Dancing in The Dark - Republish Chapter 26. Key

4.5K 560 67
                                    

Langkah mereka terhenti sebuah desa nelayan setelah berhari hari menyusuri hutan menghindari kejaran para pengawal Putri Anne. Desa ini masih bagian dari Kerajaan Holem dan merupakan muara aliran sungai yang mereka ikuti.

Elsa melirik Zen. Setidaknya sudah beberapa hari ini ia banyak diam. Ia hanya bicara seperlunya. Tapi yang cukup mengagetkan, ia mulai belajar untuk membuat api, menangkap ikan atau mencari bahan makanan untuk mengisi perut mereka. Zen, tampak begitu berbeda.

"Tuan?" Panggil Elsa lirih.

"Hm?" Begitu jawabnya. Elsa menelan ludah.

"Kita dimana?"

Zen tidak menjawab. Ia justru menapaki kaki masuk ke dalam desa. Kedatangan mereka menarik perhatian warga disitu. Apalagi kalau bukan karena penampilan Zen yang tampak berkelas.

"Bukan warga sini?" Sesosok pria gemuk bertato jangkar berdiri dari kursinya. Ia menatap Zen begitu detailnya. "Bangsawan?"

Tanpa diduga Zen menggeleng. "Rakyat biasa. Pakaian ini, hanya pemberian." Jawabnya.

Pria itu lalu menatap Elsa. "Lalu dia?"

"Dia temanku."

Pria itu sekali lagi menatap Zen tajam. "Kau mencari perlindungan, atau berkunjung?"

Mata Zen membulat mendengar pertanyaan pria itu. "Ini desa terpencil. Sepertinya Yang Mulia Raja lupa bahwa ia memiliki satu lagi desa nelayan. Jika kau mencari perlindungan, kau datang ke tempat yang tepat. Bahkan para pengawal pun tidak akan mengejarmu sampai ke sini. Tapi jika kau hanya berkunjung, pergi saja. Kau tidak akan menemukan apapun," lanjutnya.

Zen menatap ke sekitar. Nyaris seluruh warga disini bertubuh kekar dan memiliki tato yang sama. Tatapan mereka cukup mengerikan. "Satu lagi, jika kau utusan bangsawan atau kerajaan untuk berbuat onar disini, maka kau tidak akan bisa keluar dari sini hidup hidup." Pria kekar itu tersenyum mengancam.

"Perlindungan," jawab Zen tegas.

"Sudah jelas dari wajahmu. Aku Rag. Aku pemimpin desa ini." Ucapnya memperkenalkan diri.

Disinilah mereka akhirnya, di sebuah bar kecil. Beberapa warga lain tampak sekedar mengobrol, minum, bahkan berjudi. "Biasakan dirimu," celetuk Rag pada Elsa yang menatap bingung dengan apa yang dilihatnya. Mereka bertiga duduk mengelilingi meja bundar. Pelayan bar memberinya tiga gelas bir.

"Aku tidak minum ini," tolak Zen.

Rag tertawa. Sesaat kemudian pelayan membawakan dua gelas air. "Kau bukan rakyat biasa, anak muda. Kau bangsawan," cecarnya.

Zen tidak terusik. Tatapannya begitu tenang. "Aku rakyat biasa."

"Sudahlah, tidak perlu berbohong. Tidak ada rakyat berpenampilan sepertimu. Jadi katakan, kalian berdua berlindung dari apa?"

Zen, tanpa rasa takut menjawab. "Pembunuhan,"

Rag terkekeh. "Begitu. Jadi kau bangsawan yang diburu. Kau datang ke tempat yang tepat. Apa yang kau inginkan dari Desa Halasz?"

"Perlindungan, tempat tinggal, pekerjaan,"

Elsa terbelalak. Entah apa yang merasuki Tuannya. "Tu..Tu-" Elsa bermaksud mengutarakan pendapatnya, ia tidak yakin dengan keputusan Tuannya. Desa ini tampak menakutkan.

Zen memotong ucapan Elsa." Diam dan jangan ikut campur,"

Rag terkekeh. "Oh, pertentangan Tuan dan pelayannya ya? Jangan kira aku bisa dibodohi oleh kalian yang mengaku sebatas teman. Kuberitahu, desa ini tidak pernah tersentuh tangan kerajaan. Jadi hampir seluruh warga di sini orang orang seperti kalian. Bangsawan ironis yang harus pergi mencari perlindungan. Kebanyakan mereka kabur sendiri, tetapi ada juga yang seperti kalian, pergi membawa pelayan. Kenapa? Tidak sanggup hidup tanpa dilayani?" Sindirnya.

SWEET LOVE STORY : DANCING IN THE DARK Where stories live. Discover now