Laras

164 7 0
                                    

Perjalanan telah mengantarkanku ke tempat dan detik ini. Aku yang semula hanyalah seorang gadis yang lebih suka belajar pedang ketimbang belajar menari dan seorang gadis yang hanya suka mengamati geliak liar kehidupan, kini cakrawala membukakan sedikit tabirnya yang memaksaku kembali berjalan. Iring-iringan awan itu membawaku pergi dan entah kenapa aku mengikutinya saja.

Semua berawal saat aku bertemu denganmu, seorang pemuda gagah dengan banyak sekali gudang sastra di benakmu. Sebagai seorang Pangeran dan teman masa kecil, engkau sungguh memberikan inspirasi. Aku, ya aku, mulai mempertanyakan diri, sebagaimana kamu mempertanyakan dirimu sendiri.

Dari mana datangnya angin yang berhembus menggoyangkan pelepah daun pisang

Kekayaan keraton dengan hasil karya pujangganya telah engkau lahap habis. Mendengarmu menceritakan semua sari makna karya sastra yang telah kau kecap adalah anugerah terindah yang pertama kali kurasakan. Kamu, seseorang yang selalu membuatku ceria. Membuatku menelisik dunia yang tanpa batas. Dunia yang sepertinya engkau ciptakan. Dan saatku masuk ke dalam dunia itu, kutemukan kedamaian. Seperti saat kita bercengkerama di pinggir sungai itu dan merasakan getar-getar lembut di dalam dada. Aku tak tau apa itu, aku hanya sekedar ingin menikmatinya bersamamu.

Namun, rupanya cakrawala tak berhenti disana. Keindahanmu mulai disusupi oleh tanda tanya. Rupanya kita dipertemukan oleh sebuah ikatan, ikatan yang aku sendiri tidak bisa menjawab ikatan apa itu. Apakah getar rasa itu cukup untuk membuatku mengatakan aku mencintaimu? Kurasa bukan. Itu bukan cinta. Itu hanya sekedar percikan kekaguman pada diri sendiri. Ya pada diri sendiri, karena ia muncul dari dalam bukan dari luar. Ah, aku sendiri tidak mengerti.

Hingga akhirnya kutemukan telaga di mata itu. Mata yang membawa berjuta-juta kenangan. Yang mampu menutup indah kemolekan Pangeran tampan. Telaga yang kurindukan, tapi mengapa? siapa? bagaimana?.

Oh Dewata, Oh Gusti ...
Lakon macam apalagi ini
Mataram? Apa peduliku dengan Mataram? Apakah karena aku putri seorang prajurit lalu aku kemudian harus peduli pada Mataram?

Tidak, bukan itu.
Semua ini bukan tentang itu.

Ah, Nawangsari
Ken Dedes
Dyah Pitaloka
Gayatri
Ratu Shima

Ah, siapa nama-nama itu, mengapa terngiang di kepalaku. Aku bingung. Kemana aku harus melangkah mencari jawabnya.

Rindu
Menunggu
Meledak

Ah, siapa akuuuuu...

Ah, siapa akuuuuu

Oops! Această imagine nu respectă Ghidul de Conținut. Pentru a continua publicarea, te rugăm să înlături imaginea sau să încarci o altă imagine.
Prajna ParamithaUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum