[6] Kejatuhan Cicak

1.7K 119 19
                                    

Menurut mitos yang pernah Agni dengar jika seseorang kejatuhan cicak, maka orang itu akan tertimpa kesialan, apapun itu. Dan hal itulah yang menjadi beban pikiran Agni saat ini. Pasalnya tadi saat masuk ke dalam ruang kelas, tanpa disangka Agni kejatuhan cicak dan itu jatuh tepat di kepala Agni.

Agni terus berusaha waspada pada apapun yang ada di depan, belakang, kiri, kanan, atas dan bawah. Bergerak takut-takut kalau-kalau ada suatu kesialan yang akan menimpanya. Sangat merepotkan tapi harus tetap melakukannya.

Tapi yang namanya sedang sial ya harus saja tetap sial. Pagi ini saja Agni sudah mendapatkannya tanpa penolakan.

Tadi saat dosen sedang menerangkan mata kuliah di depan sana. Agni berusaha sangat serius untuk mendengarkan apa isi ocehan panjang dosen itu. Tapi mau bagaimana, Agni saja masih memikirkan kejatuhan cicak, jadi sewaktu Agni ditanya tentang inti dari pelajaran mereka hari ini Agni tidak ingat apa-apa. Jadi tentu saja Agni menjadi bahan tawaan teman-teman sekelas dan bahan sindiran dosen.

"Ag, kau dimana? Ayo pergi ke kantin!" Suara Sivia terdengar ceria seperti biasanya di line telepon dan menyadarkan Agni yang masih saja menelisik sekitar bahwa hari sudah sangat siang serta perutnya sudah berteriak untuk minta diisi. Ingatkan Agni bahwa dia hanya minum susu tadi pagi.

"Ayo! Tapi kalian memesanlah terlebih dulu. Aku akan sedikit lambat kali ini. Bagaimana?" Mengingat bahwa dirinya harus ekstra hati-hati dan akan memakan waktu cukup lama, maka tidak mungkin Agni membiarkan teman-temannya menunggu lama. Cukup sekali dia harus menerima kesialan dengan malu di dalam kelas.

Sivia terdengar meminta pendapat Shilla di seberang sana yang Agni yakini hanya akan Shilla jawab dengan mengendikan bahu. Wanita itu tidak terlalu ambil pusing. Wanita yang simple.

Sivia mengatakan bahwa mereka setuju untuk memesan makanan terlebih dahulu dan langsung memesankan milik Agni juga. Namun Agni menolak dan berkata bahwa dirinya harus memilih sendiri makanannya. Takut sial.

Dan disinilah kesialan yang Agni takutkan berlanjut. Orang bilang jika kau terlalu memikirkan sesuatu, maka hal itu akan terus menghantuimu, mengiringi jalanmu, dan akhirnya membuatmu menyakini bahwa hal itu akan selalu bersamamu.

Agni sudah ikut berbaris bersama mahasiswa lainnya di kantin dan hanya menyisakan jarak beberapa orang lagi saat dirinya ingat bahwa dia tidak memiliki uang sepeserpun di saku. Agni panik namun berusaha untuk tidak membuat sekelilingnya tahu keadaannya. Tapi apa yang harus Agni lakukan? Handphone ada di dalam tas di salah satu kursi tempat Shilla dan Sivia berada, dan mereka berdua sama sekali tidak menoleh pada Agni.

Agni harus bagaimana sekarang? Menoleh ke belakang dan Agni mendapati antrian semakin memanjang di belakangnya. Kalau Agni keluar dari barisan, itu artinya Agni harus mengantri kembali nantinya. Agni tidak punya banyak waktu.

Disaat Agni sibuk dengan pikirannya, seseorang mengibaskan tangan di depan wajah Agni. "Agni? Kau kenapa?"

Agni terkesiap dan ada Rio di sana dengan nampan berisi makanan di tangannya. Mengerjap untuk mengembalikan fokusnya, Agni tertawa ringan.

"Oh haha... tidak ada apa-apa Rio."

"Kau melamun Ag, teman dibelakangmu sudah memintamu untuk maju dan kau hanya diam."

Agni menoleh cepat pada teman dibelakangnya dan benar, wajah teman itu sudah berlipat. Dia kesal pada Agni. Agni menggerakkan kepala sebagai permintaan maaf dan maju satu langkah.

"Hmm Rio..." Agni mengerakkan jari untuk meminta Rio mendekat padanya, menekan semua rasa malu Agni akhirnya memutuskan membicarakan masalahnya pada Rio. "Bisakah kau meminjamkan ku uang? Aku lupa membawanya. Keadaan ini tidak memungkinkan aku untuk kembali kesana dan mengantri kembali."

Brother In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang