bab 11. Kembali

60 13 7
                                    

Arezaa

Rin

Apa?

Bikinin air yang ada buahnya

Iy

Rin

Ap?

Besok aku jemput

gk ush

Aku jmpt aja
Sklian

Gk ush

***

"Dek, ditungguin mas Reza di depan." Pak Ncang, --supir keluarga Arin-- memberitahu Arin bahwa Reza sudah menunggunya padahal ia masih sarapan.

"Cepetan makannya itu nanti Reza nungguinnya kelamaan," peringat ibu.

"assalamualikum," Arin mengecup tangan ibunya.

"Awrin bewrangkwat doloo.." pamit Arin sambil mengunyah suapan terakhirnya.

"Waalaikumsalam. Adek ngunyah makanannya yang bener!!" Seru ibu.

Saat ia akan membuka pagar rumahnya, benar saja Reza sudah menunggunya di atas motor vespa coklat tua itu.

"Gue bilang gak usah jemput ya gak usah," Kata Arin dengan ketus sambil menutup kembali pagar rumahnya.

"Selamat pagi juga Arin," Reza menyapa Arin dengan senyuman manisnya. Senyuman yang mampu membuat kaum hawa yang melihatnya menjadi terkena diabetes.

Reza membuka pengait helm yang akan Arin gunakan, hendak memakaikannya pada kepala Arin seperti biasa. Belum sampai kepala perempuan pemilik rambut lurus bagai disetrika setiap paginya helm itu sudah di rebut paksa oleh Arin. "Gue bisa sendiri."

"Ih.. mana sih lubangnya gak bisa di klik," Arin kesusahan untuk mengaitkan helmnya.

Reza hanya melihat Arin yang sedang berusaha,"Aduh apalagi bahasanya di klik tuh."

"Di TV bilangnya klik Reza!!"

Reza menarik Arin untuk lebih dekat dengannya, membantu Arin mengaitkan helm itu. Arin diam, mengalihkan pandangannya agar matanya tidak langsung bertatapan dengan mata Reza dengan jarak sedekat ini.

"Ini loh mbak, jangan sambil marah-marah dong pakainya." Reza mengulum senyumnya, menahan untuk tidak menggoda Arin. Ah sulit!

"Makasih," ucap Arin sambil menaiki motor Reza dan masih dengan nada ketusnya yang sedang mati-matian ia pertahankan. Sudah Arin bilang, susah sekali baginya untuk benar-benar marah pada Reza.

Motor Reza melaju dengan kecepatan sedang. Arin merasa kikuk tidak tahu harus apa. Tidak ada percakapan diantara keduanya. Ia tidak tahu ekspresi apa yang harus ia berikan pada Reza. Arin pun tidak dapat mengetahui perasaannya sekarang ini dengan pasti, terakhir kan ia sedang marah kepada Reza si menyebalkan, tapi saat ini seperti berubah seketika! Mungkin sedikit perasaan senang? Bahagia? Atau biasa saja?

Arah pandang mata Arin tak sengaja melihat helm Reza yang tidak saling mengait. Dengan spontan Arin mengaitkannya dari arah belakang.

"Kalo pake helm tuh di klik!" Reza yang merasakan itu hanya dapat tersenyum manis sambil memperhatikan muka galak Arin melalui spion motornya.

***

"Gue galau!," curhat Rachel pada kedua temannya.

ArRezaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora