SnT | Chapter 19 - A Man

10.8K 502 14
                                    

Halo semuanya...

Ada yang nungguin SnT update??? Jam berapa kalian baca ini???

Fyi, chapter 12 aku revisi dan ada sedikit perubahan. Kalian bisa membaca ulang supaya tidak bingung kedepannya.

Jangan lupa untuk vote dan comment di chapter ini, ya. ⭐

Tolong mention apabila kalian menemukan yang namanya TYPO.

Happy Reading... 

______________________________________

Pintu lift terbuka, bertepatan dengan Rafael yang keluar dari ruang kerjanya.

Vic bergegas masuk ke dalam lift. Menatap Rafael yang kini juga tengah menatapnya.

Pintu lift perlahan tertutup, menghalangi pandangan mereka hingga benar-benar tertutup sempurna. Vic langsung menekan tombol di mana lobby berada. Vic menghembuskan napasnya, berasumsi jika ini merupakan akhir pertemuan mereka. Setelah ini, dia akan menghindari pria-pria berkuasa seperti seorang Rafael Derizcon.

👔👔👔

Vic menarik kopernya dengan susah payah hingga sampai di depan pintu flat tercintanya. Dia sempat kebingungan karena tidak tahu di mana anak buah Rafael menyimpan kunci flat-nya, beruntunglah Vic berpapasan dengan Mrs. Moretii di depan gang tadi, sehingga dia bisa meminta kunci flat-nya. Vic memang berhak untuk kembali tinggal karena dia sudah membayar uang sewa selama sebulan ke depan.

Vic memutar kunci lalu membuka pintu lebar-lebar. Dia masih mengingat bagaimana hancurnya flat ini sebelum dia kembali ke penthouse Rafael. Nyatanya kini flat itu sudah benar-benar bersih dan tertata rapi. Vic tertawa sinis saat mengingat ucapan Rafael perihal dia telah meminta orangnya untuk membereskan kekacauan yang Vic buat dan ternyata pria itu serius.

Vic menghembuskan napas kasar, kemudian menggeleng keras. Berharap jika semua tentang pria itu segera terhapus dari memorinya. Vic benar-benar tidak mau lagi terlibat dengan pria seperti Rafael. Dia kemudian meraih koper besarnya dan membawanya masuk ke flat.

Vic meletakkan kopernya di dekat pintu kamar. Dia berbalik dan hendak mengunci pintu, takut jika tiba-tiba saja Rafael muncul dan memaksanya pulang. Baru saja pintunya akan tertutup rapat, Vic terperanjat kala mendengar seseorang menyebut namanya.

"Victoria? Itu benar kamu?"

Vic mengintip dari celah pintu yang belum tertutup rapat. Dia menghembuskan napas lega saat tahu yang memanggilnya adalah Pierre. Tanpa pikir panjang, Vic langsung membuka pintu lebar-lebar.

Napas Vic tercekat kala wajah babak belur Pierre-lah yang menyambutnya. "Wajahmu kenapa, Pierre? Apakah kamu berkelahi lagi?" tanya Vic khawatir.

Dia ingin menyentuh memar di wajah Pierre, tetapi pria itu dengan cepat menahan tangannya. "Tidak apa. Aku hanya sedikit pemanasan."

Vic mendengus kesal, kemudian menarik tangannya kembali. "Aku tidak mau kamu berkelahi lagi, Pierre."

Pierre mengedikkan bahu tak acuh. "Preman-preman itu yang terus-menerus menggangguku. Kupikir mereka perlu diberi sedikit pelajaran."

Suit and Tie | ✅Where stories live. Discover now