Sebuah catatan, Rindu yang nakal

91 5 0
                                    

Pada pagi yang hangat, kusaksikan wajahmu pada pekat segelas kopi, pun di sepiring nasi goreng asal jadi

Juga beberapa kutilang di balik jendela, dengan liar menyenandungkan namamu, tiada henti

Mentari merayap perlahan, menggeliatkan sekuntum mawar yang tiba-tiba menjadi kurang ajar, beberapa kuncup mekar, mengirimkan semerbak aroma yang pernah membuatku tergila-gila; rambutmu, bibirmu, jenjang lehermu, halus kulitmu dan sesuatu yang begitu menakjubkan pada pangkal kakimu yang senantiasa menenggelamkanku dalam gairah wangi

Ah, brengsek, kau kembali memasukiku dengan nakal, jemariku gatal membayangkan sebuah puisi, tapi aku tak tahu bagaimana menuliskannya dengan rapi

Hah, mungkin aku perlu kopi segelas lagi agar rindu ini semaki  menjadi

16 Juni 2017

Prajna ParamithaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang