneh? Lo sakit jiwa atau apa sih, Kev?' kesalnya.

Kevin merapatkan bibir dalam usahanya menahan senyum. "Juga, Papa janji ngajak gue camping dan liburan ke puncak pas liburan semester ntar," tambahnya.

"Dan apa hubungannya itu sama gue? Salah gue, kalau Om Vino ngajak lo camping atau liburan? Salah gue, kalau Om Vino mau ngabisin waktu sama lo, hah?" Ruby mulai emosi.

"Iya," sahut Kevin enteng.

"What?" Ruby melotot.

"Buktinya, Papa bilang ke gue buat ngajak lo juga. Bahkan meski gue bilang lo nggak bakal mau buang-buang waktu lo buat kegiatan kayak gitu, Papa bilang, lo pasti bakal suka," santai Kevin berkata.

Ruby mendengus tak percaya. "Lo bilang gitu di depan Om Vino? Tentang gue?"

"Lo emang nganggep camping, hiking dan kegiatan macam itu buang-buang waktu, kan? Lo lebih suka baca kamus di kamar lo," cetus Kevin.

"Dasar Kevin gila!" seru Ruby kesal seraya memukul lengan Kevin keras-keras.

Alih-alih berteriak kesakitan, Kevin justru tertawa. Dia bahkan tak berusaha menghindar. Saat dia menangkap tangan Ruby untuk menghentikan serangannya, dia menarik Ruby mendekat dan berkata,

"Thanks."

Ruby menahan napas. Lagi-lagi perasaan aneh ini. Jantungnya berdegup kencang, perutnya serasa tak keruan dan wajahnya terasa panas. Ruby segera menarik diri dari Kevin.

"Apaan sih, ngomong thanks-nya serem banget," gerutunya seraya melanjutkan langkah, meninggalkan Kevin di belakangnya.

Dengan panik, Ruby mengangkat tangan menyentuh dadanya, berusaha menenangkan debar jantungnya. Wah, dia pasti sudah gila.

***

"Oke, jadi gue salah apa lagi, nih?" tanya Kevin santai saat dia duduk di kursi Dewa yang kosong, di sebelah Ruby.

Pasalnya, di pergantian pelajaran ketiga tadi Ruby meminta bertukar tempat duduk dengan teman sebangku Dewa. Dia penasaran, apakah berada di dekat Dewa akan memberikan reaksi yang sama dengan apa yang dirasakannya jika Kevin yang ada di dekatnya. Namun, setelah menghabiskan dua jam pelajaran di sebelah Dewa, Ruby tak merasakan apa pun. Dia malah mendapatkan tatapan penasaran Dewa sepanjang jam pelajaran Matematika hingga jam istirahat.

Ruby melirik Kevin yang kini sudah berada di sampingnya, dan lagi-lagi memberikan efek yang mengacaukan degup jantungnya. Menatap Kevin dengan ngeri, Ruby bangkit dari duduknya dan bergegas meninggalkan kelas.

Dalam perjalanan ke kantin, Ruby melihat Dekha. Memanfaatkan kesempatan itu, Ruby memanggil manusia super cerewet itu.

"Ke kantin bareng, yuk?" ajak Ruby begitu dia tiba di samping Dekha.

Dekha mengangkat alis. "Lo salah makan, By? Mendadak ngajak makan bareng. Terlebih, setelah insiden kemaren. Jangan-jangan ... lo mau balas dendam, ya?" cerocos Dekha penuh tuduhan.

Introduction of Love (End)Where stories live. Discover now