Epilog (End)

8.7K 480 184
                                    

There is a reason

That makes happiness last forever;

Love

"Ini nasi goreng atau sup nasi?" Adalah komentar pertama Kevin setelah mencicipi masakan Ruby.

Ruby yang sedari tadi menatapnya antusias, dan juga cemas, seketika memasang wajah galak.

"Nggak usah dimakan kalau nggak enak," ketus Ruby seraya mengulurkan tangan, hendak menarik piring di depan Kevin, tapi Kevin menahan tangannya.

"Kata siapa nggak enak?" cegah Kevin, membuat Ruby menatapnya tajam.

"Aku nggak bodoh, ya. Jadi, aku tau maksud kata-katamu. Nggak usah ngelak," sengit Ruby.

Kevin tertawa kecil. "Kamu marah?" Pria itu tampak geli.

Ruby mendesis kesal seraya menarik tangannya dari Kevin, lalu dia bangkit dari kursinya. Namun, rencana melarikan dirinya gagal tatkala Kevin menahan lengan Ruby dan menarik Ruby ke arahnya.

"Kalau aku habisin semuanya, kamu nggak bakal marah lagi, kan?" ucap Kevin serius.

Ruby terbelalak kaget mendengarnya. "Tapi kalau nggak enak ..."

"Aku nggak bilang gitu, kan?" sela Kevin lembut. Dia lalu menarik kursi di sebelahnya dan meminta Ruby duduk. "Aku pasti habisin semua makanan yang kamu masak buat aku," katanya tanpa ragu.

Ruby seketika merasa bersalah mendengarnya. Tidak hanya kali ini, tapi sudah beberapa kali masakan Ruby gagal dan Kevin selalu menghabiskan makanan yang disiapkan Ruby untuknya.

Saat Kevin mengangkat sendoknya, Ruby menahan tangannya. "Aku buatin roti aja, ya?" tawarnya.

Kevin tersenyum geli ketika menatap Ruby. "Kamu khawatir aku bakal mati kalau makan nasi gorengnya?"

Kevin selalu sempat bercanda di saat seperti ini, membuat Ruby semakin merasa tidak enak.

"Udah, nggak usah dimakan," putus Ruby seraya berdiri. "Aku buatin ..." kata-kata Ruby terhenti tatkala dilihatnya Kevin mulai melahap nasi gorengnya. Dan juga telur gorengnya yang setengah hangus.

"Kevin ..." Ruby mengeluh seraya hendak menarik piring sarapan Kevin, tapi lagi-lagi Kevin menahan tangannya.

"Enak kok," Kevin berkata. "Cuma agak sedikit kebanyakan minyak aja," tambahnya.

Ruby mendesah berat. "Makanya, kenapa juga nekat dimakan?"

Kevin tidak menjawab, tapi kemudian dia memasukkan sendok kedua nasi goreng ke mulutnya, otomatis membuat Ruby melotot kaget.

"Kamu tuh ..."

"Lain kali, minyaknya dikit aja," Kevin memotong protes yang hendak dilontarkan Ruby. "Dan apinya kecil aja kalau goreng telurnya," lanjutnya.

Ruby menghela napas, menyerah. Dia akhirnya duduk kembali dan hanya menatap Kevin melahap nasi goreng berkuah minyak dan telur setengah hangusnya, sesekali meringis hanya dengan melihat Kevin menelan masakannya.

"Tadi waktu digoreng, minyaknya keliatan baik-baik aja. Mana aku tau kalau akhirnya bakal jadi kayak gitu?" keluh Ruby ketika melihat minyak yang tersisa di piring sarapan Kevin. "Dan lagi, kamu ngapain sih nekat makan itu? Nggak sehat juga kan, minyaknya banyak kayak gitu," omelnya.

Kevin tersenyum. "Habis enak, sih. Dan aku lapar," jawabnya enteng.

"Lagian, kamu kenapa sih, selalu minta aku masak? Uah tau aku nggak bisa masak." Ruby kesal juga mengingat bagaimana semua ini berawal.

Introduction of Love (End)Where stories live. Discover now