[14] Rasa Suka Yang Salah (2)

1.3K 97 35
                                    


~ ~ ~

"Kak Cakka..."

Cakka yang saat itu baru saja menginjakkan kaki di lobby asrama menghentikan langkah, menajamkan telinga untuk memastikan bahwa dirinya tidak salah dengar jika baru saja ada seseorang yang memanggilnya.

Cakka memutar tubuh dan tidak menemukan siapapun di sana. Cakka mengedarkan pandangan dan lobby asrama masih sangat sepi. Di jam seperti, para mahasiswa akan memilih bergelung dengan selimut mereka, namun Cakka memang mempunyai kebiasaan untuk berolah raga pagi, setidaknya lari pagi minimal tiga kali putaran lapangan lari milik fakultas olahraga atau sampai bias-bias sinar matahari mulai terlihat.

Jika kewaspadaan Cakka ini dinilai ketakutan, Cakka sangat menolak. Karena dia tidak terpikir sedikitpun jika ini adalah gangguan dari makhluk tak kasat mata yang waktu itu pernah Agni ceritakan, namun yang terpikir adalah Cakka tidak akan melepaskan orang itu jika dia mempunyai niat tak baik dengan Cakka.

Cakka berdiam diri dengan kewaspadaan tinggi selama dua menit penuh, dan selama itu pula tidak terjadi apapun. Cakka memutuskan untuk tidak memikirkan hal itu dan melakukan niatnya olahraga pagi.

Cakka memutar tubuh kembali untuk melanjutkan perjalannya dan...

"Astaga!"

Cakka mundur dua langkah untuk menghindari sesosok gadis berkacamata yang entah sejak kapan berada dibelakangnya dan sangat dekat.

"Apa yang kau lakukan? Kau berniat menakutiku hah?"

Gadis itu tersenyum malu-malu mendapat bentakan dari Cakka, padahal untuk tingkat suara, Cakka mengeluarkan nada yang sangat mengerikan.

"Ahh sial! Bagaimana jika aku tidak sengaja memukulmu? Kau tidak memperhitungkannya hah?"

Gadis itu tersenyum semakin lebar ditambah dengan ekspresinya yang tiba-tiba sangat berbinar. Cakka tidak mengerti ada apa dengan tatapan gadis kacamata teman Agni ini, dan ketidaktahuan ini membuat Cakka sangat ingin mengetahui apa niat dari gadis ini. Jika dia berniat tidak baik pada dirinya, teman-temannya, apalagi gadis bodoh yang memiliki otak dengan ukuran sangat-sangat kecil itu, maka Cakka yang akan membuat gadis ini menyesal.

"Maaf Kak, ak-aku tidak berniat melakukannya pada kak Cakka!"

Menghela nafas kasar, Cakka menatap gadis itu sengit. "Apa yang ingin kau lakukan? Ini masih terlalu pagi untuk pergi ke kampus?"

Gadis itu tersenyum dengan pipi merona, menyodorkan tas yang terbuat dari kertas kearah Cakka. "Ak- aku terlalu semangat membuat sarapan dan ingin memberikannya pada Agni, tap-tapi aku melupakan bahwa ini terlalu pagi untuk pergi ke asrama Agni. Agni dan teman sekamarnya pasti akan terganggu. Lagipula untuk pergi ke sana, ak-aku pikir suasana masih agak gelap dan sepi."

Cakka mendelik dan meraih tas kertas itu. "Baiklah! Aku yang akan mengantarkan makanan ini pada Agni, kau tidak perlu kesana! Tidak bagus untukmu!"

Gadis kacamata itu mengangkat pandangan yang berhias kilauan itu, menatap kagum pada Cakka dan entah tersisip perasaan apalagi di sana.

"Terima kasih Kak, maaf merepotkan!"

"Hm... kembalilah keasramamu! Kau tidak perlu memikirkannya!"

Cakka berlalu tanpa menunggu tanggapan gadis berkaca mata itu. Melangkahkan kaki keluar dari gedung asrama dan kembali pada tujuannya untuk lari pagi.

Tapi, sebelum Cakka benar-benar pergi ke lapangan lari, Cakka memutar langkahnya dan pergi ke tempat pembuangan sampah. Melempar tas yang terbuat dari kertas itu dengan semangat. Memandangnya sejenak tanpa ekspresi.

Brother In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang