28: there must be a day where we can be together

1.4K 64 8
                                    

"Aku tidak tau sampai kapan masalah berhenti menimpa kita, tapi aku berjanji ada hari dimana kita akan selalu bersama tanpa ada yang mengusik"

__

DOR...

Kavando memejamkan matannya sesaat peluru ditembakan, tunggu tapi kenapa dia tidak merasa kesakitan? Atau sudah mati?.

Kavando meraba sekitaran dada nya, tidak ada peluru yang menembak lalu siapa?.

"Shit!! Anjing!!". Rey berteriak kerasa sesaat ada yang menembak kakinya. Arash meniup ujung larasnya sasarannya tepat kearah betis Rey.

Wahyu dan Edo membantu Jasmine berdiri lalu memapah nya menuju Kavando.

"Van sadar bego!". Ucap Edo sambil memguncangkan tubuh Kavando, Kavando membuka matanya lalu melihat kedua temannya yang terlihat panik. Teruta Jasmine yang kini tidak berhenti menangis. Jasmine membelai rambut Kavando dengan lembut sampai sampai Kavando menutup matannya.

"Van lo gak papa?". Tanya Jasmine sambil memegang bahu Kavando. Kavando tersenyum lalu menggeleng perlahan, ditariknya tangan Jasmine kearah wajahnya.
"Gak papa! Luka segini kecil dibanding lo ninggalin gue!". Jasmine tersenyum sampai merona.

"Yeuh monyet udah sekarat aja masih ngegembel!" Dengus Edo sambil memukul tangan Vando pelan. Wahyu menendang kaki Edo mengintrupsi.
"Sia aja yang sirik!". Wahyu melirik pada Arash yang kini sedang berduel dengan puluhan bodyguard Rey. Wahyu berfikir Arash itu sepertinya monster kill yang siap nindas apapun. Kecuali pacarnya. Wahyu pun bergidik melihat luka sayatan pisau yang terlukis di badan berotot Arash ada dimana mana. Lalu arahanya mengganjal. Loh Rey?.

"Sialan! Van si Rey kabur!". Kavando mendelik kesekitar pandangan nya tertuju pada orang yang sedang dipapah oleh orang lain.

"Bab*, kenapa si Arash gak sekalian aja bunuh tu orang!?". Kesal Edo yang tak melihat Arash ada di belakang nya.

"Lo ngatain gue, gue ancurin palalo!" Ucap Arash sambil mencondongkan pistol nya. Edo yang tidak tau kedatangan Arash hanya tersenyum kikuk.

"Sory bang gue kagak maksud, Sumpah!". Arash berdesis lalu berjongkok melihat kondisi Kavando.

"Lo harus segera kerumah sakit! Urusan Rey biar gue aja, gue punya banyak kenalan buat cari Rey. Yang terpenting cewek lo udah selamat sekarang!". Kavando meengangguk lalu beralih pada Jasmine yang sedang memeluk tangannya.

"Udah lo tenang aja! Gue gak papa kok!" Jasmine mengangguk lalu mengecup punggung tangan Kavando.

Kavando terdiam dengan perlakuan sweet Jasmine.
"Heh malah pacaran! Lo mau keburu mati gak dibawa kerumah sakit?".

---

"Gue gak mau tau! Sebelum lo gak nemuin Jasmine keputusan gue nerima perasaan lo gak jadi!" Dengus wanita itu yang membuat laki laki dihadapannya tercengang.

"Oke , lo tunggu aja gue bakal usahain ini semua demi kita!".

"Tapi kali ini beda!". Wanita itu menyimpan sampanye nya lalu menatap laki laki di hadapannya.

"Gue bakalan turun!"

---

Kavando kini sedang dirawat di ruang VIP pesanan langanan keluarganya. Sudah tiga hari ini dirinya dirawat dan sudah tiga hari ini juga Jasmine menemaninya. Kavando melirik Jasmine yang tertidur di shofa dengan makanan di tangannya. Sedangkan Edo dan Wahyu sedang memesan nasi padang di kantin rumah sakit.

Kavando sesekali melirik pada Jasmine yang tidur dengan mulut sedikit terbuka. Kavando kini yakin demgan perasaannya. Tidak sia sia dirinya menyelamatkan Jasmine dari Rey. Dan di tambah Rani- ibu tiri Jasmine sudah merestui Kavando kemarin. Tinggal menunggu dirinya sembuh Kavando akan melamar Jasmine tanpa sepengetahuan Jasmine sendiri.

