15

15.9K 591 19
                                    

Emma pov.

Aku mengguncang tubuh Edric berteriak memanggil manggil namanya. Mataku penuh dengan kubangan airmata, aku tak dapat melihat dengan jelas tangisku pecah tak tertahankan. Rasa panik dan bersalah menyergapku dan aku tak dapat bernapas menerimanya.

"Kumohon ed, bangunlah!! EDRIIIICCC!!!!

Aku terkejut dari tidur dan mimpi burukku yang menakutkan, kereingat membasahi sekujur tubuhku. secepat mungkin aku turun dari tempat tidur dan mencari sosok Edric tetapi yang kudapatkan hanyalah flat kosong. Edric tak ada dimana mana, entah di dapur di ruang gym, ruang kerjanya bahkan sepertinya dia tak menginap disini. Kakiku melangkah dengan gontai menuju sofa besar berwarna abu abu gelap yang menghadap kejendela lalu duduk disana. Ada banyak pertanyaan yang berkecamuk di kepalaku dan bagaimana mungkin semua ini menjadi semakin rumit.

Sial, aku mengacaukan segalanya. Aku mengutuk diriku yang ceroboh dan begitu bodohnya hingga membiarkan Edric kecewa dan mimpi itu-
Oh demi Tuhan, aku ingin melihatnya bersedih seperti malam tadi. Tetapi akulun tak berdaya dengan semua hal ini. Bahkan keterkejutan diriku dan ketidak siapan diriku untuk berceritra telah menyebabkan masalah baru dalam hubungan kami.

Kudengar pintu terbuka dan sosok lukas muncul dengan setelan jas. Ah sungguh aku tak ingin kekantor

"Ada apa lukas? Aku takan kekantor hari ini." Kataku tanpa menoleh.

"Maaf miss Brown, tetapi Mr. Stone meminta anda untuk bersiap siap, anda akan dijemput olehnya."

Ah terpujilah para malaikat. Aku melompat dari sofa dengan girangnya dan berlari menuju ke kamar mandi tanpa menghiraukan lukas yang melihatku dengan keheranan. Bukankah aku seperti seseorang yang baru saja memenangkan lotre..

****

Edric pov.

Aku tersenyum melihat wajahnya secerah langit dipagi hari

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aku tersenyum melihat wajahnya secerah langit dipagi hari. Ketika dia berlari ke arahku dengan senyumannya yang cantik. Aku menepis kenyataan bahwa aku sedang berada di bawah sebuah tekanan tentang bagaimana mempertahankan sebuah hubungan, dan ini menjadi penting bagiku karena aku tak boleh kehilangan gadisku.

Emma memiringkan kepalanya menggodaku yang saat ini masih berpakaian kantor dan berdiri menunggunya di depan limoku

Emma memiringkan kepalanya menggodaku yang saat ini masih berpakaian kantor dan berdiri menunggunya di depan limoku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
DESTINY (COMPLETE) Where stories live. Discover now