SnT | Chapter 2 - Please...

19.4K 910 2
                                    

Selamat malam semuanya...

Makasih banyak buat yang sudah mampir ke cerita baru aku ini. Moga-moga kalian suka ya.

Jangan lupa untuk klik ⭐ yang ada disudut kiri bagian bawah ya. Seperti biasa...

Happy Reading!

______________________________________

"Damn! Siapa yang berani melempar ini?!"

Suara itu membuat Vic menelan ludahnya susah payah dan berusaha untuk menegakkan kepalanya. Napasnya tercekat kala melihat sapu tangan milik pierre kini hinggap diwajah tampan milik seseorang.

Pria itu menurunkan sapu tangan itu lalu menggenggamnya erat. Kini mata tajamnya menatap kearah Vic karena hanya Vic-lah satu-satunya orang yang berada di sana.

"Kau—"

Ucapan pria itu terpotong karena Vic yang buru-buru membekap mulutnya.

"Please.... Jangan berteriak! Bisa-bisa Mrs. Lincon mendengarnya dan aku akan terkena masalah besar," ucap Vic sembari memejamkan matanya karena takut.

👔👔👔

Restaurant Le Meurice Alain Ducasse, ParisPrancis. 01:35 PM

Vic pura-pura menyibukkan diri dengan mengelap gelas-gelas yang baru saja dicuci sambil sesekali melirik ke arah pria tampan yang kini tengah bercengkrama dengan beberapa karyawan perusahaannya. Walaupun perbincangan yang mereka lakukan terkesan santai, tetapi tidak dapat menutupi aura mengintimidasi yang menguar dari pria itu. Pria dengan wajah tampan dan juga tegas dilengkapi dengan rahang yang ditumbuhi oleh bulu-bulu halus yang meninggalkan kesan jantan di sana. Dan juga suara berat khasnya yang menggetarkan bagi kaum hawa yang mendengarnya.

Sejujurnya Vic masih takut bila tiba-tiba saja pria itu menemui Mrs. Lincon dan melaporkan dirinya. Vic benar-benar tidak bisa membayangkan bagaimana nasibnya jika dia harus kehilangan pekerjaannya kali ini.

Vic sedikit terperanjat kala merasakan sebuah tepukan pada pundaknya. Perlahan membalikkan badan dan menghembuskan napas lega saat melihat Jane—salah seorang pelayan Le Meurice—tengah memandanginya dengan kening berkerut.

"Kamu melamun?"

Vic menggeleng cepat lalu kembali pura-pura sibuk pada tugasnya.

"Aku lihat sedari tadi kamu melirik ke arah Mr. Derizcon terus. Ada apa? Apa kamu juga tertarik padanya?" tanya Jane dengan aksen kentalnya.

Jane merupakan orang asli Perancis sehingga tidak heran jika ketika berbicara menggunakan bahasa inggris aksennya terasa aneh. Jane juga cukup dekat dengan Vic, selain Elaine dan Pierre. Sebenarnya Vic cukup dekat dengan semua karyawan di Le Meurice karena sifatnya yang ceria dan juga mudah berbaur.

"Non. Aku hanya sedikit terpesona dengan kesan wibawanya." (Tidak.)

Jane ikut melirik Rafael dan senyum-senyum sendiri. "Moi aussi." (Aku juga.)

Vic memutar bola matanya, lalu sedikit mendorong punggung Jane agar menjauh darinya. "Kembalilah bekerja. Jika Mrs. Lincon melihatmu bersantai seperti ini, aku yakin pasti akan terjadi masalah."

Jane yang setuju akan perkataan Vic, segera berlari ke arah dapur dan melaksanakan pekerjaannya. Vic menatap malas ke arah pintu dapur yang baru saja tertutup, lalu kembali menoleh ke depan dan betapa terkejutnya saat melihat pria tampan yang tadi tengah diperhatikannya telah berdiri di hadapannya dan hanya dibatasi sebuah meja panjang.

"Apa ada yang Anda perlukan, Monsieur?" tanya Vic berusaha menguasai degup jantungnya. Bukan perasaan salah tingkah karena tertarik pada pria itu, melainkan perasaan takut yang melingkupinya. (Tuan.)

"Apa kamu mengenalku?"

Vic mengerutkan keningnya. "Pardon?" (Maaf?)

"Lupakan. Tampaknya kamu bukan warga negara asli Perancis. Dari mana kamu berasal, Mademoiselle?"

"Ah! Anda cukup memanggil saya 'Vic' saja. Saya berasal dari New York jika itu yang ingin Anda ketahui," jawab Vic berusaha seramah mungkin walaupun sejujurnya ini bertolak belakang dengan dirinya yang suka berbicara to the point.

Rafael menganggukan kepalanya, lalu sedikit bertopang dagu diatas meja. Hingga jarak di antara keduanya menipis. "Ne sois pas comme ça. Kamu tidak perlu seformal itu ketika berbicara denganku. Apa kamu tidak ingat kejadian didepan tadi?" (Jangan begitu.)

Vic meneguk ludahnya susah payah dan sedikit mencubit telapak tangannya sendiri untuk menghilangkan kegugupannya. "Maaf, Monsieur. Tapi, saya tidak bisa melakukan itu. Jika manajer saya tahu, saya bisa di—"

"Ah! Jadi manajer kamu, ya. Aku lupa untuk melaporkan kejadian tadi."

Vic gelagapan dan meraih tangan pria itu untuk digenggamnya. "Please... Jangan lakukan itu! Aku bisa diberhentikan jika Mrs. Lincon tahu bahwa aku telah melakukan kesalahan besar."

Rafael memandang tak suka ke arah tangannya yang digenggam oleh Vic. Dia segera menariknya dan menatap gadis itu tajam. Rafael berbalik dan berjalan menjauhi Vic.

Vic menggigit bibir bawahnya dan sedikit meremas kain yang dia gunakan untuk mengelap gelas.

Ish! Sepertinya kali ini Dewi Fortuna tidak berpihak padanya jika dilihat dari reaksi pria itu terhadapnya.

TBC

Suit and Tie | ✅Место, где живут истории. Откройте их для себя