9

19.6K 720 4
                                    

Edric POV.

Hujan malam ini cukup lebat membuat Emma sungguh terlelap didalam pelukanku, setelah permainan panas kami yang diakhiri dengan obrolan ringan hingga candaan dan akhirnya Emma terlelap didalam pelukanku. Bukan suatu kebetulan kami bisa bersama melainkan sebuah keberuntungan bagiku seolah takdir memang memperuntukkan dirinya menjadi milikku.

Aku memandangi langit gelap dan air hujan yang mengalir pada dinding kaca tebal ruang pribadiku. Emma tampak pulas dengan tidurnya dan aku tak ingin menganggunya, aku memakai celana panjangku dan berjalan ke sisi ruangan untuk mengambil kaos polo yang kusediakan sebagai cadangan jika saja aku membutuhkan. Lalu aku meninggalkan Emma yang masih terjaga untuk kembali bekerja.

Aku masih memeriksa beberapa berkas kerjasama dengan salah satu perusaahan besar di Jepang ketika aku mendengar suara jeritan dari dalam ruang pribadiku. Aku berlari seperti kesetanan untuk mengecek keadaan Emma yang kutinggalkan dan demi Tuhan wajah panikku berubah menjadi tenang saat kulihat Emma masih terlelap, sepertinya dia bermimpi dan itu membuatku menjadi marah pada diri sendiri karena telah meninggalkannya. Aku berjalan mendekat dan duduk di tepi ranjang dan membelai rambutnya, apa ini? Aku seperti terhipnotis untuk selalu ada disisinya dan entahlah aku hanya ingin Emma menjadi milikku seorang.
Kulihat Emma membuka matanya pelan dan wajahnya terlihat melembut sangat tenang, ia tersenyum padaku menarik telapak tanganku untuk menangkup sebelah pipinya dan ia kembali menutup matanya seolah menikmati kehangatan disana, sungguh aku menyukai ide ini. Keinginan untuk memeluknya sungguh tak tertahan membuatku naik ke tempat tidur dan memeluknya. Membiarkan dirinya merasakan kehangatanku seutuhnya.

*****

Emma POV.

Dari sekian banyak pria yang pernah memasuki hidupku dialah yang berbeda, entah mengapa pria ini begitu mempesona dan membuatku tersihir untuk terus menempel padanya. Aku menyukainya dengan semua yang ada padanya, caranya berbicara, ekspresinya bahkan rasa nyaman yang entah dari mana datangnya seolah membuatku enggan beranjak. Aku bisa merasakannya.

Malam dimana dia menciumku di flatnya, membuatku terus memikirkannya dan membayangkannya, Apa ini? Sungguh sesuatu yang tidak kuketahui bahkan belum pernah kurasakan. Aku bisa merasakan debaran jantungku saat mata kami bertemu dan malam ini aku berada disini di tempat tidurnya dan bercinta dengannya.

Aku membuka mataku perlahan saat kurasa seseorang membelai rambutku dengan lembut dan ia ada disana, ditepi ranjangnya dan memandangku sambil melakukan sesuatu yang tak pernah kurasakan sebelumnya, Dia begitu manis dan aku menyukai ini. Demi Tuhan aku akan membayar berapapun untuk mendapatkan perhatian yang tulus ini. Tak lama setelah itu Edric bergerak naik ke tempat tidur dan mendekapku, membiarkanku hanyut kedalam dada bidangnya yang wangi.
Aku menghirup wanginya dalam dan hanyut.
"Kau wangi ed." Ucapku sambil tersenyum didalam dadanya. Dan ia mengecup kepalaku.
"Maukah kau menemaniku melewati semua ini? " aku sedikit ragu ketika mengatakannya tetapi sudah kulakukan. Itu karena aku merasa Edric seperti pelindungku.
Edrik mendekapku semakin erat dan kembali membelai rambutku.
"I'll be there for you beib. I promise." Katanya kemudian dan aku melingkarkan tanganku di pinggangnya. Sungguh aku menginginkan ini selamanya.

***

"Good Morning beib" ucapnya saat mengecup jidatku dan aku harus membiasakan diri dengan ini. Sudah lama aku hidup sendiri dan tak memiliki pacar untuk mendapatkan sapaan dan perhatian manis seperti ini. Aku menggeliat dibawah selimut tebal berwarna putih yang lembut dengan tubuh terlanjangku dan mulai menyadari bahwa semalam kami menghabiskan malam di ruang pribadi Edric dan ini kantornya, apa yang akan Mia katakan jika dia datang bekerja dan melihatku pulang mengenakan pakaian yang kupakai semalam. Lagipula jika aku mengganti pakaianku tetap saja ini terlalu pagi untuk sekedaar mengatur urusan bisnis.

Edric menghampiriku dan duduk di kaki ranjang.
"Pakai bajumu beib,kita harus pergi dari sini sebelum para karyan datang."

Aku tersenyum lalu mengecup punggung atletisnya dan tutun dari ranjang.
Dia memperhatikanku dengan wajah nakalnya dan aku tau apa yang tersirat disana. Aku tau dia menginginkanku tetapi tidak untuk saat ini.

Kami bergegas lalu turun dari lantai tiga putuh lima menuju lantai dasar. Disana sudah ada Cris yang siap tetapi Edric meminta Cris membawa mobilku dan Edric yang akan mengendari mobilnya sendiri menuju flatnya.
"Ini untukmu beib," edrik menyerahkan sebuah tas beisi beberapa pakian wanita juga pakaian dalam sambil terus memperhatikan jalanan. Aku tak bertanya hanya mengerti apa artinya karena kami tak sedang menuju flatku melainkan flatnya dan bahkan iblispun tau untuk apa ini. Aku tersenyum sambil melihat keluar jendela merasa lega dengan susuatu yang disebut rasa atau ego entahlah yang kutahu aku hanya tak bisa berhenti tersenyum untuk saat ini.

Bersambung.....

Sekali lagi, jadilah pembaca yang baik, tinggalkan pesan jika berkenan dan jangan pelit memberikan suara.
Happy reading yahhhh

DESTINY (COMPLETE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang