Dancing in The Dark - Republish Chapter 22. Truth

4.4K 611 37
                                    

Malam pun datang. Bulan bersinar begitu terang dan bulat. Bintang tersebar diseluruh penjuru langit malam. Suara serangga malam menambah suasana syahdu makan malam di kediaman Blacksmith.

"Menurutmu, bagaimana tentang Noella?" Tanya Nyonya Leticia.

Zen tertawa renyah. Ditatapnya Noella yang nampak mempesona malam ini dengan balutan gaun berwarna cokelat. Sebuah pita dengan hiasan permata mempercantik rambut panjangnya. "Mempesona," jawab Zen jujur.

Noella tersipu malu. Cornella dan Zoro tertawa melihat tingkah Noella. "Apa dia masuk dalam kategori calon istrimu?" Tanya Nyonya Leticia penasaran.

Zen tersenyum. Istri ya...bahkan ia sendiri belum pernah merasakan jatuh cinta. Terbiasa hidup sendiri, membuatnya belum merasakan cinta. "Mungkin saja?" Zen tertawa disambut oleh tawa yang lain.

Zen menarik nafas panjang. Terkadang ia penasaran dengan bagaimana rasanya menyukai seseorang, bagaimana rasanya mencintai dan dicintai. Ya, Anne menghujaninya dengan cinta, tapi ini cinta yang berbeda. Anne sering menceritakan sebuah cerita cinta padanya. Konon, cinta tidak selalu muncul saat dua orang pertama kali bertemu. Seringkali, cinta justru muncul karena adanya kebersamaan dalam waktu yang lama. Zen melirik Elsa yang menunduk sambil sesekali tertawa pelan merespon pembicaraan makan malam ini. Hanya Elsa yang selama ini bersamanya. Mungkinkah kelak ia akan merasakannya bersama Elsa? Atau mungkin ia justru merasakannya pada Noella? Toh Noella gadis yang baik, begitu pikirnya.

Mendapati calon menantunya sedang melirik Elsa, Nyonya Leticia gerah. "Ahh, kudengar Elsa pelayan pribadi Zen, ya?" Celetuknya.

Elsa mengangguk sopan. "Benar, Nyonya." Jawabnya.

Nyonya Leticia mengangguk-angguk. "Baru kali ini kulihat pelayan duduk satu meja dengan Tuannya," sekejab, suasana menegang. Seluruh tatapan tertuju pada Nyonya Leticia.

"Benar juga," sambung Noella. "Pelayan kami dilarang keras duduk bersama kami. Tidak sopan namanya,"

"Justru jika tidak ada Elsa, acara makan terasa tidak menyenangkan, Nyonya," bela Zen cepat sambil tersenyum.

Noella mendengus kesal. Tangannya menggenggam.

"Kakak.." Cornella menyikut lengan Noella agar tidak memperkeruh suasana yang mendadak tegang ini.

"Tidak masalah bagi kami," balas Tuan Albert diiyakan oleh Nyonya Emelda. "Dia sudah seperti putriku sendiri, Leticia,"

"Kalau Zoro seperti putramu sendiri, aku tidak masalah..tapi jika pelayan yang kau anggap, kurasa itu berlebihan ya?" Ujar Nyonya Leticia sambil tertawa sinis.

Tuan Ballad, suami Nyonya Leticia tidak menyukai suasana makan yang tidak santai seperti ini. Mengetahui istrinya memang sering berkata pedas, ia menengahi. "Tidak masalah, Sayangku. Itu urusan keluarga mereka. Kau tidak boleh begitu. Sekarang, mari dimakan hidangan penutupnya," ajak Tuan Ballad. Nyonya Leticia mengela nafas. Matanya sinis menatap Elsa. Ia mendapat pembelaan dari keluarga Blacksmith. Bahkan Zen, membelanya juga!

Nafsu makan Elsa menghilang mendengar ucapan Nyonya Leticia. Dia memang benar. Mana ada pelayan yang makan satu meja dengan Tuannya? Malah seharusnya mereka makan setelah Tuannya selesai. Merasa seseorang memperhatikan, Elsa mengangkat wajahnya. Di hadapannya, Zen menatap lurus dirinya. Tak lama kemudian ia tersenyum dan mulutnya berucap tanpa suara. "Jangan dipikirkan, kau harus makan,"

Elsa balas tersenyum lalu mengangguk.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
SWEET LOVE STORY : DANCING IN THE DARK Where stories live. Discover now