SnT | Chapter 28 - I wouldn't move

8.7K 424 10
                                    

SnT Comeback!!!

Chapter ini lumayan panjang, ya. Sekitar 2000++ kata. Moga-moga kalian puas ya sebagai ganti tidak update minggu lalu.

Maaf kalau semisalnya ditemukan TYPO. Aku sudah revisi sebelumnya, tapi gak tau juga kalau ada yang terlewatkan. Kalau memang ada, boleh bantu koreksi, ya.

Happy Reading...

______________________________________

Vic menyugar rambutnya ke belakang hingga tanpa sengaja dia menangkap basah beberapa maid yang mengintip dari balik dinding dapur.

"Kembalilah bekerja!" tegur Vic dengan suara cukup keras yang berhasil membuat pengintip itu meringis.

Vic menghela napas kasar saat melihat para maid itu beranjak pergi satu persatu.

👔👔👔

Tyson Corp., New York—USA. 08:15 AM

"Jadi, apa yang ingin kamu jelaskan?" tanya Ruby sembari memainkan bolpoin ditangannya, sedangkan Vic yang kini berdiri dihadapan Ruby hanya dapat meneguk ludah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Jadi, apa yang ingin kamu jelaskan?" tanya Ruby sembari memainkan bolpoin ditangannya, sedangkan Vic yang kini berdiri dihadapan Ruby hanya dapat meneguk ludah.

"Victoria?" Ruby menaikkan sebelah alisnya saat Vic diam saja.

"Saya ingin meminta maaf karena tidak masuk kemarin. Saya ketiduran karena kelelahan. Dan saya sadar jika hal itu tidak bisa dijadikan alasan."

Ruby hanya menganggukkan kepalanya. "Well, sebenarnya aku sudah menduga hal ini akan terjadi saat mendengar Rafael kembali ke New York."

Kedua mata Vic terbelalak, tetapi wanita itu tidak berkata apa-apa.

Ruby tersenyum miring. "Aku sudah tahu dia akan pulang, makanya aku sengaja meninggalkan kalian berdua," ucap Ruby dengan nada santai.

"Namun, bukan berarti kamu bebas izin kerja. Aku akan tetap memberimu sangsi agar adil dengan karyawan lain," tambah Ruby.

Vic hanya dapat mengangguk pasrah, walau sebenarnya dia juga tidak mengharapkan Ruby memaafkannya dengan mudah.

"Tapi, aku tidak akan menghukummu sekarang. Jadi, kamu boleh lanjut bekerja."

Vic hanya diam. Membungkukkan tubuhnya selama tiga detik, lalu beranjak dari ruangan Ruby.

👔👔👔

Victoria tengah mencuci tangannya di wastafel ketika ponselnya berdering, memunculkan nama Pierre sebagai sang penelepon. Vic buru-buru mematikan keran dan melirik kiri-kanan, memastikan bahwa dirinya sendirian.

Suit and Tie | ✅Where stories live. Discover now