Kutatap bulu matamu yang lentik, dan dibalik jendela kusaksikan arakan awan menyembunyikan kebenaran yang terasa pahit, aku yakin, sebentar lagi hujan akan tiba di mulut kita
Prajna, ketika ribuan isyarat sunyi yang dikirim senja pecah, aku mendengar koak burung nazar yang begitu nyaring, dan aku kembali mempertanyakan kenapa keriuhan yang susah payah kuendapkan malah menimbulkan suara yang lebih nyaring dari sebelumnya?
Apakah ledakan kesunyianku ini, Prajna
Ketika mataku menangkap keliaran gerak sang takdir adalah pemisah kita, bahwa dititik ini adalah penegasan tentang hukum awal dan akhir, tidak ada ruang bagi pengingkaran atau alasan bunuh diri yang konyolAku sentuh dagumu dengan lembut, kutatap bulu matamu yang lentik
Lalu aku tiba-tiba kembali menemukan kebenaran yang pahit, mengapa di dalam mata yang teduh menyimpan api yang membara? Seperti kebejatan iming-iming puluhan bidadari untuk dikangkangi
Dan kau tau, setelah hujan reda akan ada burung nazar yang turun mencongkel kedua mataku
YOU ARE READING
Prajna Paramitha
PoetryIni sajak tentang kerinduan Entah pada siapa tertujukan Sajak-sajak yang terkirim ke angkasa Semoga membahana dan menemukanmu disana Lalu pulang bersama di pangkuan keheningan Kamu, ya kamu Yang merindu Di pangkuan getir masa lalu [foto cover bukan...