Tapi di pikirannya mengganjil tentang Rey. Jasmine memang sudah terbebaskan tetapi apabila Rey masih berada disekitaran Jasmine bisa bisa Rey merencanakan hal lebih gila lagi daripada ini. Cukup bagi Vando bahunya yang bolong. Bila ditambah lagi, dan sasaranya punggung Kavando, siap siap saja dirinya menjadi sundel bolong!.

Engghh...

Kavando melihat Jasmine yang merubah posisi tidurnya menjadi menekuk seperti bayi. Andai saja Kavando tau dari dulu bagaimana kondisi Jasmine saat ini dia pasti akan melindungi Jasmine dan memberinya perhatian bukan dengan kejahilannya. Tapi kini Kavando tidak menyangka dirinya bisa berkorban demi Jasmine. Dan tidak menyangka bahwa semua ini karna cinta.

"Loh, Kavando lo udah bangun?" Tanya Jasmine yang melihat Kavando sedari tadi tersenyum, Jasmine bangun dari shofa lalu duduk menghadap Kavando.

"Lo pengen sesuatu?". Tanya Jasmine sambil memegang tangan Kavando. Kavando menggeleng tapi dirinya teringat sesuatu.

"Ada,"

"Apa?".

"Sini deh, gue bisikin!". Titah Vando yang dituruti Jasmine.

"Apaan?"

"Sini deketan!" Jasmine mendekatkan telinganya menunggu Kavando berbisik.

"Gue pengen--".

Cup.

Seketika Jasmine melotot karena Kavando berhasil mencium pipinya dalam.

"Ihh... dasar mesum! Masih sakit aja sempet gitu!". Kavando cengegesan sambil mengusap pipi Jasmine.

"Habis nya lo nanya pengen apa! Ya gue jawab pengen itu!". Jasmine tidak menjawab dirinya kini sedang merona sambil melihat layar monitor didepannya.

"Ciee malu! Kenapa malu? Biasanya kan emang gitu!". Goda Kavando yang membuat Jasmine menoleh.

"Apaan! Lo yang sosor mulu kaya soang!".

"Ya habis nya elo!--".

"Apaan gue?" Tanya Jasmine galak.

"Habis nya elo ngegemesin! Jadi pengen cium kan gue jadinnya!".

"Jijik! Tai lo ah.. masih sakit juga udah ngegembel!".

"Dih! Oran gue--".

"PRITT...PRITT dilarang cipokan di daerah ini!!". Tiba tiba Wahyu, Edo dan Cery masuk sambil menenteng makanan.

"Heh orang sakit itu tidur bukannya pacaran!" Ucap Cery sambil menyimpan kantong kresek di meja.

"Lo pada tadi lagi ngapain? Kok bibir kalian pada dower?". Tanya Edo dengan seringai jahil.

"Apaan sia! Sia aja dower kaya nicky minaj! Sotoy banget jadi waria!" Bales Kavando sambil melempar gulungan tisu, tapi Edo langsung menghindar.

"Gak kena wlee!!".

"Dih najis lo kayak anjing!". Kata Wahyu sambil melemparkan sendok plastik.

"Dia kan kakak nya anjing yang! Wkwkw,". Tambah Cery yang langsung membuat ruangan Kavando berisik.

Edo mengelus dada, "yang jomblo mah bisa apaatuh!".

---

Setelah rasanya satu jam mereka berada di ruang rawat Kavando Wahyu dan yang lainnya pamit pulang terlebih dulu karena ada urusan. Hanya Jasmine yang ada saat ini. Itupun sedang tertidur melungkup pinggir Vando.

Kavando tersenyum sambil mengelus rambut Jasmine yang rasanya mulai memanjang. Entah rasa bahagia apa lagi yang melingkupi perasaannya.

Ingin segera Kavando menjadi tempat sandaran Jasmine satu-satunya, tempat dimana dia bisa mendengarkan resah keluh Jasmine selama ini.

Kavando mengambil tangan Jasmine lalu mengecupnya perlahan.

"i love you, and i promise for always with you, forever. Dont sad, i be there for you. Sweet dreams babe.".


-----

Love or Obsession? (Revisi)Where stories live. Discover now