12

15.9K 573 25
                                    

Emma Pov.

Ponselku berdering di tengah kesunyian. Aku menarik selimut dan kembali memejamkan mata mengabaikan deringan ponselku saat itu. Ah sungguh aku terlalu mengantuk untuk menjawabnya lagipula aku sedang tak menunggu telp karena Carlo baru saja berbicara kepadaku tentang kepulangannya dan kita akan bertemu malam nanti.

Ketukan dipintu kamarku lagi lagi membuatku kesal karna yang kuinginkan saat ini adalah tidur. Semalam aku dan Carlo berbicara terlalu lama setelah phone sex kami lanjutkan dengan membicarakan banyak hal dan aku sangat sangat mengantuk.

"Emma, bangunlah kau bahkan tak menjawab telp dariku." Suara dad terdengar ramai didepan pintu kamarku. Tetapi aku sama sekali tak berniat menjawabnya.

"Carlo mengalami kecelakaan Emma. Bangunlah!!!"

Tubuhku menegang seketika bagai disambar petir. Dad membuka pintu kamarku yang memang tidak kukunci.

Mataku berair tetapi masih dalam kebekuan, Aku bangkit dan duduk memeluk kedua kakiku yang ditekuk.

"Jasadnya sudah ditemukan dan Mereka dalam perjalanan membawanya pulang, sungguh Ayah sangat berduka untukmu Emma. Maafkan ayah." Dad duduk di tepi tempat tidurku dan merengkuh diriku kedalam pelukannya, barulah saat itu tangisku benar benar pecah.

***

Upacara pemakaman Carlo berlangsung penuh kesedihan. Suasana yang mencekam dan isak tangis yang membahas mengiringi kepergiannya. Wajahnya saat itu tak begitu jelas karena luka bakar yang dialaminya tetapi dia masih memakai cincin tunangan kami sungguh sebuah dilema karena takdir yang tak berpihak padaku bahkan ketika aku merasa belum siap kehilangan dirinya. Kulepaskan cincin berlian di jari manisku lalu kuletakkan di atas dadanya agar dia dapat mengingatku setiap kali dia melihatnya di alam baka sana.

***

Edric Pov.

Rasa panik menjalar disekujur tubuhku karena Emma tak kunjung menjawab telpku. Aku menelpon veren dan mendapatkan kenyataan bahwa Emma tak kembali ke kantor sejak pertemuannya dengan klien.

"Cris, bawa aku ke apartemen Emma. Sekarang!"

Crish mematuhinya dan melaju seketika. Aku memejamkan mata mencoba mencari ketenangan dan jawaban atas perubahan sikap Emma. Tetapi tidak ada hal apapun yang aneh. Aku sudah mencari tau identitas Tomoko dan dia bersih, bisnisnya bersih dan tak ada yang salah dengan pertemuan siang tadi. Atau adakah hal lain yang kulewatkan??
Sial... aku mengumpat dan berbicara pada diri sendiri berusaha menenangkan diri tetapi segala sesuatu yang menyangkut Emma akan membuatku hidup dan mati seketika.

Crish memarkir Limoku dengan baik. Aku tak mau menunggu Crish membukakan pintu. Kulakukan sendiri dan segela melompat keluar mencari jalan menuju flat kekasihku. Sunggu aku tak tenang memikirkan segala kemungkinan yang bisa saja terjadi.

Jari jariku menekan tombol pasword tetapi akses ditolak. Emma menggantinya tapi kenapa?

"Em, it's me honey, please open the door.."

Hening tak ada suara. Flatnya gelap dan sepi. Tapi informasi terakhir yang kuperoleh dari lukas bahwa dia mengantarkan Emma ke flatnya sebelum Emma menyuruhnya mengantarkan veren. Aku bingung sangat bingung.

" Crish, lihatlah apa Mobil Miss Brown masih ada disana?

" masih sir."

"Sial" aku memekik dan membanting ponselku ke lantai.

" Em kumohon bukalah.. aku mengkawatirkanmu sayang."

Sama sekali tak ada jawaban. Aku memutar otakku berusaha mencari kemungkinan lain kemana gadisku pergi.

Lift membawaku turun dari lantai sepuluh flatnya, aku melompat masuk ke limoku dan Crish bergerak cepat dengan aba aba menuju flatku.
Tak memakan waktu lama untuk mencapainya karna jarak tempat tinggal kami tak begitu jauh.

"Sir. Miss Brown.." kalimat Chris tertahan melihat Emmaku sedang berdiri menungguku didepan lift. Tanpa banyak bicara aku segera melompat keluar dan mengahampirinya dengan rasa lega yang tak terbilang. Emma mematung tak merespons hanya diam. Kedua tanganku menangkup wajah mungilnya menengadah dan demi Tuhan gadisku terlihat kacau dan matanya sembab.
Kukecup jidatnya sekali dan membawanya kembali kepelukanku. Aku tak ingin bertanya hanya menunggu gadisku menjelaskan semua.

***

Emma Pov.

"Em, kurasa kau telah mengetahuinya dari caraku memperlakukan dirimu selama ini, dan kuharap kau tak menyesalinya."
Ucap Edric di suatu sore yang mendung, kami duduk di sofa menghadap jendela besar dengan pemandangan kota New York yang indah.
Coklat panas yang mengepul dari mug memberikan rasa hangat yang menenangkan.
Aku mengecup tungkai rahangnya dan tersenyum.

" aku mencintaimu Em, aku benar benar jatuh cinta padamu dan yang kuinginkan hanyalah kau."

Matanya bercahaya ketika mengucapkan mantra ajaib tersebut, seperti doa di malam hari yang menyejukkan hati dan telingaku serta memberiku rasa nyaman yang luar biasa.

Dan saat ini, ketika aku berada di puncak kebahagiaanku, ketika kuputuskan untuk kembali hidup dan merasakan indahnya kehidupan, haruskah aku menyerah dan menghancurkannya?

Ingatan akan ketulusan Edrick memberiku dorongan untuk bertahan hingga kutemukan diriku berada disini, di flatnya yang penuh dengan cinta. Sungguh aku hanya ingin berada didalam pelukannya yang menenangkanku.

***

Edrick menuangkan secangkir teh hangat dan diberikan padaku. Ia tak bertanya tak mengeluh hanya bersabar melihatku dengan penuh kekhawatiran, meskipun aku tau hatinya lega karena aku berada disisinya.

Kupejamkan mata untuk sesaat memberi ruang pada diriku untuk berfikir bahwa aku harus siap menghadapi kenyataan ini dan yang terpenting kepada siapa hatiku akan tertuju.

Bersambung....

Kira kira Emma bagusnya milih siapa?? Carlo atau Edric??
Bantu saya yah memilih yang terbaik bagi Emma.
Saya juga sedang berfikir untuk mengganti pemeran prianya.

Happy Reading yah n jangan lupa vote yah... Gb

DESTINY (COMPLETE) Où les histoires vivent. Découvrez maintenant