🌒︎ TERUNGKAP

9.3K 1.5K 637
                                    

***

Juno masih terdiam sampai akhirnya ia pun angkat bicara dan menentang semua perkataan Luham, Denandra dan Teo jika dirinya bukanlah pembunuh tersebut. "Gak bang gue sama sekali gak terlibat dalam hal pembunuhan yang udah terjadi di sini, gue lap gergaji ini karena gue ngeliat sebuah kalimat yang tertera dan gue mencoba untuk memperjelas kalimat yang tertulis di sini," jelasnya.

Denandra dan Teo mengangguk paham namun tampaknya Luham masih terlihat sangat curiga kepada Juno. Ketika bercak kemerahan sudah mulai menghilang, Juno pun bica membaca dengan jelas tulisan yang berada di gergaji itu, tulisan tersebut di ukir oleh sesuatu benda tajam lainnya.

"Ini bang lihat kan ada tulisan di gergaji ini?" Tanya Juno sambil memperlihatkan tulisan tersebut. Denandra, Luham, dan Teo pun perlahan mendekati Juno dan ikut membaca tulisan tersebut bersama-sama.

"Next the girl?" Kata Denandra membaca tulisan tersebut. Baik Juno, Luham dan Teo pun terkejut ketika mendengar perkataan Denandra.

"Hah? Maksudnya Jaeri? Karena cuman dia kan satu-satunya cewek yang ada di perumahan ini, kedua orang tuanya lagi pergi ke luar kota," ucap Teo.

"Gak mungkin Jaeri," kata Juno tak percaya.

"Kita masih belum tahu maksud dari tulisan ini apa yang pasti kita harus lebih jagain Jaeri dan jangan biarin dia sendirian pergi ke mana-mana tanpa di temani," saran Denandra. Ketiganya pun mengangguk paham.

Luham menepuk bahu Juno. "Sorry gue nuduh lo dan nyurigain lo hanya karena hal ini," ucapnya. Juno pun tersenyum. "Gak apa-apa bang gue ngerti kok," balasnya. Setelah itu mereka berempat memutuskan untuk keluar dari rumah itu dan Juno membawa gergaji mesin sebagai barang bukti untuk diberitahukan kepada yang lainnya.

"Kita harus lindungin Jaeri, jangan sampai pembunuh itu dekat dengan Jaeri," kata Denandra.

"Iya bang," balas Juno.

Denandra pergi mencari Tristan dan akhirnya mereka semua pun berkumpul di rumah Jaeri. Karena sudah beberapa hari juga rumah Jaeri tidak dihuni karena dirinya tinggal bersama yang lain di rumah Tendera.

Jaeri baru saja keluar dari dalam kamarnya, ia menuruni anak tangga dan seluruh arah pandang penghuni perumahan yang tengah berkumpul di ruangan tengah mengalihkan atensi mereka kepada Jaeri. Jaeri yang ditatap oleh banyaknya laki-laki pun menundukan wajahnya karena ia merasa malu.

"Jaeri!" Panggil seseorang yang suaranya sangat Jaeri kenali. Tak lain adalah Juno yang tengah berlari ke arahnya, Jaeri yang melihatnya membelalakan matanya ketika melihat Juno.

"Juno! Astaga!" Jaeri berhambur kepada dekapan Juno. Pemuda itu mendekap tubuh gadis di hadapannya dengan sangat erat dan mengelus surai kecokelatan milik Jaeri dengan jari-jemarinya.

"Gue rindu sama lo, maaf udah buat lo khawatir," kata Juno lalu melepaskan pelukannya. Jaeri menatap Juno dengan air mata yang berlinang, tentu saja ia sangat khawatir dan merindukan Juno.

Jari-jemari Juno terulur untuk menghapus air mata yang turun membasahi kedua pipi Jaeri. "Jangan nangis, sekarang gue udah ada di hadapan lo. Gue janji gak akan pergi lagi ninggalin lo," ucapnya dan setelah mendengar perkataan Juno, Jaeri kembali memeluk Juno dengan erat.

"Jadi pengen dipeluk sama Jaeri," kata Chandra yang melihatnya.

"Sini peluk sama gue aja," balas Jahran yang duduk di samping Chandra dan sudah siap merentangkan tangannya namun Chandra segera menepisnya. "Gak berasa apa-apa meluk lo mah," ucapnya.

"Menang banyak si Juno udah ngilang malah dapet pelukan lagi dasar tuh bocah satu," ucap Hadrian.

"Sirik aja lo biji kuaci," balas Denandra yang berada di sisi kanannya.

The Killer - NCT ✔️Where stories live. Discover now