[20] Identitas

651 57 4
                                    

Ini sudah yang kesepuluh kali Cakka keluar dari kamar, berjalan menuju kamar Agni yang terletak tak jauh dari tangga menuju lantai satu, berhenti di depan pintu beberapa detik, lalu hendak mengetuk pintu.

Tapi setiap kali tangan yang berbalut perban berwarna putih itu hampir menyentuh pintu, Cakka kembali ragu dan mengurungkan niat. Menggelengkan kepala, memutar tubuh, lalu kembali ke kamar. Merasa bodoh dengan tindakan yang dia lakukan.

Dan ternyata itu hanya berlangsung beberapa menit. Cakka hanya duduk di kasur empuknya sebentar dan setelah dia teringat akan kejadian semalam, Cakka bangkit dan mengulang apa yang dia lakukan sebelumnya.

Sampai entah setan dari mana yang membuat tangannya bergerak dengan sendiri dan mengetuk pintu kamar Agni. Cakka kaget, gelagapan. Apalagi tepat saat kejadian itu terjadi, Sofi sampai di anak tangga terakhir.

"Tuan Muda, apa yang anda lakukan? Anda akan membangunkan Nona Agni?"

Apa yang aku lakukan? Gila saja! Aku baru sadar kenapa aku repot-repot datang ke sini hanya untuk membangunkan Agni? Memangnya si Otak Kecil itu siapa?

Benar juga, Cakka membuang muka untuk menyembunyikan ekspresi salah tingkahnya. Dia merasa seperti sedang tertanggap basah oleh Sofi.

"Iy... Tidak! Bukan urusanmu. Pergilah! Lakukan tugasmu yang lain."

Sofi menggangguk satu kali dan kembali menuruni anak tangga dengan perasaan heran. Dia pikir sepertinya ada yang aneh dengan Tuan Muda-nya itu. Cakka tadi terlihat sangat terkejut dengan kedatangan Sofi. Padahal Sofi memang biasa datang tanpa suara. Apa dirinya datang pada waktu yang salah?

"Agnindya? Kau sudah bangun?"

Cakka akhirnya bersuara, dia merasa Sofi masih mengintipnya. Jadi dia langsung saja pura-pura membangunkan Agni.

Cukup lama tidak ada jawaban dari dalam dan Cakka merasa agak kesal. Wanita berotak kecil di dalam sana pasti masih tertidur lelap. Dirinya saja yang terlalu keras berpikir bahwa Agni tidak akan tidur nyenyak jika teringat kejadian selama.

Tidak ada gunanya berdiri di sini lama-lama. Jika nanti ada orang lain melihat dirinya berdiri di depan pintu kamar Agni seperti ini, maka pasti Cakka dan Agni akan jadi bahan gosip para pekerja di rumah utama Diandra. Namun saat Cakka hendak membalik badan, pintu kamar Agni terbuka. Cakka sempat menyesal dengan apa yang terjadi tapi dengan cepat Cakka mencoba untuk terlihat biasa saja.

~ ~ ~

Cakka baru saja menyelesaikan sarapan saat seorang maid datang menghampiri Cakka untuk memberitahukan bahwa ada tamu yang datang untuk menemuinya. Cakka merasa sedikit heran karena jarang ada yang datang ke rumah utama Diandra ini dan Cakka tidak merasa mengundang atau ada janji dengan orang lain. Rumah ini benar-benar diusahakan untuk tidak tersentuh siapapun. Hanya orang-orang penting dan sudah dekat saja yang boleh datang. Sejak Cakka sudah memutuskan untuk menetap di rumah utama, rumah ini tidak boleh dijadikan tempat untuk me-lobby pekerjaan. Cakka tidak suka diganggu jika sedang beristirahat di rumah.

Cakka sempat menatap Agni yang duduk berseberangan dengannya. Jangan-jangan gadis berotak kecil ini yang mengundang orang lain datang ke sini. Tapi gadis itu tidak terlalu mempedulikan. Saat ditanya, Agni hanya mengendik bahu dan melanjutkan sarapan.

"Siapa?"

"Dia tidak ingin menyebutkan namanya, Tuan Muda! Dia bilang ini kejutan untuk Tuan Muda." jawab maid itu dengan takut-takut.

Dahi Cakka berkerut setelah mendengar jawaban maid itu. Dan kalau saja Cakka tidak ingat bahwa saat ini dirinya masih terluka dan ada Agni yang masih sarapan di depan sana pasti akan tersedak, Cakka pasti sudah memarahi maid itu.

Brother In LoveWhere stories live. Discover now