bab 12. Rindu

62 11 4
                                    

Malam ini, dapur adalah tempat kerja Arin. Ia sedang memasak carbonara sambil mengingat pesan kedua orang tuanya pagi tadi.

"Ayah sama ibu mau ke jogja hari ini ya. Di rumah bertiga jangan nakal, ada mbak yati. Kalau mau makan beli aja atau bikin sendiri biar mbak gak usah masak takut kebanyakan." Pamit ibu.

"Loh kok baru bilang? Mau ngapain ke jogja? Berapa lama?" Tanya kakak pertama Arin, Anin.

"Ya mau jalan-jalan lah, pacaran gitu. Emang kalian aja yang boleh berduaan." Jawab Ayah dengan guyonannya.

"Bukan, ibu sama ayah mau nengok eyang kamu katanya kemarin jatuh di kamar mandi," jelas ibu yang hanya di jawab anggukan kepala oleh ketiga anaknya.

"Emang nikmat banget kalo si adek masak. Cantik, baik hati, pinter masak aduh kayanya lengkap kalo masakannya di bagi-bagi," kata Dyo yang datang ke dapur untuk mengambil segelas air.

"Berisik."

"Eh, nanti kita jadi movie marathon?" Tanya Arin sambil mengaduk masakannya.

"Jadi! pitch perfect ya!!" Jawab Anin dengan seru.

"Ih garing " Arin menolak usul kakaknya.

"Ih so tau!"

"Aku ngikut aja," sahut Dyo pasrah.

Setelah masakan Arin sudah jadi, ketiganya makan bersama di meja makan. Dalam diam mereka menghabiskan makanannya masing-masing.

"Enak, tapi bawang nya kegedean potongnya masih kerasa gigitan bawangnya," komentar Dyo yang mengikuti cara berbicara komentator ajang masak.

"Ngirisnya susah tau! Nangis nih aku," ucap Arin membela diri.

Dengan semangat, Anindya mengajak kedua adiknya itu menuju ruang keluarga untuk menonton film yang sudah mereka tentukan. Dengan posisi duduk Arin berada diantara kedua kakanya. Ketiganya saling berdeketan untuk mencari kehangatan karena cuaca kota Bandung yang sedang dingin pada malam ini.

"Besok kakak pergi ya," pamit kakak memberitahu kedua adiknya.

"Aku juga, mau ke lodaya," tambah Arin.

"Lah? Terus aku sama siapa dong di rumah?" Tanya Dyo.

"Ya sendiri aja lah sudah besar. Eh, ada Mbak Yati, ajak aja mbak main PES bang hahaha." Kata Arin.

"Kenapa waktu kerasa lebih cepet tanpa kita sadari ya?" Tanya Anindya tiba-tiba.

"Apaan?" Dyo yang tidak mengerti maksudnya pun bertanya.

"Udah lama ya kita gak quality time bertiga gini, sekarang semua sibuk. Kakak jadi kangen, adik-adik kakak sekarang udah besar semua," celetuk Anindya di tengah film

"Iya, dulu kita main bertiga ke rumah tetangga, aku nangis gara-gara kakak abang bagian yang gendong kalo aku nangis." balas Arin.

"Sekarang kamu berat, aku gak mau gendong lagi. Dari dulu sampai nanti aku punya pacar, aku kasian sama pacarku," kata Dyo.

"Kenapa?"

"Dia bakal ada di urutan ke empat kategori wanitaku. Ada ibu, kakak, adek baru dia."

"Ini apasih jadi melow gini. Kangen kan!" Kata Anin yang kemudian di balas pelukan hangat oleh kedua adiknya ini.

Arin yang merasa film ini membosankan perlahan ia mulai mengantuk, tak sadar ia menyendarkan kepalanya ke bahu abangnya ini dan disusul dengan Anindya yang ikut menyandarkan kepalanya ke bahu Arin. Jika dilihat, ketiga bersaudara ini sekarang bergaya dengan posisi seperti domino yang jatuh.

ArRezaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang