Dancing in The Dark - Republish Chapter 3. Proper Meal

9K 981 26
                                    

Elsa berdiri di muka lorong dengan sebuah kain pel lengkap beserta embernya

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.

Elsa berdiri di muka lorong dengan sebuah kain pel lengkap beserta embernya. Setelah kemarin memohon untuk tidak dipindah kesini, dan ditolak oleh Anne, kini ia bertanggungjawab untuk mengurus istana Zen. Sen-di-ri-an.

Elsa memakai kain penutup hidupngnya dan mengeluarkan senjata nomor satunya, kemoceng. Ia mulai mengusap kemoceng itu ke semua dinding dan bagian dari istana Zen. Benar saja, kemoceng bulu yang semula berwarna cokelat kini menghitam penuh debu, kotoran dan sarang laba laba. Mata Elsa memerah akibat debu yang beterbangan. Ia juga mengelupas semua lumut yang menempel di sela sela dinding.

Setelah menggunakan kemoceng, kini senjata nomor dua ia keluarkan, sapu. Hanya perlu sekali sapuan, debu berpesta di udara. Elsa bersin bersih. Hidungnya memerah. Bahkan kain penutup hidungnya tidak berguna dalam kondisi seperti ini. Kini, senjata pamungkasnya, pel. Ia dengan telaten dan detail mengepel setiap lantai lorong tanpa terkecuali sudut sudut yang tidak terjangkau. Semuanya ia lakukan demi mendapat lingkungan tinggal yang layak, nyaman, dan bersih. Ia tidak mungkin tinggal di lingkungan kotor dan bau seperti ini.

Perlu waktu setidaknya hampir separuh hari bagi Elsa untuk membuat seluruh lorong di istana bebas dari debu dan bersih. Elsa duduk beristirahat di lantai bersandar di dinding. Selama ini, tugasnya hanya menemani kemanapun Anne pergi, menyiapkan teh, pakaian dan aksesoris untuk rambutnya yang panjang. Namun kini? Tugasnya adalah membersihkan istana! Selintas, ia teringat. Sejak membersihkan istana, ia tidak melihat sosok Zen keluar dari ruangannya.

Alis Elsa mengeryit. Tidak mungkin kan jika Zen tidak keluar sama sekali? Elsa berdiri, menepuk nepuk roknya lalu melangkah menuju ruangan Zen. Dari pintunya saja sudah terasa aura gelapnya. Dengan ragu, Elsa mengetuk pintu kamar Zen. Hening. Tidak ada jawaban. Suara pun tidak ada. Sekali lagi, dua kali, hingga lima kali Elsa mengetuk akhirnya Zen membuka pintu.

Elsa kaget. Aroma tidak sedap begitu menyengat dari tubuh Zen. Elsa sebisa mungkin menahan diri saat mencium bau tidak enak itu. Zen benar benar tidak terurus.

Ruangannya begitu gelap hingga Elsa kesulitan melihat wajah Zen.

"Kenapa kau datang? Sudah kubilang aku tidak butuh kau," kata Zen dengan suara beratnya.

"Anda baru bangun, Pangeran?" Tanya Elsa ragu dan takut.

"Siapa yang kau panggil pangeran?" Alis Zen terangkat satu.

"A...anda?" jawab Elsa terbata.

Zen tersenyum sinis. "Aku bukan pangeran. Panggil aku Zen,"

"Tapi saya bisa dihukum jika memanggil anda seperti itu," balas Elsa takut.

"Di sini tidak ada hukum yang mengikatmu," Jawabnya enteng.

Elsa terpaku mendengarnya. Zen memang tersenyum sinis tapi ada kekosongan dalam tatapannya. Kalimatnya terasa begitu menyedihkan. "Aku tidak membutuhkan siapapun," ucapnya kini dengan tatapan tajam.

SWEET LOVE STORY : DANCING IN THE DARK حيث تعيش القصص. اكتشف الآن