Bab 15. Tercyduk

83 10 17
                                    

Hari ini bukanlah hari senin yang selalu di caci maki para umat manusia di dunia ini. Tapi sekolah Arin pagi ini melangsungkan upacara untuk memperingati hari pendidikan nasional.

Arin mengikuti upacara ini dengan tidak terlalu hikmat karena kebiasaannya yang selalu menggoyang-goyangkan badannya.

Jika ada yang bertanya, memangnya tidak ada guru kesiswaan yang selalu me-razia para muridnya? Tentu ada! Hanya Arin yang bisa lolos dan menumbalkan temannya yang lain karena ulahnya.

"Rin diem kenapa sih, diliatin kita," Rachel yang baris tepat di depan Arin pun memperingati.

"Lagian, ibunya pidato panjang banget. Gaunnya Meghan Markle aja kalah panjang."

"Lo gak mencerminkan bela negara sebagai rakyat indonesia banget sih Rin," kata ketua kelasnya.

"Iya-iya maaf, ini gue diem sekarang."

Akhirnya upacara selesai, setelah susah payah Arin menahan diri untuk tidak membicarakan apapun lelucon yang ada di otaknya.

Brukk...

Salah seorang teman Arin terjatuh dan pingsan saat sedang menunggu giliran kelasnya untuk membubarkan diri.

"Hel awas!" Teriak Arin sembari menarik Rachel yang menghalanginya.

"Bantuin gue angkat dong anak laki! Malah pada nonton! Gimana sih, gak guna lo pada badan gede!" Teriak Arin dengan kesal kepada teman-teman laki-lakinya.

"Ayo bantu Arin," ajak si ketua kelas.

"Lo angkat bagian bawahnya, dua orang lagi bantuin dong!" Dengan cepat karena takut beberapa teman lelaki Arin pun ikut membantu.

"Gue angkat bagian atasnya, kalian pegangnya yang bener jangan pegang yang lain. Tangannya kaya gini, hitungan tiga ya!" Arin memberikan instruksi kepada temannya yang lain. "Siap satu..dua.. angkat!"

"Nder buka pintu UKS," teriak Arin pada Andara sambil tetap berusaha mengangkat temannya.

"Awas! Kasih jalan! Bukannya nonton," usir Arin pada mereka semua yang menghalangi jalan Arin menuju UKS. Mereka semua membuka jalan untuk Arin, ya pasti karena takut kena semprot Arin lah!

"Baring pelan pelan, dari atas dulu," Arin masih memberikan arahan kepada teman-temannya. "Iya udah gitu aja, kalian bisa keluar biar gue yang benerin posisinya."

"Tolong tirainya di tutup, buka sepatu, sabuk, dasi apapun itu yang pasti harus longar semua," perintah Arin pada beberapa anggota PMR.

Andara membantu Arin untuk menyadarkan temannya yang pingsan.

"Alhamdullilah, sadar juga. Lo pusing?" Tanya Arin saat melihat temannya sudah sadarkan diri, hanya sanggup membalasnya dengan anggukan.

"Udah sarapan?"

"Udah," jawabnya dengan suara lemah.

"Lo lagi sakit?" Tanya Arin memastikan, dan di jawab dengan gelengan kepala pertanda tidak.

"Lo lagi haid?" Arin bertanya lagi guna mengetahui penyebabnya. "Iya, hari pertama," jawabnya.

"Oh, iya gue ngerti, istirahat aja disini. Biar ada tenaga lagi, makan minum jangan lupa. Gue tinggal ke kelas ya. Disini sama Andara," kata Arin.

"Makasih ya Rin, jadi ngerepotin, gue tau gue berat."

Arin terkekeh,"Santai aja, berat lo gak seberapa sama berat gue he..he.."

"Kenapa dia Rin?" Tanya Rachel yang menunggu Arin di depan ruang UKS.

"Kayanya sih gara-gara haid hari pertama. Ada beberapa kasus yang gue tau karena darah yang keluar terlalu banyak dan faktor dia yang kelelahan. Itu sih menurut ke-sok tau-an gue tanpa ilmu kedokteran yang," jawab Arin sambil menggunakannya sepatunya.

ArRezaWhere stories live. Discover now